TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Porselen hingga Guci dari Tiongkok Menjadi Hiasan Pura di Bali

Ada yang dipercaya melambangkan kesuburan

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Rehuel Willy Aditama)

Denpasar, IDN Times – Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, hingga saat ini masih banyak dijumpai jejak budaya Tiongkok. Pada abad ke-9 hingga ke 10 Masehi pengaruh budaya uang kepeng mulai diterima di wilayah Pulau Dewata.

Setelahnya, pada abad ke-14 hingga abang ke-17 Masehi, Dinasti Ming yang berkuasa di Tiongkok memberikan pengaruh berbeda, yakni berupa porselen, piring khas Tiongkok, hingga guci. Barang-barang ini kini menjadi hiasan di beberapa pura di Bali.

Baca Juga: Uang Kepeng Khas Tiongkok Jadi Sesari Hingga Tolak Bala di Bali

1. Budaya Tiongkok lebih banyak dikenal saat dalam kekuasaan Dinasti Ming

houseofandaloo.com

Budayawan Bali, I Made Bandem saat dihubungi IDN Times pada Jumat (5/2/2021), menyampaikan bahwa budaya Tiongkok justru lebih banyak lagi dikenal saat dalam kekuasaan Dinasti Ming. Misalnya porselen, guci, piring, hingga cangkir dari Tiongkok.

“Yang khas itu guci dari Tiongkok, namanya Ming Ya. Ming itu kan memakai desain patra, itu motif,” jelasnya.

Patra ini dibawa masuk ke Indonesia bersamaan dengan guci dan piring yang terkenal khas dengan berwarna putih dan biru.

2. Di Bali mulai banyak pura yang menggunakan hiasan dari Tiongkok

IDN Times/Vanny El Rahman

Sejak saat itu, Made Bandem mengungkapkan, bahwa banyak pura dan bangunan di Bali yang dibuat menggunakan hiasan piring-piring tersebut di bagian temboknya. Misalkan pura di Batur, di Balingkang, Kabupaten Bangli.

“Ini pengaruh Tiongkok juga. Begitu,” ungkapnya.

Menurutnya, Pura Melanting atau Pura Subandar yang ada di Bali merupakan simbol dari Dewi Kesuburan Tiongkok. Selain itu, masyaralat Bali juga akrab dengan legenda pernikahan Raja Jayapangus dengan Dewi Kang Chi Wi. yang kemudian menjadikan Barong Landung sebagai pratima.

“Kan itu lambang kesuburan,” jelasnya.

Berita Terkini Lainnya