Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bahaya Demokrasi Menurut Edward Bernays

Ilustrasi pemilu/kampanye (IDN Times/Agung Sedana)

Demokrasi sering dianggap sebagai fondasi utama dari pemerintahan modern, mengedepankan hak suara rakyat, dan kebebasan individu sebagai prinsip dasarnya. Namun, tidak semua pandangan tentang demokrasi sepenuhnya positif. Satu pemikir yang memberikan perspektif kritis terhadap demokrasi adalah Edward Bernays, seorang pelopor dalam bidang public relations (PR), yang sering dijuluki sebagai “Bapak PR”.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan Bernays mengenai bahaya demokrasi dan mengapa pandangannya tetap relevan di era modern saat ini.

Edward Bernays dan pandangan kritisnya terhadap demokrasi

Aksi damai bertajuk 'Dari Jogja Menjaga Demokrasi Indonesia'. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Edward Bernays dikenal luas karena inovasinya dalam teknik-teknik public relations yang mampu membentuk opini publik dan perilaku konsumen. Namun, di balik kesuksesannya dalam dunia PR, Bernays juga memiliki pandangan yang cukup skeptis mengenai demokrasi. Menurut Bernays, meskipun demokrasi tampak sebagai sistem yang ideal dan adil, ada beberapa bahaya inheren yang patut diwaspadai.

Bernays mengamati bahwa dalam sistem demokrasi, informasi dan opini publik bisa sangat mudah dimanipulasi. Ia berargumen bahwa dengan keterampilan dan teknik PR yang tepat, kelompok atau individu tertentu dapat memengaruhi opini publik secara signifikan untuk mencapai agenda mereka sendiri. Dalam pandangan Bernays, demokrasi, yang seharusnya melindungi rakyat dari manipulasi, sering kali tidak mampu mencegah penyebaran propaganda yang berpotensi menyesatkan masyarakat.

Selain itu, Bernays juga mengkritik cara informasi disebarkan dalam sistem demokrasi yang sangat terbuka. Ia mencatat bahwa adanya kebisingan informasi dengan banyaknya suara dan pendapat yang bersaing dapat menciptakan kebingungan di kalangan publik. Dengan begitu banyak informasi yang sering kali saling bertentangan, masyarakat bisa mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang rasional dan terinformasi dengan baik.

Lebih jauh lagi, Bernays mengamati bahwa pembuatan opini dalam demokrasi sering kali lebih bergantung pada manipulasi emosi daripada pada fakta yang objektif. Teknik-teknik PR yang memanfaatkan emosi publik dapat mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu-isu tertentu, tanpa memberikan pemahaman yang mendalam tentang realitas. Ini berarti bahwa opini publik bisa dipengaruhi oleh narasi emosional yang tidak selalu mencerminkan kebenaran.

Dalam pandangan Bernays, bahaya-bahaya ini menunjukkan bahwa meskipun demokrasi memberikan ruang untuk partisipasi publik, ia juga memiliki potensi untuk disalahgunakan dan dipengaruhi oleh teknik-teknik komunikasi yang manipulatif. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi bahaya-bahaya ini agar demokrasi tetap berfungsi dengan baik dan efektif.

Ada beberapa bagian yang perlu diperhatikan dalam demokrasi menurut Edward Bernays

Pexels.com/Markus Winkler

1. Manipulasi publik dan propaganda

Kekhawatiran utama Edward Bernays adalah potensi manipulasi publik melalui propaganda dalam sistem demokrasi. Bernays percaya bahwa teknik public relations yang canggih memungkinkan kelompok atau individu tertentu untuk memengaruhi opini publik demi mencapai tujuan mereka. Dalam pandangan Bernays, meskipun demokrasi dirancang untuk memberikan suara kepada rakyat, ia tidak selalu efektif dalam melindungi masyarakat dari manipulasi yang licik.

