TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Langkah Bali Segera Buka Wisata untuk Wisdom Dikritik Pakar Virologi 

Ingatkan jangan sampai jadi second wave COVID-19

Suasana Pantai Kuta menjelang tahap I new normal (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times – Tahap I Tatanan Kehidupan Era Baru sudah resmi dibuka pada Kamis (9/7/2020). Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa mengatakan bahwa kebijakan ini bersifat tidak permanen. Namun akan bisa menjadi permanen apabila masyarakat disiplin dan taat protokol kesehatan COVID-19. Hal itu ditandai dengan terkendalinya kasus positif dan jumlahnya semakin menurun.

Pemerintah Provinsi Bali berencana memasuki Tahap II Tatanan Kehidupan Era Baru pada 31 Juli 2020 mendatang. Langkah Bali yang akan membuka diri untuk wisatawan domestik tersebut justru mendapatkan kritik dari pakar virologi Universitas Udayana, GN Mahardika. Mengapa? Simak hasil wawancara IDN Times pada Jumat (10/7/2020) berikut ini.

1. Bali dikelilingi oleh daerah-daerah yang tertular

Pantai Batu Belig (IDN Times/Ayu Afria)

Mahardika menyarankan agar Provinsi Bali meninjau kembali ketepatan waktu pelaksanaan new normal Tahap II.  “Untuk Bali, saya sudah sampaikan di mana-mana itu. Perlu ditinjau bener gak (tidak) sekarang saatnya (New Normal). Karena apa? Data-datanya itu rumah sakit konon penuh. Kemudian kita (Bali) dikelilingi oleh daerah-daerah yang tertular. Jawa, Jawa Timur terlalu berat,” ungkapnya.

“Apa betul itu? Apa tidak perlu dievaluasi dulu? Timing-nya kapan? Terutama sekali data rumah sakitnya yang tiang (saya) punya, ternyata banyak rumah sakit yang sudah kapasitasnya penuh,” jelasnya.

Baca Juga: Pakar Virologi Unud Prediksi Desember Kasus COVID-19 di Bali Meningkat

2. Jangan sampai Tahap II justru memunculkan kepanikan

Foto simulasi penanganan virus corona di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali (Dok. IDN Times/istimewa)

Lanjutnya, jika nanti ternyata Tahap II ini dibuka dan kasus COVID-19 kembali melonjak tajam, yang terjadi justru kepanikan. Karenanya, ia menyarankan agar pemerintah segera meninjau kembali timing yang tepat. Sebelumnya ia sempat memprediksi bahwa kasus COVID-19 ini akan meningkat pada Desember 2020 mendatang sebagai second wave (gelombang kedua).

“Ada gelombang kedua itu. Semua peneliti dunia mengindikasikan begitu. Entah kapan. Kalau saya memprediksi Desember. Prediksi saya ya. Prediksi saya bisa salah,” jelasnya.

Baca Juga: Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa Diabaikan

3. Setelah second wave wabah tidak langsung berakhir

(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Ia menjelaskan tidak ada tanda yang pasti untuk mengidentifikasi datangnya second wave wabah COVID-19 ini. Menurutnya, yang jelas kasus COVID-19 akan drop (menurun) dulu dan melonjak naik lagi.

Gak ada tandanya. Jumlahnya meningkat. Jumlah kasus meningkat, jumlah kematian meningkat. Gitu aja. Gak ada tandanya. Seperti tsunami yang gelombang pertama mungkin sedikit kecil. Gelombang keduanya gede (besar) gitu. Ya gak tahu (penyebabnya). Ya biasanya polanya ya begitu dari dulu gitu,” jelasnya.

Apabila protokol dilaksanakan dengan disiplin, second wave akan masih ada namun gelombangnya tidak terlalu besar. “Vaksin belum ada, kemudian orang tidak disiplin menggunakan pelindungan diri, ya akan terjadi,” terangnya.

Namun setelah second wave, menurutnya wabah tidak langsung berakhir begitu saja. Lantaran kemungkinan masih terjadi lagi gelombang berikutnya. Sesuai dengan prediksi orang sinistik bahwa wabah ini akan berlangsung selama dua tahun.

Berita Terkini Lainnya