Ibu Dapat Kekerasan dari Anak Kandung, Apa yang Harus Dilakukan?
Berkaca dari peristiwa yang pernah terjadi di Bali
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDN Times - Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi antara suami terhadap istri atau orangtua ke anaknya. Namun ternyata, kekerasan dalam rumah tangga juga bisa dilakukan oleh anak kepada ibunya. Peristiwa ini pernah dialami oleh seorang perempuan di Bali.
Berdasarkan wawancara IDN Times pada Jumat (20/5/2022) di Denpasar, sang ibu menekankan bahwa ia memutuskan untuk tidak melaporkan anaknya karena memang tidak ingin anaknya dipenjara. Selain itu, sang anak juga sudah menikah dan memulai kehidupan baru.
Kasus kekerasan yang dilakukan anak dewasa terhadap ibu, jarang ada yang dilaporkan ke pihak berwajib. Mengapa? Ya, karena sang ibu tidak tega apabila anaknya dipenjara.
Lalu apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh perempuan apabila mendapatkan kekerasan dari anak kandungnya sehingga hal serupa tidak terulang lagi? Berikut penjelasan dari Tema Insani Konsultan Psikologi di Tabanan, Ni Ketut Jeni Adhi SPsi MPsi Psikolog.
Baca Juga: 5 Ciri Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga, Kenali dan Jangan Abai!
1. Perlu ditelusuri penyebab terjadinya kekerasan
Apabila menemukan kasus kekerasan anak kepada ibu, yang perlu dilakukan, pertama adalah menelusuri latar belakang mengapa kekerasan ini terjadi. Menurut Jeni, kebanyakan anak-anak melakukan kekerasan kepada ibunya, apabila ia dibesarkan tidak dengan dua tangki cinta secara utuh.
"Dua tangki ini maksudnya cinta ayah dan ibu. Apabila ia hanya punya ibu, tugas memenuhi dua tangki cinta ini adalah sang ibu. Dan tidak banyak ibu single parent yang bisa memenuhi kebutuhan ini," ujar Jeni.
Akibat tidak bisa memenuhinya, ibu biasanya akan menggantikannya dengan materi dan permintaan anaknya selalu dipenuhi. Meski ada yang tidak cukup secara materi, tetapi karena menganggap anaknya adalah permata hidupnya, ibu akan melakukan apa saja untuk memenuhi permintaan anaknya.
"Perilaku ibu ini seperti pembayaran rasa bersalah karena tidak bisa memenuhi perhatian sosok ayah pada si anak. Tetapi tanpa disadari ini membentuk pribadi anak yang tidak sabaran, sehingga suka mengamuk jika permintaannya tidak dipenuhi," ujar Jeni.
Lama kelamaan, anak kemudian melakukan kekerasan kepada ibunya dan terus mengulangi apabila ibunya sendiri membiarkan dan menganggap perbuatannya itu hal yang biasa. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan berimbas negatif pada kesehatan mental sang ibu dan anak itu sendiri.