Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah Daun

Wah, kurang hebat apa coba

Denpasar, IDN Times - Bali bukan saja surganya wisata, guys. Kelebihan lainnya, Bali juga memiliki segudang pelajar berprestasi. Seperti para siswa SMPN 3 Denpasar yang berhasil menciptakan prototype rompi anti peluru.

Menariknya, bahan-bahan yang digunakan adalah sampah daun ketapang (terminalia catappa) dan jerami padi (oryza sativa). Bahan-bahan ini menjadi komponen lapisan yang dimasukkan ke dalam rompi.

Kok bisa sampah daun jadi bahan utama? Yuk intip penjelasannya!

1. Berawal dari melihat sampah daun ketapang yang berserakan

Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah DaunHans Hillewaert

Awalnya, Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya melihat banyaknya sampah daun kepatang yang berserakan di rumah maupun di sekolahnya dulu sewaktu SD. Sampah itu berserakan begitu saja dan kurang dimanfaatkan. Berawal dari situ, Galuh ingin memanfaatkan sampah daun ketapang tersebut menjadi sesuatu yang berguna.

Setelah diteliti, ternyata kandungan dari sampah daun tersebut mengandung selulosa. Kandungan selulosa ketika sudah dibakar akan menjadi kandungan karbon (C). Karbon sebagai kekuatan tahan tembak.

Sedangkan jerami padi mengandung karbon dan silika sebagai kekuatan untuk tahan api. Perpaduan daun ketapang dan jerami padi ini menjadi material bionanokomposit, yang berfungsi menahan terjangan peluru agar tidak tembus.

Baca Juga: Serasa di Vila, Inilah Indahnya Pura Dalem Tohjaya di Kota Denpasar

2. Rompi anti peluru seri pertama dibuat dari daun ketapang dan jerami padi

Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah DaunDok.IDN Times/Istimewa

Sampah daun ketapang dan jerami padi pertama-tama dipotong kecil dan dioven dengan suhu 250 derajat Celsius. Setelah dioven selama satu jam, bahan-bahan tersebut dikeluarkan lalu dihancurkan. Proses ini diulang sebanyak tiga kali. Setelah hancur, kedua bahan itu lantas direkatkan menggunakan lem perekat resin dan hardener.

Setelah produk jadi, lapisan sampah daun ketapang dan jerami padi yang menjadi lapisan dalam rompi itu langsung dilakukan tiga uji coba, yakni tes benturan, tes tahan api, dan tes peluru (Balistik sederhana) dengan peluru caliber 38. Hasilnya, produk itu hanya mengalami sedikit retak. Dari situ, produk ini terus diperbaiki.

3. Prototype rompi anti peluru dapat medali perak di Jepang

Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah DaunDok.IDN Times/Istimewa

Bersama Nyoman Putri Radhani Larassati, kakak kelasnya, Galuh Cakrawati membawa penelitian ini untuk dilombakan di ajang Japan Desain and Invetion Expo tahun 2017 dan berhasil meraih medali perak.

Di ajang itu, mereka bersaing dengan anak SMA, mahasiswa, dan umum lho.Tim jurinya bahkan terkejut, anak SMP sudah bisa membuat penelitian seperti itu.

4. Rompi anti peluru seri dua dengan tambahan bahan sabut kelapa (cocoa nucifera), daun pisang dan kain katun

Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah DaunDok.IDN Times/Istimewa

Setelah seri pertama hasilnya cukup menggembirakan, rompi anti peluru ini terus dikembangkan. Jadilah rompi anti peluru seri kedua dengan tambahan bahan sabut kelapa, daun pisang, dan kain katun.

Daun ketapang diambil karbonnya, jerami padi diambil karbon dan silikanya. Sedangkan sabut kelapa, daun pisang, dan kain katun diambil selulosanya untuk menjadi lapisan rompi.

Pada seri pertama, material bionanokomposit daun ketapang dan jerami padi berfungsi menahan terjangan peluru agar tidak tembus. Nah, pada seri kedua ini ditambahkan dengan lapisan selulosa dari sabut kelapa, daun pisang, dan kain katun yang berfungsi meredam serta mengurangi besarannya energi kinetik terjangan peluru ke material.

Lapisan materi bionanokomposit dan lapisan selulosa kemudian direkatkan menjadi satu kesatuan dengan lem resin hardener dan lem Putih merek Rajawali.

5. Rompi seri kedua dapat medali perak di Malaysia. Saingannya dari pelajar hingga dosen

Siswa SMP 3 Denpasar Ciptakan Rompi Anti Peluru Dari Sampah DaunDok.IDN Times/Istimewa

Galuh Cakrawati bersama teman-teman sekolahnya di SMPN 3 Denpasar, yakni Sangayu Rania Callista Astarina, I Ketut Cahaya Tirta Darma Putra, Ketut Desta Pradnyaswari, dan Ida Ayu Widyawati kali ini melombakan prototype rompi anti peluru seri kedua di ajang Malaysia Technologi Expo (MTE) 2018, di Kuala Lumpur, Malaysia.

Di sana, Galuh dan tim harus tarung bebas dengan pelajar, mahasiswa, bahkan hingga dosen lho. Mereka akhirnya mendapat medali perak setelah bersaing dengan tim pelajar, mahasiswa, dosen yang digabung menjadi satu. Emas untuk kategori keamanan diraih oleh dosen dari Universitas Pertahanan Malaysia.

Meskipun produksi rompi anti peluru seri 2 ini baru skala penelitian dan belum skala pabrik, namun kegigihan para pelajar ini untuk menemukan hal-hal baru patut diapresiasi setinggi-tingginya.

Mungkin yang kita pikir itu hanyalah sampah tak berguna, namun di tangan mereka bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Semangat terus belajarnya ya, dek!

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya