Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?

Polisi menyebut kakaknya sedang main TikTok

Denpasar, IDN Times - Kejadian pilu yang merenggut seorang anak perempuan berusia 8 tahun di Bali pada Senin (23/11/2020) lalu sekitar pukul 10.30 Wita, perlu mendapatkan perhatian khusus. Pelajar kelas 2 Sekolah Dasar (SD) asal Kelurahan Tejakula ditemukan tewas tenggelam di kolam renang sebuah vila daerah Kabupaten Buleleng.

Tragedi itu terjadi karena korban dianggap bisa berenang, sehingga lepas dari pengawasan kakaknya yang saat itu sedang membuat video TikTok. Berikut pendapat psikolog terkait kejadian ini:

1. Sang kakak berpotensi menjadi objek hujatan

Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?pixabay.com/jwvein

Menurut Dosen Program Studi Psikologi Universitas Bali Internasional, Aritya Widianti, sang kakak berpotensi menjadi objek hujatan setelah kejadian itu karena dianggap tidak bertanggung jawab. Sebab ketika kejadian, ia memainkan gawainya untuk membuat video.

“Jujur hal tersebut sangat disayangkan terjadi. Sebagai seorang psikolog saya mendapati teknologi membawa dua hal dalam hidup manusia. Tentu dampaknya beriringan, positif dan negatif,” ungkapnya kepada IDN Times, Rabu (25/11/2020).

Ada hal yang perlu dicermati dalam kasus tenggelamnya anak berusia 8 tahun tersebut. Pertama, apakah anak tersebut sudah bisa berenang? Kedua, fasilitas keamanan di kolam tersebut. Ketiga, fungsi pengawasan orang dewasa yang sedang bersamanya (Dalam hal ini kakak).

Tidak dipungkiri, TikTok menjadi euforia di kalangan masyarakat luas. Terutama semenjak ada pandemik.

“Dalam hal ini saya melihat sebagai ajang hiburan. Apakah ada faktor lalai? Saya rasa perlu ditelisik lebih lanjut. Sebab sangat bisa si kakak juga mengalami trauma setelah kejadian tersebut. Bisa saja si kakak menjadi bulan-bulanan objek hujatan. Dianggap tidak tanggung jawab karena sibuk dengan TikTok,” jelasnya.

Baca Juga: Tanda-tanda Anak yang Cenderung Jadi Psikopat, Orangtua Wajib Tahu!

2. Kenali sendentary activity yang berpengaruh langsung ke otak

Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?Ilustrasi Anggota Tubuh (Kepala) (IDN Times/Mardya Shakti)

Aritya yang juga sebagai psikiater di Denpasar Mental Health Centre, mulai membahas soal sendetary activity. Ini adalah contoh aktivitas menetap yang membuat tubuh kurang terstimulasi untuk bergerak.

Sendentary activity dapat membuat tubuh kurang terstimulasi. Padahal reaksi untuk bergerak penting bagi integrasi sensori dalam tubuh. Hal itu erat kaitannya dengan fungsi kerja otak. Perilaku manusia erat kaitannya dengan proses mental. Sedangkan proses mental banyak dikendalikan oleh otak.

“Konektivitas antar panca indera, propreoseptif dan vestibular menjadi bagian dari integrasi sensori. Proses tersebut dibutuhkan dalam hidup manusia supaya ketika ada stimulus, maka proses mental yang ada sinkron dengan perilaku yang seharusnya muncul. Dalam kasus tersebut, bisa saja si kakak begitu asyik dengan gawainya menjadi kurang ‘rasa’ dengan situasi di dekatnya. Di mana ‘rasa’ didapat dari hasil hasil kerja otak,” katanya.

3. Kronologi tenggelamnya bocah perempuan di kolam renang:

Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?Ilustrasi TikTok. IDN Times/Arief Rahmat

Tragedi yang dialami bocah tersebut karena kakaknya memainkan gawai diungkapkan oleh Kasubag Humas Polres Buleleng, Iptu Gede Sumarjaya. Korban bersama kakak yang berusia 17 tahun, dan dua teman kakaknya datang ke lokasi kejadian pada pukul 10.00 Wita. Mereka menyewa lokasi untuk membuat video dan foto untuk TikTok. Selain itu, mereka berniat berenang dengan membayar Rp35 ribu.

“Korban langsung bermain di pinggir kolam. Awalnya diawasi oleh kakak dan teman kakaknya,” ungkapnya.

Korban lalu ditinggal sendirian, sedangkan kakak dan teman-temannya pergi sejauh delapan meter dari kolam vila untuk membuat video dan foto.

4. Ia ditemukan terbujur kaku di dasar kolam renang

Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?lokasi penemuan korban tenggelam di salah satu vila di Kabupaten Buleleng (Dok.IDN Times/Polres Buleleng)

Menurut keterangan Sumarjaya, dua orang saksi, Made Suniyasa (38) sebagai tukang kebun dan Sherly Lestari (32) pemilik vila, telah mengingatkan kakak korban agar adiknya tidak dibiarkan main di pinggir kolam renang. Namun sang kakak mengaku korban bisa berenang, dan saksi tidak menegurnya kembali.

Selang 15 menit kemudian, korban ditemukan di dasar kolam dalam kondisi meninggal dunia. Korban langsung dibawa Ke Puskesmas Tejakula I. Dari hasil pemeriksaan medis yang dilakukan oleh dr Kadek Awi Darma Putra, menyatakan korban meninggal karena tenggelam. Selain itu, ditemukan dua luka lebam di bagian dahi bawah yang berwarna biru.

“Korban meninggal karena tenggelam pada air tawar. Mulut korban berbuih, keluar kotoran pada anus. Tubuh sudah tampak kaku,” lanjut Sumarjaya.

5. Kasus ini tidak diusut karena keluarga sudah mengikhlaskan

Bocah 8 Tahun di Tenggelam Kolam Renang Bali, Benar Kakaknya Lalai?Suasana rumah duka korban tenggelam di kolam renang vila (Dok.IDN Times/Polres Buleleng)

Kasus ini ditangani oleh Polsek Tejakula. Korban meninggal diduga terpeleset dan dahinya terbentur. Lalu langsung pingsan dan tenggelam.

Keluarga korban menyatakan menerima dan mengikhlaskan kematiannya. Mereka sepakat menolak dilakukan autopsi dan tidak melakukan tuntutan secara hukum terhadap pihak manapun.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya