Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penyebab Menantu Perempuan Enggan Tinggal dengan Ibu Mertua

ilustrasi ibu mertua (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi ibu mertua (pexels.com/Mikhail Nilov)

Gianyar, IDN Times - Apakah kamu menantu perempuan yang kini tinggal bersama ibu mertua? Jika iya, apa kamu merasa enggan tinggal serumah dengan ibu mertua? Perasaan enggan ini ternyata ada penelitian ilmiahnya lho.

Berdasarkan penelitian ilmiah bertajuk Subjective Well-being pada Menantu Perempuan yang Tinggal dengan Ibu Mertua ditulis oleh Dyah Puspa Rini, menantu perempuan memiliki subjective well-being yang kurang selama tinggal bersama ibu mertua.

Pavot dan Diener memaknai subjective well-being sebagai hal penting, karena satu prediktor kualitas hidup individu yang dapat memengaruhi keberhasilan individu dalam berbagai domain kehidupan. Lalu, seperti apa temuan lainnya dan solusi untuk hal ini? Berikut ulasan selengkapnya.

1. Mengenal kesejahteraan subjektif atau subjective well-being

Ilustrasi bahagia (pexels.com/Photo by Anh Nguyen)
Ilustrasi bahagia (pexels.com/Photo by Anh Nguyen)

Diener, Oishi, dan Lucas dalam Buku Pegangan Psikologi Positif Oxford, menuliskan artikel ilmiah berjudul Kesejahteraan Subjektif: Ilmu Kebahagiaan dan Kepuasan Hidup. Pada artikel itu, mereka memaknai kesejahteraan subjektif sebagai hasil evaluasi seseorang secara kognitif dan afektif terhadap seluruh pengalaman hidup seseorang.

Sementara itu, Duran dan Barlas menyederhanakan definisi kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif merupakan penilaian individu terhadap kepuasan hidup, serta tingkatan emosi positif dan emosi negatif. Lalu bagaimana kesejahteraan subjektif menantu perempuan yang tinggal bersama ibu mertua?

2. Kondisi mental setiap menantu perempuan berbeda-beda

ilustrasi psikolog (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi psikolog (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Riset berjudul Subjective Well-being pada Menantu Perempuan yang Tinggal dengan Ibu Mertua ditulis oleh Dyah Puspa Rini mengungkapkan berbagai hal menarik. Empat orang menantu perempuan menjadi subjek penelitian ini, tiga di antaranya mengaku tidak dapat mengekspresikan diri mereka dengan baik. Menantu perempuan yang tinggal bersama ibu mertua memiliki kesejahteraan subjektif yang kurang.

Menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua merasakan beberapa hal. Menantu perempuan tidak bisa menjadi dirinya sendiri, tidak mendapatkan kebebasan, dan lebih banyak merasakan efek negatif. Efek negatif seperti kecewa, jengkel, marah, sedih, dan tertekan, sehingga membuat menantu perempuan ingin memiliki tempat tinggal sendiri.

3. Mengambil kendali atau memiliki tempat tinggal sendiri

ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Vlada Karpovich)

Ada sederet faktor yang memengaruhi kesejahteraan subjektif menantu perempuan yang tinggal bersama ibu mertua. Faktor itu seperti penguasaan lingkungan yang baik, kasih sayang, hubungan sosial, dan sifat. Ketika tidak mampu mengekspresikan dirinya secara leluasa, menantu perempuan akan kehilangan kesejahteraan subjektifnya.

Perempuan yang mampu mengambil kendali dan keputusan saat tinggal bersama ibu mertua, memiliki kesejahteraan subjektif yang cukup baik. Namun, hal ini tidak dapat dialami semua menantu perempuan karena kondisi mental seseorang beragam.

Jadi, jika kesejahteraan subjektif menantu perempuan telah terganggu atau belum terpenuhi, itu saatnya mulai berunding dengan suami untuk menentukan solusi yang bijak.

Apakah akan tetap tinggal bersama ibu mertua dan berbicara jujur saat merasa tak nyaman, atau langsung tinggal di tempat berbeda dan memisahkan diri? Yuk tentukan pilihan kamu dengan tetap berkonsultasi dengan ahlinya ya.

Share
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us