TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Pembelajaran Sosial Emosional, Penting untuk Anak-anak

Empathy School di Gianyar menerapkan pembelajaran ini

Aktivitas di Emphaty School di Gianyar. (IDN Times / Ayu Afria)

Gianyar, IDN Times – Cuaca terik tidak membuat sejumlah anak di Empathy School, Kabupaten Gianyar, hanya berdiam diri. Mereka justru tampak semakin aktif beraktivitas dan berinteraksi dengan yang lainnya. Siang itu, Jumat (19/11/2021) semuanya kompak memperingati Hari Anak Sedunia yang jatuh setiap tanggal 20 November.

Founder Empathy School, Eric Antonio Gonzalez Payne. (IDN Times / Ayu Afria)

Founder Empathy School, Eric Antonio Gonzalez Payne, saat ditemui IDN Times mengatakan bahwa kedatangannya ke Indonesia dan mendirikan sekolah tersebut adalah karena ingin membantu meningkatkan performa anak-anak dan kesehatan mental mereka melalui social emotional learning

“Penelitian saya di Harvard fokus kepada pembelajaran sosial emosional. Bagaimana kita bisa menggunakannya untuk perkembangan anak. Pembelajaran sosial emosional adalah dasar mutlak pembelajaran. Kita dapat memberdayakan anak-anak untuk memahami diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Setiap sekolah, setiap lingkungan pendidikan di muka bumi membutuhkan pembelajaran sosial emosional,” ungkap lulusan Harvard University ini.

Ia berharap bisa menerapkan cara ini untuk membantu melatih guru dan orang lain dalam meningkatkan pembelajaran sosial emosional. Seperti apa penerapannya?

1. Mengajar anak-anak dari berbagai negara untuk toleransi

Aktivitas di Emphaty School di Gianyar. (IDN Times / Ayu Afria)

Anak-anak di sekolah ini berasal dari berbagai negara, termasuk juga anak-anak Indonesia. Lalu bagaimana program yang dijalankan sehingga bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi satu dengan yang lainnya? Eric menyampaikan untuk meningkatkan toleransi, sekolah mengajak anak-anak untuk belajar budaya di masyarakat. Semakin banyak anak-anak belajar, maka semakin banyak mereka akan mengerti cara menghargai satu sama lainnya.

“Banyak orang dengan budaya negara mereka sendiri, dengan ide-ide mereka sendiri. Cara itu kami lakukan juga melalui pembelajaran sosial emosional. Jadi belajar sosial emosional berarti kita belajar tentang masyarakat. Kita belajar apa yang normal dalam budaya A, apa yang normal dalam budaya B. Tidak ada yang salah.  Hanya cara yang berbeda dalam melakukan sesuatu,” ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa anak-anak dilatih untuk mengambil tindakan dalam lingkungannya yang bisa mendukung orang lain. Sangat penting bagi anak-anak untuk mulai mempelajari hal-hal seperti batasan ketika usia masih sangat muda.

2. Indonesia dinilai memiliki lingkungan yang dapat mendukung perkembangan anak-anak

Aktivitas di Emphaty School di Gianyar. (IDN Times / Ayu Afria)

Sementara itu, Co Founder Empathy School, Xu Yating, menilai Indonesia memiliki hubungan dengan alam yang kuat. Selain itu, masyarakat Indonesia, terutama Bali, dinilai sangat menghormati alam.

“Rasa koneksi yang kuat terhadap alam dan masyarakatnya yang menghormati alam,” ungkapnya.

3. Rayakan Hari Anak Sedunia melalui Gelang Apresiasi

Aktivitas di Emphaty School di Gianyar. (IDN Times / Ayu Afria)

Dalam memperingati Hari Anak Sedunia, pihak sekolah mengajak anak-anak untuk saling bertukar gelang. Gelang tersebut terbuat dari benang berwarna-warni. Para siswa kemudian saling mengikat gelang tersebut satu sama lainnya.

“Ini hanya untuk menunjukkan penghargaan satu sama lain. Untuk menunjukkan rasa terima kasih satu sama lain. Dan ketika kami memberi mereka gelang, kami memberi tahu yang lainnya bahwa menghargai mereka karena A, B, C, D terserah mereka,” ungkap Tendai, guru di Emphaty School. 

4. Anak-anak dilatih mengekspresikan perasaannya

Aktivitas di Emphaty School di Gianyar. (IDN Times / Ayu Afria)

Robby Nopamber yang juga menjadi pengajar di Emphaty School, menyampaikan di sekolah mereka mengajarkan agar anak-anak berani mengekspresikan perasaan. Terutama mengetahui apa yang mereka rasakan. Kesulitannya adalah membuat bagaimana anak-anak tersebut bisa merasakan hal yang ada di dalam diri mereka.

“Supaya anak-anak itu berani mengekspresikan feeling mereka dan juga berani menerima itu. Jadi ketika mereka marah. Mereka bilang marah, supaya mereka tahu. Dan ketika mereka tahu, mereka bisa mengendalikan itu,” jelasnya.

Social Emotional Learning ini, ia katakan sangat penting untuk generasi Indonesia ke depannya agar menjadi sosok yang luar biasa ke depannya. Apalagi ketika menjadi pemimpin, mereka akan bisa berempati untuk orang lain.

Berita Terkini Lainnya