Aksi Bali Jengah Tolak Kenaikan Harga BBM, Bakar Ban dan Ogoh-ogoh
Tidak ada anggota dewan yang bersedia menemui mahasiswa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times - Puluhan mahasiswa dan perwakilan masyarakat di Bali kembali mengadakan aksi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali, pada Senin (26/9/2022), pukul 15.48 Wita.
Selain menyuarakan penolakan tersebut, massa aksi juga menyampaikan isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat. Mereka membakar ban dan ogoh-ogoh, tepat di depan pintu gerbang kantor perwakilan rakyat tersebut.
Baca Juga: Kisah Wayang Sakral Usia 200 Tahun di Bangli, Dapat Perawatan Khusus
1. Sentil pemerintah terkait dengan kebijakan harga BBM hingga kejahatan kemanusiaan oleh negara
Pantauan IDN Times di lapangan, situasi aksi yang menyebut sebagai aliansi Bali Jengah tersebut merupakan gabungan dari Organisasi Mahasiswa, Komunitas, dan LSM di Bali. Mereka melakukan aksi dari Lapangan Timur Renon, melewati Jalan Basuki Rahmat (depan Kantor Gubernur Bali), menuju pintu masuk Kantor DPRD Bali.
Mereka membawa banner dan poster dengan beberapa tulisan berikut:
- Rakyat Susah Malah Rayakan Ultah
- BBM Naik Rakyat Tercekik
- Harga BBM Turun, Atau Bapak (Jokowi) Yang Turun
- Menolak Lupa Kejahatan Kemanusiaan oleh Negara (Foto Munir)
- Naikkan Upah Bukan Harga BBM
- Tolak Pembahasan G20 Yang Merugikan Rakyat
- NKRI Harga Naik, Semua Serba Naik, Yang Turun Hanya Kemanusiaan dan Moralitas Penguasa
- Motore Mogok Ulian Sing Ade Pis Anggon Meli Bensin
- Harga Naik Rezim Turun?!
- People Not Profit
Koordinator aksi, Julian Anggi Rumahorbo, mengungkapkan bahwa beberapa poin yang diangkat pada aksi ketiga kali ini tidak lain untuk memastikan bahwa tidak ada kebijakan yang menyengsarakan rakyat lagi dengan berbagai program yang dibuat pemerintah.
“Saya kira sudah jelas ya, kami menolak subsidi BBM ini karena memang kami melihat beberapa proyek elitis masih tetap jalan. Salah satu contohnya IKN, G20. Momentumnya saya rasa dan teman-teman juga di Bali Jengah memang kurang tepat gitu. Lalu beberapa hal mengenai mengapa kami tendensinya mengenai menolak G20 ini. Sebenarnya bukan menolak dengan adanya agenda ini, tapi menolak adanya pembahasan yang memungkinkan akan menyesengsarakan rayat,” ungkapnya.