5 Keunikan Desa Tenganan Pegringsingan, Ada Ayunan dari Kayu

Desa Tenganan Pegringsingan yang terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem merupakan desa Bali Aga (penduduk asli Bali) yang telah dikembangkan sebagai objek wisata Pulau Bali. Sejak dahulu hingga sekarang, desa ini masih mempertahankan tradisi Bali kuno dan berpegang teguh pada aturan adat mereka.
Lokasi desa ini berada di sebuah lembah dan diapit oleh perbukitan, dengan lanskap berupa terasering atau berundak. Suasana Desa Tenganan Pegringsingan masih sangat asri karena dikelilingi oleh hutan adat dan area persawahan yang luas. Lalu, apa saja keunikan yang dimiliki desa ini yang patut untuk dikunjungi?
Baca Juga: Menyambut Mentari di Danau Tamblingan, Rela Berangkat Pagi
Baca Juga: Mengenal Desa Tenganan, Bali Aga yang Pertahankan Tradisi Leluhur
1. Bentuk rumahnya serupa satu dengan yang lainnya
Rumah-rumah di Desa Tenganan Pegringsingan mempunyai bentuk yang serupa. Dibuat dengan kombinasi bata merah, bata sungai, tanah, dan relatif berukuran sama. Bentuk pintu masuknya pun sama, yang lebarnya seukuran orang dewasa. Selain itu, bentuk dan ukuran pekarangan, serta tata letak bangunan termasuk pura dalam pekarangan pun relatif sama.
2. Tetap berpegang teguh pada aturan adat yang diturunkan oleh leluhur mereka
Sistem perkawinan yang diterapkan di desa ini adalah sistem parental, di mana perempuan dan laki-laki dalam keluarga mempunyai derajat yang sama serta berhak menjadi ahli waris. Selain itu, mereka juga menganut sistem endogamy di mana masyarakat setempat terikat dalam hukum adat yang mengharuskan pernikahan dilakukan dengan sesama warga Desa Tenganan Pegringsingan.
3. Kerajinan tenun double ikat Kain Grinsing
Proses pembuatan Kain Grinsing sangat unik dan memerlukan waktu yang lama, bisa sampai 3 tahun. Sehingga keberadaannya langka dan harganya pun cukup mahal. Tradisi menenun ini sudah turun temurun dan kain ini wajib dimiliki oleh warga desa, karena bagian dari perlengkapan upacara. Bahan-bahan pewarna dalam pembuatan kain ini pun alami, berasal dari getah-getah kayu tertentu dan biji kemiri yang diramu sedemikian rupa sehingga bisa menjadi pewarna.
4. Tradisi ayunan kayu
Saat memasuki wilayah Desa Tenganan Pegringsingan, kamu akan melihat ayunan kayu yang tinggi. Biasanya, ayunan ini akan digunakan pada saat Tradisi Perang Pandan yang dilakukan oleh para gadis Tenganan. Mereka akan memakai kain tradisional berwarna keemasan, dan duduk di atas ayunan.
Kemudian ayunan akan diayunkan oleh dua orang pemuda desa secara perlahan. Makna dari tradisi ini adalah merepresentasikan kehidupan yang terus berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah.
5. Tradisi Mekare-Kare
Mekare-kare atau Perang Pandan ini biasanya yang paling dikenal dari Desa Tenganan Pegringsingan. Perang ini akan dilakukan oleh para pemuda desa yang akan saling bertarung dengan daun pandan berduri dan tameng dari anyaman rotan. Mereka akan berusaha mengalahkan lawan dengan cara menggesekkan pandan ke badan lawan. Tradisi ini bertujuan untuk melatih fisik dan mental para pemuda Desa Tenganan Pegringsingan.
Menarik bukan?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.