Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa Diabaikan

Virus corona muncul ya sudah pasti airborne

Denpasar, IDN Times – Belum lama ini sekitar 239 ahli dari 32 negara di dunia sepakat bahwa COVID-19 Airborne (menular melalui udara). Mereka menyatakan memiliki bukti bahwa SARS-CoV-2 bisa menular melalui udara sehingga memutuskan menuntut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO/World Health Organization) mengubah pernyataannya yang telah mengklaim bahwa COVID-19 tidak airborne. Surat terbuka ditujukan kepada WHO pada Sabtu (4/7/2020).

Apakah sesungguhnya sifat ini sudah diketahui sejak awal munculnya COVID-19? Menjawab pertanyaan tersebut, berikut hasil wawancara IDN Times dengan Profesor Virologi Universitas Udayana, GN Mahardika pada Jumat (10/7/2020).

1. Virus pernapasan menular dengan dua cara

Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa DiabaikanIlustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

GN Mahardika mengaku sudah sedari awal menduga penularan COVID-19 juga secara airborne. Hal ini ia tegaskan kembali pada saat IDN Times memastikan apakah virus corona dapat menular lewat udara sebagaimana pernyataan 239 ahli yang bersurat ke WHO tersebut.

“Dari dulu iya. Dari dulu saya sudah bilang risiko airborne tidak bisa diabaikan. Bahwa ini adalah virus pernapasan, virus pernapasan itu cara penularannya dua: langsung, tidak langsung ya. Langsung itu bisa jarak dekat dan juga bisa airborne, bisa aerosol. Karena droplet pada waktu kita muntah dan batuk itu pasti ada yang besar, ada yang kecil,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa droplet yang besar akan membasahi benda serta tangan. Sementara droplet yang kecil bisa di udara, lebih-lebih di udara pada ruangan tertutup, lembab, dan dingin.

“Tidak ada yang harus dikhawatirkan karena dari dulu juga begitu. Virus ini lahir ya sudah pasti airborne, sudah pasti bisa gitu,” tegasnya.

Baca Juga: Melihat Kesiapan RS PTN Unud Untuk COVID-19, Andalkan Tenaga Residen

2. Virus akan lebih tahan lama di ruangan ber-AC

Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa DiabaikanIlustrasi virus corona. IDN Times/Arief Rahmat

GN Mahardika menerangkan bahwa virus (tidak hanya SARS-CoV-2) bisa bertahan lama di ruangan yang ber-AC (Air Condition). Ruangan ber-AC disebutnya berisiko tinggi terhadap penularan virus.

Belakangan bahkan ada temuan yang mengindikasi bahwa virus lebih mudah menular kepada orang. Virus tersebut diyakini cepat sekali memperbanyak diri di saluran pernafasan bagian atas.

“Itu indikasi orang, belum dibuktikan. Tapi kemudian mereka berindikasi seperti itu,” terangnya.

Ia mengungkapkan penularan SARS-CoV-2 melalui airborne ini, berawal dari perkantoran di Korea, rumah makan dan bus di China. Ternyata penularan di tiga lokasi tersebut adalah aerosol. Terlebih pada restoran yang menggunakan AC.

Baca Juga: Pakar Virologi Unud Prediksi Desember Kasus COVID-19 di Bali Meningkat

3. Tenaga medis mempunyai dua risiko tertular

Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa DiabaikanIlustrasi perawat COVID-19 (Dok.IDN Times/Istimewa)

Saat ditanya apakah tenaga medis yang sudah menggunakan alat pelindung diri (APD) juga bisa tertular melalui airborne? Mahardika mengatakan bahwa kasus itu tentu bisa terjadi. Apalagi tenaga medis selain bekerja dengan pasien di ruang tertutup dengan kemungkinan penularan secara aerosol, juga tenaga medis ini mempunyai dua risiko. Tenaga medis melakukan kontak lama dengan sumber virus (pasien) dan kelelahan sehingga mudah sekali terserang penyakit.

“Iya, itu juga. Jadi di ruangan tertutup perawatan rumah sakit. Kalau untuk tenaga medis, tambah banyak lagi risikonya yaitu kontaknya lama sehingga dosis infeksi mungkin besar ya. Kalau kontaknya sebentar dan kemudian ventilasi udaranya terbuka, tidak menggunakan AC itu risikonya lebih kecil,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya