TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Alasan Pariwisata Halal Tidak Bisa Diterapkan di Bali Versi Dispar

Menurutmu perlu gak sih Bali diubah jadi pariwisata halal?

by Giulia Frigieri via huckmag.com

Denpasar, IDN Times - Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno, mengunjungi Bali selama dua hari dari tanggal 23-24 Februari 2019. Dalam kunjungannya tersebut, Sandiaga melemparkan wacana untuk mengembangkan konsep pariwisata halal di Bali. Pariwisata halal ini menurutnya memiliki potensi yang sangat besar karena ceruk pasarnya bisa mencapai Rp3 ribu triliun.

Lalu ada pertanyaan berikutnya: apakah pariwisata halal perlu dikembangkan di Bali? Berikut ini jawaban Dinas Pariwisata Provinsi Bali:

Baca Juga: Koster Menilai Wisatawan Tak Ada Masalah Meski Bali Tanpa Label Halal

1. Tidak mungkin mau bikin halal tourism di Bali

alqalam.co.za

Pernyataan Sandiaga sangat berbanding terbalik dengan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Juniartha Putra. Ia mengatakan, Bali sudah final dengan konsep pariwisata budayanya. Jadi Pulau Dewata tidak akan cocok jika diterapkan konsep pariwisata halal.

"Iya tidak mungkin kita mau bikin Halal Tourism di sini. Kita sudah ada Perda (Peraturan Daerah) Nomor 2 tahun 2012 Tentang Pariwisata Budaya. Ini yang harusnya kita ekspos, bukan yang halal tourism," katanya kepada IDN Times, Selasa (26/2) pagi.

2. "Kalau Bali ambil juga halal tourism, kesian juga tetangga-tetangga gak dapat"

halalbooking.com

Juniarta melanjutkan, konsep pariwisata halal di Indonesia sudah ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Aceh. Jadi, jika Bali ikut mengambil pasar pariwisata halal juga, maka daerah lain tak akan kebagian jatah kunjungan para wisatawan.

"Kalau dia mau seperti itu kan sudah ada di tetangga kita yakni Lombok. Saya pikir Indonesia ini kan terdiri dari 17 ribu pulau, biarin saja berbeda-beda. Kalau Bali ambil juga halal tourism, kesian juga tetangga-tetangga gak dapat," lanjutnya.

3. Wisatawan Timur Tengah datang ke Bali karena budayanya

resources.itimaar.co.uk

Dari pengamatannya, wisatawan yang berasal dari Timur Tengah justru tak pernah mempermasalahkan konsep wisata budaya yang ada di Bali. Mereka sengaja datang ke Bali memang untuk menikmati keindahan alam dan kekayaan budayanya.

"Wisatawan dari Timteng (Timur Tengah) tak ada masalah. Memang mereka ke sini ya karena budaya. Mereka juga sudah siap dengan mencari informasi-informasi di internet tentang Bali," ucapnya.

4. Seperti apa sih konsep pariwisata halal itu?

flickr.com/RyoHelmenkalastaja

Seperti apa sih konsep pariwisata halal itu sebenarnya? Juniartha lalu mencontohkan, konsep pariwisata halal itu biasanya di setiap restoran atau hotel memiliki sertifikasi halal. Makanannya harus dimasak dan menggunakan sertifikasi halal.

"Hal semacam itu sebenarnya juga sudah banyak di daerah Kuta. Hotel-hotel yang ada di Bali juga sudah ada menerapkan semacam itu," jelasnya.

Ia menambahkan, wisatawan asal Timur Tengah sangat tertarik berwisata ke Bali. Apalagi sejak kedatangan rombongan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, tahun 2017 lalu. Kendati tak menyebut angka yang spesifik, namun ia menuturkan wisatawan asal Timur Tengah yang berkunjung ke Bali terus mengalami peningkatan.

Untuk diketahui, sepanjang tahun 2018 lalu total ada 6.070.473 turis yang datang ke Bali. Angka ini naik hingga 6,54 persen dibanding tahun 2017. Turis terbanyak berasal dari Cina (1.361.326 orang), diikuti Australia (1.155.240 orang), India (352.652 orang), dan Inggris (267.210 orang).

Berita Terkini Lainnya