Aksi Penutupan Seng Berimbas pada Kunjungan ke Wisata Jatiluwih

- DTW Jatiluwih memberikan kontribusi kepada petani berupa bantuan bibit, pupuk, dana upacara Ngusaba, dan bantuan olah lahan.
- Petani diperbolehkan mendirikan bangunan di lahan sawah Jatiluwih dengan ukuran tertentu untuk keperluan pertanian atau ternak.
Tabanan, IDNTimes- Pemasangan seng dan plastik di seputaran lahan sawah di Jatiluwih Tabanan berimbas pada kunjungan ke Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih. Dilaporkan ada 10 travel yang membatalkan kedatangan ke Jatiluwih karena alasan keamanan. Aksi pemasangan seng dan plastik ini merupakan bentuk protes petani Jatiluwih, setelah beberapa waktu lalu Pansus TRAP (Panitia Khusus Tata Ruang, Aset, dan Perizinan) DPRD Tabanan melakukan penutupan terhadap 13 bangunan usaha di Jatiluwih.
Pembatalan travel ini dibenarkan oleh Manager DTW Jatiluwih I Ketut Purna. "Sudah ada travel yang membatalkan kunjungan. Kurang lebih ada 10 travel. Alasannya pertimbangan faktor keselamatan," ujarnya, Sabtu (6/12/2025)
1. Pihak manajemen DTW Jatiluwih akan berkonsultasi dengan badan pengelola

Menanggapi kondisi ini, Ketut Purna mengaku persoalan pemasangan seng bukan merupakan kewenangan pihak manajemen operasional. Sehingga untuk ini, pihaknya akan menyurati Badan Pengelola agar persoalan ini mendapatkan solusi tindak lanjut.
“Kami akan kirim surat ke badan pengelola agar persoalan ini benar-benar diperhatikan dan ditindaklanjuti. Tugas kami sebagai manajemen pengelola adalah menjaga pariwisata, memastikan tamu datang dan kembali datang,” ujarnya.
2. Kontribusi pengelola DTW Jatiluwih kepada petani

Mengenai kontribusi DTW Jatiluwih kepada petani dipaparkan Ketut Purna, selama ini sejumlah bantuan sebagai bentuk kontribusi sudah diberikan kepada petani. Beberapa bantuan yang telah diberikan antara lain berupa bibit gratis dan pupuk urea sesuai kebutuhan para petani di Subak Jatiluwih. Selain itu, pihak DTW Jatiluwih juga mengalokasikan dana Rp30 juta per tempek untuk upacara Ngusaba, serta Rp7 juta untuk Ngusaba Alit.
Selain itu, rencananya mulai Desember 2025, DTW juga menyiapkan bantuan olah lahan sebesar Rp2,5 juta per hektare atau Rp25 ribu per are untuk petani saat memulai musim tanam. "Sebelumnya kami juga telah memberikan bantuan operasional kepada subak sejak Mei 2025, berupa Rp2 juta per bulan untuk tempek Besi Kalung, sedangkan tempek di luar wilayah inti menerima Rp750 ribu per bulan," jelasnya.
3. Bangunan yang diperbolehkan dibangun di lahan sawah Jatiluwih

Ketut Purna memaparkan berdasarkan aturan sebelumnya yang ia ketahui, masyarakat diperbolehkan mendirikan bangunan di areal sawah Jatiluwih dengan ukuran 3 x 6 meter. Bangunan ini untuk keperluan berteduh, menyimpan alat pertanian, atau untuk ternak para petani.
"Jika petani ingin memanfaatkannya untuk berjualan, masih diperbolehkan selama bentuk bangunannya menyerupai kandang sapi," ujarnya.














