Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana
Hari Raya Nyepi sangat identik dengan ogoh-ogoh. Patung besar berwujud menyeramkan ini akan diarak selama malam Pengerupukan, atau sehari sebelum Nyepi. Seiring berjalannya waktu, ogoh-ogoh kini wujudnya semakin berkembang dan menarik dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Masing-masing pembuat atau para maestro berlomba-lomba untuk mewujudkan ogoh-ogoh yang terbaik dan terunik sesuai ciri khas masing-masing.
Kata ogoh-ogoh diambil dari Bahasa Bali. Yaitu ogah-ogah, artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Sebenarnya sebagai sebuah karya seni, penyelenggaraan ogoh-ogoh sehari sebelum Nyepi tidak diwajibkan. Buat menambah wawasan, berikut 12 fakta ogoh-ogoh di Bali yang harus diketahui.
1. Ogoh-ogoh tidak ada dalam Kitab Suci Hindu, Veda. Selain itu, tidak ada literatur karena belum ada yang meneliti ogoh-ogoh lebih dalam. Namun ada yang mengatakan muncul sejak zaman Dalem Balingkang, di mana saat itu ogoh-ogoh digunakan dalam upacara Pitra Yadnya (Upacara untuk arwah leluhur atau orang yang sudah meninggal)
Ogoh-ogoh Cupak. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) Baca Juga: 10 Ucapan Hari Raya Nyepi dalam Bahasa Bali
2. Ada juga yang menyebutkan ogoh-ogoh terinspirasi dari Tradisi Ngusaba Ndong-Nding di Desa Selat, Kabupaten Karangasem
Ogoh-ogoh. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) 3. Menurut Buku Panduan Ogoh-ogoh yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar tahun 2016, ogoh-ogoh awalnya dibuat pada saat upacara pengabenan para bangsawan puri, atau seorang pendeta Hindu. Namun seiring berkembangnya waktu, ogoh-ogoh dibuat sebagai wujud bhuta kala di Hari Pengerupukan
Ogoh-ogoh. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) Baca Juga: 5 Rangkaian Hari Raya Nyepi yang Perlu Diketahui
4. Tahun 1983 merupakan bagian penting dari sejarah perkembangan ogoh-ogoh. Presiden Soeharto kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983 dan menetapkan Hari Raya Nyepi sebagai hari libur nasional. Pada tahun tersebut, ogoh-ogoh dibuat dalam wujud bhuta kala yang berkaitan dengan Hari Raya Nyepi
Ogoh-ogoh berbentuk ikan berukuran sangat besar di Sanur. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) 5. Setelah SK itu muncul tahun 1983, Gubernur Bali kala itu, Prof Ida Bagus Mantra, mengimbau seluruh masyarakat Hindu Bali agar membuat patung ogoh-ogoh untuk diarak selama Pengerupukan, sehari sebelum Nyepi
Foto hanya ilustrasi. (IDN Times/Irma Yudistirani) Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari
6. Pada awal kemunculannya, patung raksasa ini terbuat dari bahan alami, yaitu bambu dan kayu. Hanya bagian wajah (Tapel), telapak tangan, dan kaki yang menggunakan bahan styrofoam
Ogoh-ogoh. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) 7. Sekitar tahun 2011, ogoh-ogoh yang menggunakan bahan styrofoam mulai banyak bermunculan. Hal ini karena pembuatannya sangat mudah, cepat, bagus, dan ogoh-ogoh menjadi ringan
Ogoh-ogoh. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) 8. Karena styrofoam tidak ramah lingkungan, Pemerintah Provinsi Bali melarang penggunaannya sebagai bahan ogoh-ogoh, terutama untuk dilombakan. Walaupun dilarang, namun masih ada kelonggaran menggunakan styrofoam seperti tapel (Wajah), telapak tangan, dan kaki
Ogoh-ogoh. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana) 9. Tahun 2018, mulai bermunculan ogoh-ogoh yang bisa bergerak menggunakan mesin. Kreativitas ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pembuat ogoh-ogoh. Satu di antaranya ogoh-ogoh Kumbakarna yang dibuat oleh Banjar Tainsiat, Kota Denpasar, pada tahun 2019 lalu. Ukurannya sangat besar. Ogoh-ogoh ini bisa bergerak dari awalnya tidur dan bangkit berdiri
Ogoh-ogoh Kumbakarna Banjar Tainsiat, Denpasar. (Instagram.com/stysbtainsiat) 10. Pada tahun 2019, ogoh-ogoh miniatur menjadi tren dan banyak digemari karena seringnya diadakan lomba ogoh-ogoh berukuran kecil. Memasuki pandemik, ogoh-ogoh mini ini semakin populer di kalangan pencinta ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh miniatur. (IDN Times/Imam Rosidin) 11. Tahun 2020 dan 2021, pawai ogoh-ogoh ditiadakan karena pandemik. Namun pada 2022, awalnya Pemerintah Provinsi Bali melarang pawai ogoh-ogoh. Namun kemudian memberikan izin dengan protokol kesehatan yang ketat
Ogoh-ogoh dari Banjar Dukuh Mertajati, Sidakarya, Denpasar Selatan: "Sang Bhuta Wingkara". (Instagram.com/ogohogohdenpasar) Baca Juga: Kisah Mistis Desa di Renon yang Dilarang Membuat Ogoh-ogoh
12. Daerah luar Bali pernah melaksanakan pawai ogoh-ogoh terkait perayaan Hari Raya Nyepi. Beberapa daerah tersebut seperti Banyuwangi, Yogyakarta, Semarang, Papua, bahkan di Negara Belgia juga mengadakan pawai ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh di Yogyakarta. (Instagram.com/nisaferina)