Anugerah Tuhan, Inilah Makna Gebogan yang Disunggi Perempuan Bali
Bangga jadi Indonesia, punya beragam tradisi seperti ini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat berlibur ke Bali, pernah melihat upacara keagamaan di mana beberapa perempuan berjajar sambil menyunggi buah-buah di atas kepalanya? Itulah yang dinamakan gebogan. Gebogan merupakan sesajen yang dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rata-rata gebogan yang disunggi tersebut setinggi 50 cm hingga 1,5 meter. Di dalamnya terdapat bermacam-macam isi buah dan batang pisang yang menjadi penyangga, dengan dulang di bawahnya untuk menusuk buah-buahan menggunakan lidi bambu.
Buah jadi elemen terpenting dalam gebogan ini. Karena dianggap sebagai wujud kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa. Apa saja isi buahnya?
Baca Juga: 7 Wisata Sejarah di Kota Semarapura Klungkung ini Megah Banget
Perhatikanlah bagian bawah gebogan. Maka kamu akan menemukan deretan apel fuji yang besar dan segar. Buah di gebogan dipasang berderet dan apel fuji biasanya dipasang dideretan paling bawah.
Hal ini karena ukuran apel fujinya besar. Sehingga gebogan bisa berpenampang segitiga, yaitu buah yang besar di bawah dan buah yang kecil di atas. Namun saat ini buah seperti mangga, dan buah naga pun dapat dipasang paling bawah.
1. Umumnya, buah apel fuji diletakkan di bagian bawah sesaji
Baca Juga: Serasa di Vila, Inilah Indahnya Pura Dalem Tohjaya di Kota Denpasar
Sebagus-bagusnya gebogan, tanpa adanya pisang, maka gebogan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Hal ini karena pisang menjadi buah wajib di gebogan. Bukan hanya gebogan, bahkan setiap sesajen pisang merupakan buah wajib yang harus ada. Biasanya pisang terletak di belakang gebogan dengan deretan ke atas.
Buah-buah di atas disusun sedemikian rupa. Semakin tinggi semakin mengerucut menyerupai gunung. Di bagian atas biasanya diletakkan canang dan sampiyan. Gebogan ini dibuat sebagai wujud syukur, persembahan dan bakti umat Hindu di Bali kepada Tuhan.
Unik dan berbeda-beda ya cara kita bersyukur kepada Tuhan. Itulah keindahannya. Apapun wujud dan caranya, yang penting kita harus saling menghargai dan bangga, karena kita memiliki beragam suku, adat, agama, dan tradisi yang tidak dimiliki oleh Negara manapun. Diversity is beautiful.
Artikel ini ditulis oleh: I Putu Yoga Sadhu, IDN Times Community