TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Desa Antosari di Tabanan Gelar Ngaben Massal Perdana

Biaya ngaben mandiri di Bali cukup mahal lho

Ilustrasi ngaben di Bali. (IDN Times/Diantari Putri)

Tabanan, IDN Times - Ngaben adalah upacara Pitra Yadnya wajib umat Hindu di Bali untuk kerabat yang meninggal dunia. Pitra Yadnya sendiri merupakan bentuk persembahan suci kepada roh para leluhur dan bhatara. Namun seiring berjalannya waktu, biaya upacara ngaben semakin mahal. Sehingga tak semua masyarakat bisa melangsungkan upacara ngaben dan butuh waktu bertahun-tahun.

Atas dasar ini, Desa Antosari, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan menggelar acara ngaben massal untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Makna Ngaben di Bali Menurut Lontar Yama Purwana Tattwa

Baca Juga: Mengenal 5 Ajaran Agama Hindu, Percaya Karma Phala dan Moksa

1. Desa Antosari mengadakan ngaben massal untuk membantu warga yang tidak mampu

Persiapan ngaben massal di Desa Antosari, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Widiartha)

Perbekel Desa Antosari, Wayan Widiartha, mengatakan baru pertama kali ini mengadakan upacara ngaben massal di desanya. Tujuannya untuk menjaga budaya gotong royong sekaligus mempertahankan adat, budaya, dan agama.

"Sekaligus juga membantu masyarakat yang tidak mampu melakukan upacara ngaben secara mandiri," ujarnya, Kamis (4/8/2022).

Total ada 17 sawa atau simbol pengganti jenazah (1 sawa dari 1 kepala keluarga) yang akan mengikuti ngaben massal, yang rata-rata sudah meninggal dunia lebih dari tiga tahun lalu. Keluarga yang mengikutinya kebanyakan masuk golongan rumah tangga miskin dan ada juga yang tidak mampu ngaben secara mandiri.

"Tetapi ada juga  yang sebenarnya mampu. Tetapi demi kebersamaan, ada KK yang rela ikut ngaben massal," katanya.

2. Anggaran ngaben secara mandiri bisa menghabiskan Rp60 juta

Persiapan ngaben massal di Desa Antosari, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. (Dok.IDN Times/Widiartha)

Widiartha mengungkapkan, anggaran untuk melaksanakan ngaben secara mandiri terbilang tidak sedikit. Bahkan ada warga yang menjual tanah miliknya agar bisa melaksanakan upacara ngaben. Paling sedikit biayanya sebesar Rp60 juta. Namun dalam ngaben massal ini, biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp10 juta per sawa.

"Apalagi saat ini sedang pandemik COVID-19 sehingga semakin sulit untuk bisa menunaikan kewajiban ini. Hal ini menjadi alasan desa melakukan upacara ngaben massal sekaligus mengimplementasikan visi Desa Antosari yaitu bersih, sehat indah, dan religius," jelas Widiartha.

Ngaben massal ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 10 bulan lalu. Untuk mengumpulkan biaya Rp10 juta, peserta ngaben massal rutin menabung Rp1 juta per bulan di Lembaga Perkreditan Desa (LPD).

"Tetapi ada yang sekaligus, ada yang cuma dua kali," katanya.

Berita Terkini Lainnya