Fakta Tenun dari Sampah Plastik di The Apurva Kempinski Bali

Tenun cantik nan menarik perhatian

Badung, IDN Times – Resor pemenang penghargaan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan dan kepedulian lingkungan, The Apurva Kempinski Bali berkolaborasi dengan seniman ternama, Ari Bayuaji. Kolaborasi ini ditandai dengan peluncuran program Weaving the Ocean: Pieces of Hope. Yakni sebuah program inovatif yang menggabungkan kesenian artistik dan kesadaran terhadap lingkungan.

Ari Bayuaji mengabadikan keseimbangan perairan laut dan semua mahluk hidup yang bergantung pada ekosistem bahari melalui karya seninya yang bertema Weaving The Ocean. Ia juga menggandeng komunitas lokal, dan para nelayan yang berada di pesisir pantai untuk mengumpulkan jaring ikan serta tali yang sudah tidak terpakai. dan dikombinasikan dengan sampah laut lainnya. Seperti apa karya seni tersebut?

Baca Juga: 5 Rekomendasi Pusat Oleh-oleh Populer di Bali, Lengkap!

Baca Juga: 5 Tempat ATV Murah di Bali yang Wajib Dicoba!

1. Pariwisata harus memikirkan keberlanjutan lingkungan

Fakta Tenun dari Sampah Plastik di The Apurva Kempinski BaliTenun dari sampah tali plastik garapan Ari Bayuaji di Hotel The Apurva Kempinski (IDN Times/Ayu Afria)

General Manager The Apurva Kempinski Bali, Vincent Guironnet mengatakan The Apurva Kempinski Bali menerapkan berbagai inisiatif untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Dengan adanya kolaborasi ini semakin memperkuat dedikasi resor ini untuk memberikan pengaruh positif pada aspek lingkungan dan sosial, sekaligus memberikan pengalaman yang unik kepada setiap tamu.

"Kami sangat berterimakasih atas kesempatan untuk berkolaborasi dengan seniman visioner sejati, Ari Bayuaji, di mana karya seninya menyampaikan pesan yang kuat dalam program pariwisata dan pembangunan berkelanjutan, merayakan keharmonisan seni dan alam,” ungkapnya.

Instalasi karya seni garapan Ari Bayuaji tersebut dipajang di restoran ikonik Koral. Dengan tujuan untuk mengedukasi para tamu mengenai konservasi laut melalui tampilan seni artistik yang berkelanjutan. Kolaborasi ini menampilkan alat tenun tradisional dan kain yang dijahit menggunakan benang daur ulang yang terbuat dari sampah plastik.

2. Banyak sampah tali penangkap ikan yang ditemukan di pantai Bali

Fakta Tenun dari Sampah Plastik di The Apurva Kempinski BaliTenun dari sampah tali plastik garapan Ari Bayuaji di Hotel The Apurva Kempinski (IDN Times/Ayu Afria)

Seniman Ari Bayuaji mengungkapkan bahwa ia telah mengumpulkan sampah laut ini selama terjebak di Bali karena pandemik. Saat itu ia tidak bisa kembali ke Kanada. Kemudian melakukan pembersihan are pantai di Sanur, dan juga area mangrove. Saat itu banyak sampah tali plastik yang ia temukan. Dibarengi dengan penelitian mengenai bahan-bahan tersebut, ia lalu menciptakan sebuah karya seni tenun kompleks.

“Saya masih terinsipirasi kain tenun endek. Songket. (sampah tali plastik) kualitasnya mirip benang katun yang digunakan untuk menenun. Karakternya mirip bernang yang dipakai di songket,” ucapnya.

Karya ini menggambarkan kedua belah sisi kehidupan laut, yaitu keindahan yang menakjubkan, dan juga sifat rapuh yang dimilikinya. Sengaja diciptakan untuk menyoroti adanya kebutuhan mendesak untuk melindungi lautan, dan ekosistemnya yang beragam. Melalui penggunaan bahan ramah lingkungan yang digabung dengan teknik yang inovatif.

“Banyak tali dari fishing industry atau untuk mengingat kapal, mengikat jaring ikan. Banyak terdampar di hutan mangrove,” jelasnya.

3. Sejumlah tantangan untuk membuat tenun dari sampah tali plastik

Fakta Tenun dari Sampah Plastik di The Apurva Kempinski BaliTenun dari sampah tali plastik garapan Ari Bayuaji di Hotel The Apurva Kempinski (IDN Times/Ayu Afria)

Lalu dari mana sampah laut ini berasal? Ari mengungkapkan bahwa asal sampah tali plastik yang ditemukan di pantai ini merupakan sampah dari kapal-kapal besar, bukan nelayan kecil. Hal ini ia ungkapkan berdasarkan temuan dan penelitian yang ia lakukan. bahwa tali-tali tersebut memiliki kualitas yang biasa dipakai oleh kapal-kapal besar.

“Sebetulnya tali-tali yang besar itu malah bukan diproduksi oleh atau dikonsumsi oleh nelayan-nelayan yang dengan kapal kecil. Ternyata kebanyakan tali-tali ini lepas dari laut, kebanyak dari kapal-kapal yang besar. By accident they lost it (tidak sengaja kehilangan) karena badai, karena ombak besar seperti itu,” jelasnya.

Banyak tantangan yang dihadapi untuk menenun tali plastik ini. Sebelum ditenun tali plastik ia urai berdasarkan warnanya masing-masing. Kemudian ia sambungkan satu per satu untuk mendapatkan tali yang panjang sehingga bisa ditenun. Selain itu, sifat tali plastik ini licin sedikit menyulitkan saat ditenun. Penenunannya melibatkan salah satu penenun di Sanur.

Topik:

  • Silfa Humairah Utami

Berita Terkini Lainnya