TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bali Gaet Wisatawan Domestik saat 3 Bulan Pertama Normal Baru

Udah pada kangen Bali gak sih?

Lokasi Pelabuhan Bias Munjul, Desa Ceningan, Nusa Penida Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)

Badung, IDN Times – Menjelang penerapan new normal (Normal baru), berbagai instansi penunjang kepariwisataan di Bali sedang menggodok kesiapan Standar Operasional Prosedur (SOP). Rencananya SOP ini akan selesai pada pertengahan Juni mendatang, sebagai bentuk kesiapan pelaku pariwisata Bali menyambut reopening.

Wakil Gubernur Bali sekaligus Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, menegaskan jika Pemerintah Pusat nantinya mengizinkan Bali untuk membuka destinasi pariwisata di tengah pandemik COVID-19, maka tidak semua tempat wisata langsung dibuka, dan juga tidak mungkin untuk menampilkan budaya seperti tari-tarian serta beberapa pertunjukan lainnya.

Bali dengan normal baru saat reopening nanti lebih mengedepankan daya tarik alam, yang juga ada nilai budayanya. Lalu bagaimana kesiapan pelaku usaha pariwisata di Bali? Berikut hasil wawancara IDN Times bersama beberapa pihak:

Baca Juga: Tidak Ada Pertunjukan Tarian Jika Bali Terapkan Normal Baru

1. PHRI Kabupaten Badung berencana menggaet wisatawan domestik dulu selama tiga bulan awal reopening

instagram.com/ekaulfiy

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, kepada IDN Times menyampaikan bahwa tiga bulan pertama reopening pariwisata Bali, pihaknya membidik wisatawan domestik. Namun dengan catatan melihat tingkat kesembuhan COVID-19 di beberapa wilayah luar Bali. Selain itu juga mempertimbangkan secara matang berapa persen wisatawan yang datang, kaitannya dengan persiapan yang akan dilakukan.

“Domestik itu tergantung dari daerah lainnya. Jakarta juga belum sembuh. Jawa Timur juga belum,” ungkapnya, Kamis (28/5).

Baca Juga: Dianggap Mampu Tekan COVID-19 Tanpa PSBB, Bali Dirancang Jadi Contoh

2. Setelah tiga bulan menggarap pasar domestik, PHRI Badung akan mengoptimalkan pasar Asia. Ada tiga market yang sedang dibidik

Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Dari pengalamannya 30 tahun dalam dunia pariwisata, Suryawijaya menilai tidak mudah untuk memulihkan kondisi tingkat okupansi hotel. Sehingga setelag tiga bulan awal menggarap pasar domestik, pihaknya baru akan merambah pasar Asia (Asian Market).

“Domestik tiga bulan dulu, baru Asian market yang kira-kira penerbangannya hanya enam jam ke Bali. Misalnya Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam. Termasuk Australia, India dan China. Ini yang perlu market kan,” terangnya.

Sedangkan untuk pasar Asia ini, disebutnya bergantung pada negara itu sendiri, apakah permasalahan COVID-19 sudah clear atau belum. Dalam hal ini harus sudah ada kerja sama atau MoU (Memorandum of Understanding) antara menteri-menteri pariwisata di seluruh negara Asia.

“Saya pribadi menyarankan pertama yang Australia, karena sudah sembuh (Kesehatannya) dan orang Australia pilihannya selain New Zealand dia ke Bali. Lebih dekat, lebih murah ke Bali dari pada berlibur di negaranya,” lanjutnya.

Sementara kesiapan untuk menggarap pasar Asia lain seperti India, juga segera ia lakukan. Bulan Juni nanti, Suryawijaya hadir sebagai pembicara dalam agenda virtual promotion yang mengundang seluruh partner bisnis dari India. Pihaknya berencana akan memaparkan The Current Situation di Bali, dan apa saja yang dipersiapkan Bali. Mulai flight dari Denpasar ke Mumbai dan lainnya.

“Minimal tiga besar Australia, China dan India. Itu yang terdekat sebelum ke global, ke Amerika dan Eropa. Bali is ready reopening,” tegasnya.

Baca Juga: Siapkah Pariwisata Bali Hadapi Era New Normal? Ini Tanggapan Cok Ace

3. Selama reopening, PHRI Badung masih dilema untuk memilih destinasi mana yang akan dibuka lebih dulu

Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Bali dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), IGA Rai Suryawijaya. (IDN Times/Ayu Afria)

Lalu destinasi mana yang dibidik saat reopening pariwisata Bali? Menanggapi hal itu, Suryawijaya menyebutkan Nusa Dua yang dianggap sudah mumpuni. Namun perlu diingat lagi, bahwa wisatawan memiliki kebebasan memilih lokasi di mana mereka ingin tinggal.

“Yang siap ya (Nusa Dua). Memang yang paling siap ITDC Nusa Dua. Tapi tidak semudah itu membelokkan tamu. Harus ada kesiapan destinasi, ada kluster. Ada yang ingin tinggal di Nusa Dua, di Sanur, Ubud mungkin di Lovina, Karangasem. Kami tidak bisa memaksakan. Tamu adalah raja. Guest is king, guest is money. Biarkan tamu yang menentukan,” terangnya.

Baca Juga: Syarat Masuk ke Pulau Bali Makin Ketat!

4. Hampir empat bulan pramuwisata di Bali kehilangan pekerjaan

synotrip.com

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Bali, I Nyoman Nuarta, menyatakan pihaknya siap menyambut reopening pariwisata Bali di tengah COVID-19. Tentunya dengan penerapan penuh protokol kesehatan.

“Dari HPI, jadi pada intinya new normal diterapkan harus mematuhi protokol kesehatan. Cuma tidak seluruh destinasi di Bali di new normal-kan. Harus di kluster mana yang layak untuk dijadikan, yang layak untuk new normal,” ungkapnya.

Meskipun masih ada bayang-bayang ketakutan pandemik gelombang kedua, namun pihaknya berharap ada evaluasi terhadap destinasi mana saja yang akan menjadi pilot project Bali.

“Kami secara kesiapan sangat siap sekali, yang hari ini hampir empat bulan kehilangan pekerjaan, naluri kami dari sisi kesiapan sudah sangat siap,” katanya.

Baca Juga: Pengumuman! Masuk ke Bali Kini Tidak Bisa Sembarangan, Ini Syaratnya

Berita Terkini Lainnya