Alasan Umat Hindu Pakai Beras di Kening Setelah Sembahyang

Kamu pernah memperhatikan umat Hindu di Bali setelah sembahyang? Pada bagian kening umat Hindu Bali, terlihat ada beras yang menempel. Beras yang telah berisi air itu disebut dengan bija. Bija ini biasanya diletakkan pada bagian kening dan di bawah leher.
Lalu kenapa umat Hindu Bali menggunakan beras di kening setelah sembahyang? Ini jawaban selengkapnya.
1. Simbol Dewa Kumara

Bija adalah simbol dari Dewa Kumara yang dikenal sebagai putra Dewa Siwa. Meletakkan bija bermakna sebagai bentuk bersemayamnya benih kedewataan dalam setiap umat Hindu.
Kitab Upanisad menyebutkan Tuhan mengisi alam semesta dengan atau tanpa wujud tertentu. Maksudnya, Tuhan ada dalam setiap insan ciptaannya, dan bija adalah simbolnya.
Bija dibuat dari beras yang dicampur dengan air, terkadang dengan kunyit sehingga berwarna kuning. Sebagai simbol benih kedewataan, beras diharapkan berasal dari bulir yang utuh. Beras tidak boleh rusak atau patah.
2. Tiga titik utama meletakkan bija

Selain di kening dan area leher, bija juga ditelan lho. Ini adalah letak umum bija setelah sembahyang dan memohon tirta (air suci). Ketiga titik tersebut mempermudah umat Hindu Bali meletakkan bija saat mengenakan pakaian adat lengkap.
Letak bija di kening disebut dengan anja cakra, dipercaya sebagai titik mata ketiga (cudamani). Meletakkan bija di titik tersebut dipercaya memberikan cahaya kebijaksanaan untuk menuntun diri ke jalan yang benar. Sementara, letak bija di leher disebut wisuda cakra, sebagai simbol permohonan penyucian diri.
Sedangkan bija yang ditelan (bukan dikunyah) karena simbol keutuhan sifat kedewatan harus utuh dengan harapan meraih keyakinan yang teguh.
3. Titik lainnya meletakkan bija

Tidak hanya tiga titik di atas lho, sebenarnya ada istilah yang disebut panca adisesa. Istilah tersebut bermakna lima titik dalam tubuh untuk meraih sifat kedewataan tadi.
Titik tersebut tiga di antaranya yang disebutkan di atas seperti kening, leher, dan ditelan. Dua titik lainnya untuk meletakkan bija berada di pusar dan ulu hati.
Kedua titik ini jarang dikenakan saat di pura, karena umat Hindu mengenakan pakaian adat lengkap. Sehingga agak sulit meraih kedua titik itu.