5 Cara Unik Orang Bali Menjaga Kerukunan
Ini bahkan jadi tradisi secara turun menurun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kamu pasti tahu kan bila setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, yang saling membutuhkan satu sama lain. Meski begitu, masih banyak manusia yang hidup secara individu. Sehingga bisa memunculkan kesenjangan sosial di dalam masyarakat.
Namun hal itu berbeda di Bali. Bali termasuk contoh wilayah yang tetap menjaga kerukunan antar masyarakat, yang dijaga dan diwariskan secara turun temurun. Lalu apa buktinya? Lima tradisi di Bali ini adalah buktinya.
Baca Juga: Memaknai Hari Raya Galungan, Mari Memenangkan Diri dari Ego
1. Tradisi ngejot untuk manusia dan Sang Pencipta
Dalam kehidupan sosial, tentu kita harus saling memberi. Ngejot merupakan tradisi saling memberi yang populer di Indonesia khususnya di Bali. Masyarakat yang mengadakan upacara dan acara tertentu ngejot ke masyarakat lain dengan memberi makanan khas.
Selain itu masyarakat juga memberi sesajen dan sembako kepada masyarakat yang mengadakan upacara atau acara. Di Bali, ngejot tidak hanya ditunjukkan kepada sesama manusia. Melainkan juga Tuhan melalui banten saiban berupa nasi, lauk, dan saur yang dihaturkan sehabis memasak. Rasa persaudaraan dan syukur jelas terasa melalui tradisi ini.
Baca Juga: Viral Produk Kopi Mudah Terbakar, BBPOM Denpasar: Aman Dikonsumsi
Ngayah merupakan tradisi kekeluargaan dan kebersamaan berupa gotong royong secara bersama-sama di Bali. Dalam setiap upacara dan acara tertentu, masyarakat dalam suatu dusun atau desa berbondong-bondong bergotong royong untuk mempersiapkan sesuatu mengenai upacara yang dilaksanakan.
Kaum perempuan biasanya mejejahitan (Membuat sarana banten untuk dipakai upacara. Contoh: canang) dan membuat sesajen. Sedangkan kaum laki-laki melakukan mebat yaitu membuat makanan khas Bali seperti lawar, satai, urutan, babi guling dan lainnya, dengan didahului oleh nampah atau memotong babi, ayam, itik dan lainnya.
Selain itu kaum laki-laki juga mempersiapkan sarana upacara lainnya. Tradisi ini saat ini masih tetap eksis di Bali dan mampu membangun semangat kekeluargaan serta kebersamaan.
Baca Juga: 4 Pesan Bijak Tetua Bali yang Tidak Boleh Kamu Lupakan
Baca Juga: MUDP Setuju Arak Bali Dilegalkan Asal Ada Syarat