Tidak Semua Panggung di Art Center Denpasar Punya Akses Kursi Roda

Denpasar, IDN Times - Penampilan beragam seni pertunjukan dari siswa-siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Bali menjadi sarana berkreasi, sekaligus evaluasi aksesibilitas ruang berkesenian. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SLB se-Provinsi Bali, I Wayan Mudayana, mengatakan kondisi panggung di Gedung Ksirarnawa Taman Werdhi Budaya, Art Center, Denpasar cukup baik. Meski demikian, Ia menyoroti aksesibilitas menuju Gedung Ksirarnawa belum menyentuh penyandang disabilitas fisik.
“Akses kalau anak-anak disabilitas yang menggunakan kursi roda perlu ke depannya,” kata Mudayana kepada IDN Times, Senin (23/6/2025).
1. Perbaikan akses untuk kesetaraan dan inklusivitas

Menurut Mudayana, perbaikan akses panggung dan ruang di Art Center perlu memerhatikan prinsip aksesibilitas dan inklusivitas. Sehingga menumbuhkan keberagamaan inklusivitas yang setara. Berdasarkan pemantauan IDN Times di lokasi, tidak ada akses memadai ke Gedung Ksirarnawa, dan selasar berkesenian di Art Center. Beberapa titik ada yang punya akses untuk kursi roda. Tetapi standar lainnya seperti paving blok untuk disabilitas netra, dan pemberhentian kursi roda belum terlihat.
2. Evaluasi penyelenggaraan pementasan, belum menyediakan juru bahasa isyarat

Selain menyoroti fasilitas untuk disabilitas, Mudayana menyadari pihaknya luput menyediakan juru bahasa isyarat (JBI) dalam penampilan seni pertunjukan para siswa SLB se-Bali. “Sesungguhnya kami belum menyediakan penerjemah. Sehingga banyak teman kami dengan hambatan pendengaran dan berbicara belum bisa full (lengkap) menikmati pertunjukan,” kata dia.
3. Meskipun jarak berjauhan, tetap berkumpul untuk pentas

Pementasan siswa siswi SLB ini melibatkan 11 SLB se-Bali. Kata Mudayana, kendalanya ada pada jarak beberapa sekolah yang jauh ke Kota Denpasar. Meskipun demikian, komitmen bersama antara sekolah dan orangtua siswa, membuat para siswa tampil percayara diri hari ini. Menurutnya, ajang ini ada untuk memberikan ruang berkesenian bagi anak-anak disabilitas, dan evaluasi penting untuk perjalanan berkesenian yang mapan keberagaman.
“Inilah yang menjadi kekuatan kami bersama untuk memberikan semacam motivasi kepada anak anak. Sehingga mereka bisa belajar pentas,” ucap Mudayana.