Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Realitas Hidup yang Baru Terasa Berat di Usia 25 Tahun

pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)
pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Masuk usia 25-an tuh kayak bangun tidur dari mimpi panjang. Dulu semua terasa santai, seru, dan penuh rencana besar yang terasa pasti. Tapi pelan-pelan, realitas mulai mengetuk pintu. Tiba-tiba waktu berjalan lebih cepat, dan hidup mulai menagih jawaban dari semua rencana yang dulu cuma jadi angan.

Banyak hal yang sebelumnya gak terasa, mulai muncul satu-satu. Masalahnya bukan cuma soal kerjaan atau cinta, tapi lebih ke arah eksistensi, arah hidup, sampai pertanyaan tentang arti diri sendiri. Usia 25 itu semacam checkpoint emosional momen yang bikin kepala penuh pikiran dan hati kadang gak keruan.

1. Karier masih gini-gini aja

wanita menggunakan laptop (pexels.com/Canva Studio)
foto hanya ilustrasi (pexels.com/Canva Studio)

Ekspektasi soal karier udah makin tinggi di usia 25 tahun, tapi kenyataannya bisa jauh dari bayangan. Banyak yang masuk dunia kerja dengan semangat, tapi lama-lama mulai sadar kalau kerjaan sekarang gak sesuai passion atau bahkan gaji yang diterima gak cukup buat nabung, apalagi buat mimpi besar. Setiap hari terasa kayak rutinitas yang bikin kosong.

Momen ini sering bikin orang mempertanyakan jalan hidup. Kok bisa ya, udah sekolah belasan tahun, tapi masih bingung arah karier? Di saat yang sama, melihat teman sebaya yang udah settle dengan pekerjaannya malah bikin makin overthinking. Akhirnya muncul perasaan tertinggal dan mulai ngebandingin diri terus-terusan.

2. Lingkar pertemanan mengecil

pria sedang berdialog (pexels.com/Helena Lopes)
pria sedang berdialog (pexels.com/Helena Lopes)

Dulu lingkar pertemanan terasa luas banget. Setiap akhir pekan bisa nongkrong bareng, curhat sampai malam, atau sekadar ngobrol random di chat. Tapi di usia 25-an, semua orang punya kesibukan sendiri. Ada yang sibuk kerja, nikah, atau pindah kota. Teman-teman yang dulu dekat mulai jarang muncul, bahkan gak sedikit yang perlahan menjauh tanpa alasan jelas.

Situasi ini bikin merasa sendirian, walaupun sebenarnya gak benar-benar sendiri. Tapi tetap aja, kehilangan momen kebersamaan yang dulu akrab itu bikin hati kosong. Apalagi kalau lagi ada masalah, dan orang-orang yang biasa jadi tempat bersandar udah gak seintens dulu buat hadir.

3. Tuntutan hidup makin berat

ilustrasi wanita memegang gelas (pexels.com/ Anna Pou)
foto hanya ilustrasi (pexels.com/ Anna Pou)

Tiba-tiba listrik, air, cicilan, dan belanja bulanan jadi hal yang harus diurus sendiri. Tanggung jawab hidup mulai terasa berat, dan semuanya kayak datang bersamaan. Mau gak mau, jadi harus belajar mengatur keuangan, waktu, dan energi. Gak bisa lagi hidup semaunya atau foya-foya tanpa mikirin besok makan apa.

Tekanan dari keluarga juga mulai datang. Pertanyaan kapan nikah, kerja di mana, atau kapan punya rumah jadi suara yang makin sering terdengar. Kadang rasanya beban itu bukan datang dari diri sendiri, tapi dari ekspektasi orang-orang di sekitar yang seolah tahu jalan hidup terbaik, padahal belum tentu ngerti perjuangan yang sedang dijalanin.

4. Pertanyaan "siapa diri gue sebenarnya?"

ilustrasi wanita menutup telinga (pexels.com/Yan Krukau)
foto hanya ilustrasi (pexels.com/Yan Krukau)

Usia 25 sering jadi fase refleksi. Tiba-tiba mulai mikir: sebenarnya hidup ini mau dibawa ke mana? Siapa diri ini tanpa semua pencapaian dan pengakuan orang lain? Semua pertanyaan itu muncul pas lagi sendirian malam hari atau lagi melihat orang lain yang terlihat sukses. Rasa overthinking makin kuat, dan rasa percaya diri bisa runtuh begitu aja.

Banyak yang mulai mencari jawaban lewat self-development, buku motivasi, meditasi, atau bahkan jalan-jalan sendiri. Tapi jawaban dari pertanyaan itu gak selalu datang cepat. Sering kali cuma dapat tambahan kebingungan. Tapi dari sanalah proses kedewasaan pelan-pelan dimulai, meski jalannya gak selalu jelas.

Masuk usia 25 itu bukan berarti semua harus sempurna. Justru di usia ini, hidup mulai memperlihatkan wajah aslinya keras, penuh tekanan, tapi juga penuh pelajaran. Wajar kok kalau lagi bingung, capek, atau merasa tertinggal. Gak semua orang punya ritme hidup yang sama.

Yang penting bukan siapa yang paling cepat sampai tujuan, tapi siapa yang tetap jalan walau pelan. Di balik semua masalah dan kebingungan, selalu ada ruang buat bertumbuh, meskipun gak kelihatan hasilnya sekarang. Usia 25 bukan akhir, tapi awal dari hidup yang lebih jujur dan bermakna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us