TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Waspada Semeton! BPBD Sebut Bali Berpotensi Hadapi Tiga Bencana Alam 

Tetap hati-hati namun jangan panik

pemandangan sunset di Tanah Lot, Bali (unsplash.com/HarryKessell)

Denpasar, IDN Times – Selain ancaman pandemik COVID-19 yang hingga saat ini belum juga berakhir, Bali harus tetap waspada dengan potensi bencana lainnya ketika memasuki musim hujan tahun 2020 ini. Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Kalaksa BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin dalam acara virtual meeting dengan topik Prakiraan Musim Hujan Provinsi Bali Tahun 2020/2021, Senin (5/10/2020).

“Ketika kita berbicara bencana, kita tidak terpaku pada faktor kewilayahan, batas wilayah. Karena bencana itu tidak mengenal batasan administrasi kewilayahan. Ketika sudah datang, tidak ada permakluman sama sekali. Tentu yang utama bagaimana kita membangun kesiap-siagaan,” ungkap Rentin.

1. Terancam banjir hingga tanah longsor

Badai sebabkan banjir di perbatasan Perancis-Italia dan menewaskan dua orang, Sabtu (3/10). Ilustrasi (unsplash.com/Jonathan Ford)

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin mengungkapkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan warning dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) adanya cuaca ekstrem dan perkiraan hal-hal ikutan dari cuaca ekstrem tersebut.

“Perkiraan akan terjadi hal-hal ikutan dari cuaca ekstrem itu. Salah satunya musim hujan juga perlu diantisipasi. Tentu ikutannya adalah ia beranak-pinak, bersaudara, bermisan begitu. Kalau sudah musim hujan cuaca ekstrem angin puting beliung ikutannya. Petir juga menjadi ikutan, banjir tidak bisa dipisahkan tanah longsor juga ya. Pohon tumbang dan seterusnya-seterusnya,” jelasnya.

Menurutnya Provinsi Bali juga menghadapi potensi bencana, di antaranya angin puting beliung, banjir dan banjir bandang, serta tanah longsor. Bencana banjir menimbulkan beberapa risiko, di antaranya trauma psikis, korban jiwa, kerugian materiil, penyebaran bibit penyakit, dan lainnya.

“Potensi ancaman sekurang-kurangnya tiga. Angin puting beliung, kemudian banjir dan banjir bandang serta tanah longsor. Ikutan tadi itu menjadi bagian tidak terpisahkan yang kami sebutkan,” jelasnya.

2. Jumlah personel jauh dari angka ideal

Belasan pohon tumbang diterjang angin. IDN Times/Dok.BPBD

Rentin juga memastikan kesiapan personel dan kesediaan logistik peralatan. Ia menyoroti kurangnya jumlah personel yang angkanya jauh dari kategori ideal. Seharusnya untuk Tim Reaksi Cepat (TRC), angka idealnya 90 orang (10 orang per kabupaten/kota). Namun saat ini justru hanya tersedia 30 orang. Begitu pula Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) yang bekerja 24 jam dalam tiga shift yakni sebanyak 96 orang.

Baca Juga: Dua Nelayan yang Hilang di Perairan Tanah Lot Bali Belum Ditemukan

3. Tercatat ada 359 kejadian bencana alam hingga September 2020

ilustrasi

Sementara itu, Rentin juga menyebutkan bahwa selama Tahun 2020, hingga akhir September tercatat sebanyak 359 kejadian bencana akibat musim kemarau maupun pancaroba. Ada 44 korban yang terdiri dari korban luka berat dan ringan sebanyak 18 orang dan 26 korban meninggal dunia.

“Didominasi oleh cuaca ekstrem, puting beliung. Ada juga pohon tumbang. Ada banjir. Ada tanah longsor,” jelasnya.

Berita Terkini Lainnya