Contoh Sosial: Ambil kasus iklan politik yang sering kita lihat selama kampanye pemilihan. Para kandidat sering menggunakan iklan yang didesain untuk membangkitkan emosi atau ketakutan, dan sering kali tanpa memberikan informasi yang benar-benar akurat. Misalnya, iklan yang menakut-nakuti pemilih tentang ancaman dari pihak lawan tanpa memberikan bukti konkret. Ini adalah bentuk propaganda yang memanfaatkan teknik PR untuk memanipulasi opini publik, membuat masyarakat merasa tertekan dan membuat keputusan berdasarkan emosi, bukan fakta.

2. Kebisingan dan kekacauan informasi

Bernays juga menyoroti masalah yang timbul dari cara informasi disebarkan dalam sistem demokrasi. Dalam pandangannya, demokrasi yang sangat terbuka sering kali menghadapi tantangan berupa kebisingan informasi. Banyaknya suara dan opini yang bersaing menciptakan kebingungan di kalangan publik.

Contoh Sosial: Pertimbangkan bagaimana media sosial menjadi lautan informasi yang sering kali bertentangan. Selama krisis kesehatan global seperti pandemik COVID-19, masyarakat dihadapkan pada berbagai informasi dan klaim dari berbagai sumber. Ada berita yang akurat, tetapi juga banyak hoaks dan teori konspirasi. Kebisingan informasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan membuat masyarakat sulit untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mengarah pada keputusan yang kurang tepat dan sering kali tidak berdasar.

3. Manipulasi emosi dan pembuatan opini

Bernays mengamati bahwa dalam demokrasi, pembentukan opini sering kali lebih bergantung pada manipulasi emosi daripada pada fakta dan logika. Teknik PR yang memanfaatkan emosi publik dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap isu tertentu tanpa memberikan pemahaman yang mendalam.

Contoh Sosial: Cobalah pikirkan bagaimana iklan komersial sering kali menggunakan gambar emosional untuk menarik perhatian. Misalnya, iklan yang menunjukkan gambaran keluarga bahagia yang menggunakan produk tertentu, atau iklan amal yang menampilkan kondisi menyedihkan untuk mendorong sumbangan. Teknik ini memanfaatkan emosi seperti empati atau kebanggaan untuk memengaruhi keputusan, sering kali mengabaikan informasi lebih mendalam yang mungkin lebih relevan. Ini menggambarkan bagaimana opini publik dapat dibentuk oleh narasi emosional daripada oleh fakta yang objektif.

Pandangan Edward Bernays tentang bahaya demokrasi memberikan perspektif yang mendalam, dan sering kali kontroversial mengenai tantangan dalam sistem pemerintahan yang didasarkan pada partisipasi publik. Meskipun demokrasi menawarkan suara kepada rakyat dan kebebasan individu, Bernays mengingatkan kita bahwa ia juga memiliki kerentanan yang signifikan.

Manipulasi publik melalui propaganda, kebisingan informasi, dan manipulasi emosi merupakan beberapa bahaya yang diidentifikasi Bernays. Kasus-kasus nyata seperti iklan politik yang menebar ketakutan, kekacauan informasi selama pandemi, dan iklan komersial yang menggugah emosi menunjukkan bagaimana teknik PR dapat memengaruhi opini publik dengan cara yang tidak selalu transparan atau adil.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ada tantangan, demokrasi tetap memiliki potensi besar untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih efektif. Dengan meningkatkan literasi media, memperbaiki transparansi informasi, dan mendorong diskusi yang berbasis fakta, kita dapat bekerja bersama untuk mengatasi bahaya-bahaya ini.

Pada akhirnya, pandangan Bernays mengajak kita untuk lebih kritis dan waspada terhadap cara informasi serta opini dipengaruhi. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika ini, kita dapat berpartisipasi lebih aktif dalam menjaga kualitas demokrasi kita, memastikan bahwa sistem ini benar-benar berfungsi untuk kepentingan rakyat, bukan sekadar alat bagi mereka yang memiliki agenda tersembunyi.

Share
Topics
Editorial Team
Yosiana Faqih
EditorYosiana Faqih
Follow Us