TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Pernah Jadi PRT

Terlahir dari keluarga kurang mampu dan buta huruf

IDN Times/Wayan Antara

Klungkung, IDN Times - IDN Times berkesempatan berbincang santai bersama Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, dalam program Salam Ramadan, Cerita Indonesia secara live di Instagram IDN Times, Selasa (20/4/2021).

Dalam program yang dipandu oleh Editor and Chief IDN Times Uni Lubis tersebut, Suwirta banyak bercerita bagaimana perkembangan Kabupaten Klungkung dari masa ke masa, toleransi antar umat beragama, membangun pascapandemik COVID-19, hingga jargon Kabupaten Klungkung "Gema Santi" yang menjadi landasan untuk mengarahkan masyarakat supaya santun dan inovatif.

Berikut hasil wawancara selengkapnya:

Baca Juga: Menyusuri Jejak Muslim di Klungkung: Bermula dari Pengawal Raja Gelgel

1. Suwirta menceritakan masa kecilnya yang hidup serba kekurangan dan orangtuanya buta huruf

Ist/Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta

Uni Lubis penasaran bagaimana kehidupan masa kecil dan kondisi Kabupaten Klungkung kala itu dari mata seorang Suwirta. Ia sempat tersenyum menanggapi pertanyaan itu. Bapak tiga anak ini berusaha mengingat masa kecilnya yang terlahir dan besar di Pulau Ceningan, yaitu pulau terkecil di wilayah Kepulauan Nusa Penida.

Pada saat itu infrastruktur di Kabupaten Klungkung, khususnya Nusa Penida, tidaklah seperti sekarang. Wilayah Nusa Penida hanya bisa dijangkau oleh perahu kecil, infrastrukturnya juga serba keterbatasan, dan pariwisata di sana sama sekali belum berkembang.

"Dulu saat saya kecil, lihat orang asing aja lari," ujarnya sembari tertawa.

Pulau Ceningan merupakan daerah kepulauan yang terpencil kala itu. Ketika masih kecil, Suwirta mencangkul, bekerja di ladang, dan memelihara sapi selayaknya masyarakat di desa. Ia juga terlahir dari keluarga dalam kondisi serba kekurangan. Suwirta bersaudara delapan orang dan lima di antaranya buta huruf. Hanya tiga orang saja yang mengenyam pendidikan. Kedua orangtua Suwirta juga buta huruf.

"Saya tanggal lahir saja tidak tahu, karena orangtua saya buta huruf. Pada masa itu akses pendidikan memang sulit, karena kami tinggal di wilayah kepulauan dan terpencil saat itu," kenang Suwirta.

Baca Juga: Masih Ada 206 Anak di Klungkung Bali Tak Punya Motivasi Untuk Sekolah

2. Suwirta pernah menjadi pembantu rumah tangga

Ist/Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta

Setelah memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP), Bapak satu cucu ini memberanikan diri untuk merantau ke Kota Semarapura supaya dapat mengenyam pendidikan. Ia pernah menjadi pembantu rumah tangga selama sekitar delapan tahun sejak SMP, SMA, dan kuliah.

"Pekerjaan itu memang harus saya lakoni agar saya bisa kuliah."

Selesai kuliah, Suwirta lalu bekerja di sebuah koperasi pasar dan kariernya melonjak hingga dikenal oleh masyarakat luas. Hal itulah yang menjadi bekalnya untuk terjun ke dunia politik.

"Passion saya memang ekonomi kerakyatan. Aktivitas saya kebanyakan di pasar, saya saat itu banyak membantu pemerintah dan masyarakat juga melalui koperasi. Itu modal awal saya sebelum ke politik," jelasnya.

3. Klungkung menangani COVID-19 dengan mengedepankan sikap persuasif

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta. (IDN Times/Wayan Antara)

Uni Lubis lalu menyinggung mengenai penanganan COVID-19 di Klungkung. Suwirta lantas menyebutkan kalau Klungkung menjadi satu-satunya daerah yang konsisten berada di zona oranye se-Provinsi Bali.

"Sempat sekali zona merah, hanya dua hari dan kami berhasil kembali ke zona oranye. Dengan program vaksinasi saat ini, kami harap bisa segera zona hijau dan kehidupan masyarakat kembali normal," katanya.

Dalam melaksanakan program COVID-19, Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Klungkung mengedepankan sikap persuasif. Pendekatan lebih banyak dilakukan untuk meminimalisir konflik selama penanganan COVID-19.

"Misal saat penerapan denda bagi pelanggar prokes. Di saat daerah lain awal-awal sudah menerapkan denda, kami gunakan sanksi sosial dulu seperti menyapu di jalan. Ternyata cara itu cukup efektif."

Saat ini program vaksinasi COVID-19 sedang gencar dilakukan ke berbagai elemen masyarakat di Klungkung mulai dari tenaga kesehatan (Nakes), pelayanan publik, lansia, hingga pedagang.

Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan

4. Tidak terbuai oleh ramainya pariwisata. Selalu ingat sepi ketika lagi ramai

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Suwirta memaparkan, secara umum Kabupaten Klungkung terkena dampak COVID-19. Namun dampak yang paling terasa adalah di wilayah Kecamatan Nusa Penida. Karena sebelumnya sebagian besar masyarakat di sana mengandalkan pariwisata.

"Tahun 2017, pariwisata sedang berkembang di Nusa Penida. Sehari rata-rata 12 ribu kunjungan wisatawan. Masyarakat yang sebelumnya mengandalkan rumput laut, pertanian, perkebunan ramai-ramai beralih ke pariwisata. Mereka minjam uang banyak, lalu rame-rame bikin vila, restoran. Akibatnya pandemik seperti ini, kondisi ekonomi masyarakat Nusa Penida sangat terdampak," kata Suwirta.

Melihat kondisi itu, ke depannya pemulihan ekonomi akan lebih mengarahkan ke pemerataan dan tidak hanya bertumpu pada pariwisata saja. Ekonomi melalui pertanian rumput laut, pengembangan komoditi perkebunan dan pertanian akan dikembangkan di Nusa Penida.

"Saat Semarapura festival 2019 lalu, saya beri sambutan dan lihat fenomena masyarakat di Nusa Penida yang sangat terbuai dengan perkembangan pariwisata. Saya katakan saat itu selalu ingat sepi saat ramai. Saya meminta masyarakat untuk tidak terbuai saat pariwisata ramai, dan meninggalkan pekerjaan leluhur mereka seperti rumput laut dan pertanian. Dampaknya seperti pada pandemik seperti saat ini, jika terlalu menggantungkan diri dari pariwisata."

Berita Terkini Lainnya