Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip Perkelahian

Tradisinya gak sepopuler Perang Pandan, tapi unik

Karangasem adalah nama Kabupaten di Bali Timur yang memiliki beragam upacara adat tradisi-tradisi unik warisan leluhurnya paling populer. Sebut saja Tradisi Mageret Pandan, Megibung, Gebug Ende, dan lainnya.

Selain itu, ada satu tradisi lagi yang cukup unik namun belum terlalu terkenal yaitu Tradisi Tamlang Waluh. Seperti apa tradisi unik ini? Berikut ini makna Tradisi Tamlang Waluh dari Kabupaten Karangasem, melansir dari Jurnal berjudul Tamblang Waluh: Transformasi Ajaran Karma Marga Yoga dalam Tradisi Lokal Bali Timur karya Dosen Fakultas Brahma Widya, Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Made Sugata, tahun 2018.

Baca Juga: 5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma Bali

Baca Juga: Makna Tradisi Mejrimpen Galungan, Khas Desa Pedawa Buleleng

1. Makna Tamlang Waluh, simbol Lingga Yoni

Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip PerkelahianPelaksanaan tradisi Tamlang Waluh. (YouTube.com/Adi Wiraguna Chanel)

Tradisi Tamlang Waluh atau disebut juga dengan nama Tamblang Waluh ini berasal dari Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Tamlang Waluh terdiri dari dua kata, tamlang dan walung.

Tamlang adalah jenis bambu yang merupakan simbol purusha atau laki-laki. Sedangkan waluh adalah buah labu sebagai simbol pradana atau perempuan. Tamlah Waluh juga sebagai lambang Lingga Yoni, sehingga tradisi ini merupakan simbol proses kelahiran di dunia.

2. Tradisi Tamlang Waluh dilaksanakan sore hari di perempatan jalan

Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip PerkelahianPelaksanaan tradisi Tamlang Waluh. (YouTube.com/IGEDE PRILA)

Tradisi dari Desa Bungaya ini diadakan 210 hari sekali tepatnya setiap hari Senin, Soma Pon, wuku Dungulan atau Hari Penyajaan Galungan. Tradisi ini utamanya dilaksanakan di catus pata (perempatan) yang ada di Desa Bungaya, pada sore hari sekitar pukul 16.00 Wita.

Warga terlebih dahulu berkumpul di Pura Bale Agung dan berkeliling di beberapa titik perempatan desa seperti Banjar Subagan Timbul, Banjar Beji, dan Banjar Desa.

3. Warga setempat yang muda saling beradu tendang

Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip PerkelahianPelaksanaan tradisi Tamlang Waluh. (YouTube.com/Adi Wiraguna Chanel)

Keunikan tradisi ini adalah pada saat prosesi Tamlang Waluh berlangsung. Para pemuda akan melakukan adu tanding satu lawan satu menggunakan kaki. Istilahnya metinjakan atau menendang dengan kaki.

Para pemuda akan memilih lawan yang fisiknya setara, kemudian saling tendang. Prosesi saling tendang ini diawasi oleh pemuda yang lebih dewasa. Walaupun terkesan seperti perkelahian jalanan, namun Tamlang Waluh ini memiliki aturan. Yaitu tidak boleh menendang ke arah kepala dan bagian bawah perut, serta tidak diperkenankan memakai tangan untuk memukul musuh. Pertarungan akan dihentikan jika satu orang kalah atau menyerah.

Selama pelaksanaan itu, mereka tidak boleh mengeluarkan kata-kata kasar yang memancing keributan. Hal ini bertujuan untuk menjaga pelaksanaan Tradisi Tamlang Waluh tetap aman terkendali.

4. Gak boleh berkata kasar, tapi boleh mengucapkan kata-kata porno

Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip PerkelahianPelaksanaan tradisi Tamlang Waluh. (YouTube.com/Adi Wiraguna Chanel)

Nah, ini yang unik. Para petarung dan warga yang menyaksiksan justru boleh mengucapkan kata-kata berbau porno selama pelaksanaan Tradisi Tamlang Waluh. Misalnya "celi katuk" yang sebenarnya adalah kata-kata tersebut tidak pantas untuk diucapkan. Kenapa tradisi ini membolehkan mengucapkan kata-kata ini?

Celi memiliki makna alat kelamin perempuan, dan katuk adalah berhubungan seksual. Jadi kata-kata ini dimaksudkan untuk menyebutkan simbol proses kelahiran, Lingga Yoni, di mana ada pertemuan alat kelamin dalam hubungan seksual. Sehingga ada penghormatan kepada purusha dan pradhana karena kedua makhluk hidup inilah dunia ini bisa berkembang.

5. Ada nilai kejujuran, keikhlasan, dan berpikiran positif

Makna Tradisi Tamlang Waluh di Karangasem, Mirip PerkelahianPelaksanaan tradisi Tamlang Waluh. (YouTube.com/Adi Wiraguna Chanel)

Terdapat beberapa nilai yang terkandung di dalam Tradisi Tamlang Waluh, seperti:

  • Nilai kejujuran. Setiap peserta yang melakukan pertarungan saling tendang akan berlaku jujur, yaitu tidak melakukan kecurangan untuk meraih kemenangan. Jika sudah kalah, ya harus mau mengaku kalah. Begitu juga sebaliknya
  • Nilai keikhlasan. Setelah melakukan prosesi metinjakan, peserta harus mau menerima apa pun hasilnya secara ikhlas. Tidak ada unsur dendam atau balas dendam setelah pelaksanaan Tradisi Tamlang Waluh berakhir. Semua saling memaafkan, dan tidak ada permusuhan sesama warga yang melakukan metinjakan
  • Memiliki pikiran positif. Selama melakukan prosesi metinjakan, peserta tidak boleh memiliki pikiran negatif yang berlebihan, misalnya ingin mencederai atau mencelakai lawan secara sengaja.

Walaupun tradisi ini ada unsur pertarungan atau perkelahian, namun warga yang mengikutinya dalam keadaan perasaan riang gembira, jauh dari rasa permusuhan. Justru yang timbul adalah rasa kebersamaan sesama warga Desa Bungaya.

Warga Desa Bungaya tetap menjaga kelestarian Tradisi Tamlang Waluh. Mereka tidak berani melanggarnya karena takut akan menimbulkan hal-hal yang tidak baik bagi kehidupan di Desa Bungaya.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya