Masih Ada 206 Anak di Klungkung Bali Tak Punya Motivasi Untuk Sekolah

Dinas Pendidikan baru akan membentuk relawan belajar

Klungkung, IDN Times - Hingga tahun 2021, Kabupaten Klungkung masih belum terbebas dari angka anak yang tidak sekolah dan buta aksara di usia produktif untuk sekolah (Yaitu di rentang usia 7 sampai 18 tahun). Berdasarkan data Dinas Pendidikan Klungkung, ada 206 anak yang tidak sekolah tersebar di empat kecamatan. Dinas Pendidikan mulai mencoba fokus untuk mengatasi masalah ini. Mereka baru membentuk relawan belajar di setiap desa dan memberikan kesempatan ujian kesetaraan.

Baca Juga: Sisi Lain Pulau Bali, Ribuan Masyarakat Klungkung Masih Buta Huruf

1. Angka tertinggi berada di Kecamatan Nusa Penida

Masih Ada 206 Anak di Klungkung Bali Tak Punya Motivasi Untuk SekolahFoto hanya ilustrasi wisata di wilayah Kecamatan Nusa Penida. (IDN Times/Wayan Antara)

Kepala Dinas Pendidikan Klungkung, I Ketut Sujana, memaparkan jumlah anak yang tidak mengenyam pendidikan di usia produktif untuk sekolah wilayah Kabupaten Klungkung mencapai 206 orang. Data itu sudah diverifikasi dengan nama dan alamat.

Angka tertinggi berada di Kecamatan Nusa Penida, yaitu berjumlah 103 orang. Sementara di Kecamatan Klungkung sebanyak 27 orang, Kecamatan Banjarangkan 37 orang, dan Kecamatan Dawan berjumlah 37 orang.

Sementara angka buta aksara anak di usia produktif sekolah mencapai 41 orang. Masing-masing di Kecamatan Banjarangkan terdata 15 orang, Kecamatan Klungkung 13 orang, Kecamatan Dawan 1 orang, dan Kecamatan Nusa Penida 12 orang.

"Memang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Klungkung, angka ini masih relatif rendah. Tapi ini harus kita garap. Karena angka tidak sekolah ini sangat memengaruhi mutu pendidikan dan indeks pembangunan manusia di Klungkung," ungkap Sujana, Selasa (23/3/2021) lalu.

Baca Juga: Cerita Pasutri di Klungkung, Gubuknya Akan Dirobohkan dan Harus Pindah

2. Rendahnya motivasi belajar jadi faktor utama anak tidak sekolah

Masih Ada 206 Anak di Klungkung Bali Tak Punya Motivasi Untuk SekolahIlustrasi Profesi (Guru) (IDN Times/Mardya Shakti)

Ada sejumlah alasan yang selalu dijadikan sebagai dalih oleh anak tidak bersekolah. Yaitu keterbatasan ekonomi. Hanya saja kata Sujana, motivasi belajar masyarakat yang rendah menjadi faktor paling dominan.

"Padahal SD (Sekolah Dasar) sampai SMP (Sekolah Menengah Pertama) kan gratis. Jadi memang motivasi belajar yang rendah menjadi faktor utama siswa tidak sekolah. Selain itu ada juga yang karena insiden. Misal saja hamil dan harus menikah sehingga harus putus sekolah," jelas Sujana.

Menurut Sujana, motivasi belajar selain dari diri sendiri, juga bisa dibentuk dari lingkungan dan dorongan keluarga.

"Perlu kepedulian lingkungan sekitar dan dukungan keluarga untuk menumbuhkan motivasi belajar seorang siswa. Tapi kesadaran untuk memotivasi diri sendiri juga penting. Kami kerap juga temukan keluhan, jika orangtua sudah menyuruh anaknya sekolah, tapi tetap aja motivasi anaknya untuk sekolah tidak ada," jelasnya.

3. Bentuk relawan belajar di setiap desa yang bisa diambil dari guru PNS

Masih Ada 206 Anak di Klungkung Bali Tak Punya Motivasi Untuk SekolahSejumlah siswa memanfaatkan fasilitas internet yang disediakan oleh rumah makan di Bali (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)

Terkait masalah itu, Dinas Pendidikan Klungkung berencana membentuk relawan belajar. Anak yang tidak sekolah di setiap desa nantinya akan dikumpulkan dalam satu kelompok belajar. Relawan belajar di setiap desa bisa diambil dari guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di desa tersebut.

"Seorang guru tanggung jawabnya tidak hanya di sekolah tempat mereka bekerja. Tetapi juga mendidik masyarakat di lingkungan mereka," kata Sujana

Untuk mendapatkan ijazah, mereka nanti diminta untuk mengikuti ujian kesetaraan sesuai jenjang pendidikannya. Misalnya ujian paket A untuk SD, ujian paket B untuk SMP, dan ujian paket C untuk SMA.

"Ujian kesetaraan untuk tahun ini dilaksanakan bulan April. Karena pandemik, teknis ujiannya masih kami rancang. Tapi karena keterbatasan fasilitas, ujian kesetaraan kemungkinan besar akan luring (Luar jaringan) dengan menerapkan protokol kesehatan," ungkapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya