Kisah Indonesian Woman Riders di Bali Naik Moge: Adrenalinnya Dapat 

Apakah ada yang sehobi dengan mereka?

Badung, IDN Times - Apabila seorang rider identik dengan laki-laki, maka kini giliran rider perempuan yang mengambil peran. Indonesian Woman Riders yang dibentuk di Bali oleh Ni Made Oningsih alias Onik adalah salah satunya. Perempuan yang tinggal di Kediri, Tabanan ini merupakan founder Komunitas Indonesian Woman Riders, tepatnya pada tahun 2017 lalu. Hanya saja komunitas ini resmi dideklarasikan pada tahun 2020, hingga kemudian setiap tanggal 23 Agustus ditetapkan sebagai anniversary.

“Jadi dari tahun 2017 itu saya mengumpulkan ladies biker yang khususnya ada di Bali dulu. Jadi Indonesian Woman Riders itu diakui sah oleh negara dan kami juga legal. Sudah tercatat bahwa Indonesian Woman Riders itu memiliki akta pendirian,” jelasnya pada Sabtu (10/4/2021).

Saat ditemui IDN Times, Indonesian Woman Riders sedang ride dari Jalan Pantai Berawa menuju Loco by Nature di Jalan Canggu, Padang Linjong, kemudian ke Jalan Sempol dan Jalan Pantai Pererenan.

Penasaran dengan Indonesian Woman Riders? Simak yuk kisah mereka!

Baca Juga: Mengenal Dewata Corona Community, Merawat Mobil Seperti Merawat Istri

1. Mengapa diberi nama Indonesian Woman Riders?

Kisah Indonesian Woman Riders di Bali Naik Moge: Adrenalinnya Dapat Indonesian Woman Riders (IDN Times/Ayu Afria)

Awalnya, hanya ada lima orang dalam komunitas ini yang turut mendeklarasikan komunitas. Indonesian Woman Riders dipilih sebagai nama komunitas karena dibentuk sebagai wadah untuk ladies biker yang ada di Indonesia. Komunitas ini beranggotakan perempuan-perempuan pecinta motor besar, khusus di atas 400 cc ke atas.

Menurut Onik, pada tahun 2019 lalu, Indonesian Woman Riders memang menetapkan anggota grup hanya untuk pemilik Harley Davidson saja. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, ia banyak menerima permintaan dari ladies biker lainnya, seperti Rotal Enfield. Akhirnya ia menetapkan permainan di atas 400 cc. Sampai saat ini Indonesian Woman Riders memiliki 15 anggota di Bali.

“Tidak hanya Harley aja sekarang. Jadi yang memiliki motor 400 cc ke atas sudah bisa bergabung di Indonesian Woman Riders,” ungkap Onik.

2. Ingin membuktikan bahwa perempuan tidak hanya berkutat dalam urusan rumah tangga

Kisah Indonesian Woman Riders di Bali Naik Moge: Adrenalinnya Dapat Indonesian Woman Riders (IDN Times/Ayu Afria)

Onik mengatakan dengan kehadiran Indonesian Woman Riders ini, ia ingin menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya berkutat dengan urusan rumah tangga saja. Misalnya menyapu, mengepel, memasak, dan mengurusi keluarga. Mereka juga perlu menikmati hal-hal yang mereka suka, termasuk hal yang dilakukan oleh pasangannya.

“Perlu dong kami yang memiliki hobi yang sejalan itu, kasihlah sesekali kita menikmati seperti layaknya bapak-bapak, suami kita semuanya. Kita perlu juga hiburan supaya kita lebih asyik ya. Itu aja sih,” jelasnya.

“Adrenalinnya dapat sih,” imbuhnya.

Indonesian Woman Riders memiliki visi sosial dengan melakukan charity, hingga ke depannya membantu bedah rumah. “Pekerjaannya, rata-rata kami memiliki usaha. Kebetulan ibu rumah tangga, tapi memiliki usaha sendiri,” ungkapnya.

Onik mengaku memang awalnya merasa canggung mengendarai moto gede alias moge ini. Terlebih di Bali. Namun ia ingin membuktikan bahwa dengan menjalankan hobi, ia tidak meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu dan seorang istri dalam keluarganya.

3. Sebelum ride, pastikan sudah menjalankan semua tanggung jawab

Kisah Indonesian Woman Riders di Bali Naik Moge: Adrenalinnya Dapat Indonesian Woman Riders (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, Queen Indonesian Woman Riders, Ni Luh Putu Suarini, mengaku sudah hobi mengendarai motor sejak dulu. Dengan bergabung dalam komunitas Indonesian Woman Riders ini, menurutnya memiliki tantangan tersendiri. Ia menyadari bahwa sebagai seorang perempuan, ia juga memiliki banyak tanggung jawab.

“Kita sebagian besar ini udah ibu rumah tangga yang sudah punya anak dan ada sebagian besar juga adalah wanita Bali asli. Di mana wanita Bali asli itu kan terikat sama adat, kegiatan-kegiatan adat, ngayah mebraya (menjalankan tanggung jawab bermasyarakat). Di situ sih tantangannya,” jelasnya.

Sebelum ride dengan komunitas, sebagai Queen di grup ini, ia mengaku harus buka kalender Bali terlebih dahulu. “Jadi kami ngecek, ada hari raya nggak? Ada Purnama nggak? Ada ini nggak? Kalau pas hari raya, kami nggak akan bisa ride gitu. Itu saja sih paling. Sama mungkin kendala diperizinan dari suami atau keluarga itu kan,” jelasnya.

4. Pengetahuan dasar soal mesin harus dikuasai

Kisah Indonesian Woman Riders di Bali Naik Moge: Adrenalinnya Dapat Indonesian Woman Riders (IDN Times/Ayu Afria)

Saat akan berkendara moge bersama komunitasnya, Putu Suarini menekankan tidak mengizinkan rider cowok untuk ikut dalam agenda ini. Apabila ada masalah dengan motor mesin dan tiba-tiba mati di jalan, maka sebisa mungkin anggotanya melakukan tindakan emergency. Pengetahuan dasar soal mesin harus dikuasai, mulai dari busi hingga kran bahan bakar.

“Karena para suami juga sering, kalian nggak bisa, hanya bisa naik motor aja. At least (setidaknya) basic untuk motor kalian juga harus mempelajari sedikit-sedikit. Gitu. Jadi itu yang kita cek pertama. Ternyata kita tidak mampu, akhirnya kami cari bengkel yang ada di sekitar sana. Kendalanya kan karena kita cewek-cewek, motor yang kita bawa itu cukup berat, itu sih harus dorong bersama,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya