Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Laga Muaythai Bali dan Band Cadas Main Barengan di Atas Ring

Suasana laga petarung muaythai diiringi band cadas. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Tentu menjadi hal biasa menonton laga beladiri di atas ring. Namun akan menjadi berbeda jika atlet beladiri dan band musik cadas bermain secara bersamaan di atas ring.

Sebuah sasana Muaythai yang berlokasi di Sanur Kota Denpasar, menghadirkan laga unik. Sebuah band bermain di atas ring untuk mengiringi laga dua petarung muaythai. Seperti apa keunikannya?

1. Figh Right menghadirkan Music on the Ring

Petarung muaythai yang tampil dari berbagai usia. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Fight Right (FR) merupakan sebuah sasana Muaythai yang berlokasi di Sanur. FR didirikan oleh Gung De Gautama, tokoh muda Sanur, beserta Putu Marmar Herayukti yang dikenal sebagai seniman, musisi, dan maestro ogoh-ogoh asal Kota Denpasar.

FR menghadirkan laga Muaythai yang tidak seperti biasanya, yaitu Music on the Ring. Music on the Ring menghadirkan band yang bermain di atas ring untuk mengiringi laga dua petarung Muaythai. Durasi satu laga menyesuaikan dengan durasi satu lagu yang dibawakan oleh penampilan band.

Music on the Ring ini pertama kali diadakan saat perayaan ulang tahun ke-9 FR pada 2024 lalu  Setelah mendapatkan sambutan positif, mereka kembali mengadakan Music on the Ring saat perayaan ulang tahunnya ke-10 di Sasana FR, pada Sabtu (19/4/2025). Acara ini bertajuk Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring.

Bagi penonton yang pertama kali hadir akan memberikan suasana dan pengalaman berbeda. Terlintas dalam pikiran, apakah ini menonton konser musik atau duel muaythai. Saat pertarungan dimulai, penonton akan dibawa untuk menikmati serunya laga dua petarung Muaythai serta hentakan musik cadas penuh semangat.

Menurut Marmar Herayukti, konsep Music on the Ring ini muncul karena ia berada di komunitas Muaythai dan musik.

“Hal ini mendorong saya bersama Gung De Gaotama dan rekan lainnya di FR untuk mencoba menghadirkan konsep baru pertandingan Muaythai. Kami memutuskan untuk menampilkan band di atas ring yang bermain di tengah para petarung Muaythai,” cerita Marmar Herayukti saat memberikan sambutan dalam acara tersebut.

Ia menyebutkan, ide ini akhirnya mendapatkan respon positif di kalangan penonton maupun pihak sponsor. Sehingga berlanjut untuk edisi kedua.

2. Para petarung menampilkan laga penuh semangat tanpa peduli menang atau kalah

Suasana Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring, menghadirkan pertarungan yang bukan merupakan laga resmi. Beragam petarung dari usia anak-anak hingga dewasa hadir menyemarakkan acara ini. Mereka bertarung penuh semangat untuk mengalahkan lawan-lawannya.

Bagi mereka, menang atau kalah tidak masalah yang penting mampu menunjukkan penampilan terbaiknya. Menariknya, walaupun laga berlangsung keras penuh emosi, namun setelah sesi laga berakhir, mereka saling berpelukan untuk menunjukkan sikap respek kepada lawannya.

Petarung yang turut ambil bagian dalam laga Music on the Ring tersebut merupakan para atlet Muaythai Kota Denpasar yang aktif mengikuti kejuaraan seperti Wali Kota Cup, Kejurprov, Porprov, hingga PraPON. Tentu hal ini sangat bagus untuk pembinaan atlet muda serta mencari bibit baru Muaythai di Denpasar. Selain itu, kegiatan ini akan melatih mental para petarung Muaythai saat mengadapi lawannya di atas ring. 

3. Navicula menjadi band pemuncak Music on the Ring

Band Navicula yang menjadi pemuncak Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Acara yang dibuka oleh Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, ini menghadirkan penampilan tiga band cadas yang mengiringi para petarung berlaga. Band pembukanya adalah Super Bombs, Moms Called Killer, dan Navicula sebagai pemuncak.

Navicula membawakan beberapa lagu cadas andalannya seperti Dinasti Matahari, Kembali ke Akar, Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti, dan lainnya yang ditutup dengan Mafia Hukum.

Irama cadas ketiga band tersebut seolah-olah membuat para petarung bertarung mengikuti ritme lagu. Mereka seperti terpacu untuk saling menyerang dengan keras dan cepat menggunakan tangan serta kakinya. Penonton turut bergoyang mengikuti irama lagu di pinggir ring sambil berteriak mendukung jagoannya.

4. Marmar dan Gung De, kedua tokoh yang ditunggu penampilannya

Gung De Gaotama (baju hitam paling kanan), saat menjadi wasit di laga pemuncak. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Kedua Founder FR, Marmar Herayukti dan Gung De Gaotama, sempat terlibat pertarungan sengit pada edisi pertama Music on the Ring tahun lalu. Video laga keduanya sempat viral dan menarik perhatian netizen kala itu. Pada edisi kedua, Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring, keduanya kembali ditunggu penampilannya di atas ring.

Beberapa hari sebelum acara berlangsung, Marmar sempat membuat video yang memberikan sinyal dirinya dan Gung De Gotama akan kembali bertarung di atas ring.

Saat Kadasa, Ten Rounds Music on the Ring, keduanya menepati janjinya untuk tampil di atas ring. Namun, keduanya tidak terlibat dalam sebuah laga seperti edisi sebelumnya. Masing-masing tetap tampil di atas ring, namun dengan cara berbeda.

Marmar tampil sebagai penyanyi yang turut berduet bersama band Moms Called Killer. Marmar membawakan beberapa lagu cadas dari band asal Iowa, Amerika Serikat, Slipknot. Pria yang dikenal sebagai maestro ogoh-ogoh asal Banjar Gemeh ini menghadirkan penampilan yang sangat enerjik. Ia sesekali mengajak penonton untuk menyanyi bersama.

Sedangkan Gung De tampil sebagai wasit dalam laga pemuncak antara Turah Wisnu menghadapi Mangde. Penampilan Gung De sebagai wasit sangat menghibur. Beberapa kali ia melakukan gerakan nyeleneh sembari mengikuti irama lagu Mafia Hukum yang dimainkan oleh Navicula.

Saat ditanya alasan Marmar dan Gung De tidak naik ring lagi, Marmar menjawabnya secara singkat.

"Saya dan Gung De tidak bertarung. Karena Gung De trauma wajahnya dipukul Marmar pada edisi Music on the Ring pertama tahun lalu," ujar Marmar seraya berkelakar.

Fight Right (FR) mampu menghadirkan acara unik yang mendapatkan respon positif dari kalangan pencinta musik dan Muaythai di Denpasar. Tentunya, acara kreatif seperti ini harus didukung, terutama oleh pemerintah. Sehingga bisa diadakan lebih banyak lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us