TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bunuh Diri dalam Hindu dan Cara Pengabenannya

Mau berbagi cerita gak? Silakan di kolom komentar atau DM ya

Foto hanya ilustrasi. (Pexels.com/Inzmam Khan)

Penulis: Community Writer, Ari Budiadnyana

Kasus bunuh diri saat ini menjadi fenomena tersendiri di masyarakat. Tidak memandang usia dan tingkat sosial masyarakat, seperti yang terjadi belakangan ini di Bali. Bagaimanakah sebenarnya bunuh diri dalam ajaran Agama Hindu?

Baca Juga: Mari Kita Bicarakan Tentang Bunuh Diri

1. Bunuh diri disebut sebagai ngulah pati atau ulah pati

Foto hanya ilustrasi. (pixabay.com/rebcenter-moscow)

Dalam ajaran Agama Hindu, bunuh diri disebut meninggal dengan cara ulah pati atau ngulah pati. Ulah pati di sini bermakna seseorang mengakhiri hidupnya secara sengaja.

Dalam lontar Parasara Dharmasastra disebutkan, bahwa orang yang bunuh diri adalah orang yang hendak mempercepat kematiannya. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Agama Hindu.

2. Roh orang yang bunuh diri akan pergi ke kegelapan

Foto hanya ilustrasi. (pixabay.com/Baggeb)

Orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya, tidak dapat menyelesaikan masalah. Hal ini justru menimbulkan dampak yang kurang baik untuk roh atau Sang Hyang Atma orang tersebut. Dalam bait Aloka Yayur Weda 40.3 menyebutkan:

Asurya nama te loka andhena tamasavratah Tamse pretyapi gachati ye ke catmahano janah.

Artinya:

Seseorang yang bunuh diri akan pergi ke asurya loka yang penuh dengan kegelapan.

Lontar Parasara Dharmasastra juga menyebutkan, roh orang yang meninggal karena bunuh diri akan menetap 60 ribu tahun di alam kegelapan.

Baca Juga: Bali Bersama Bisa Luncurkan LISA Layanan 24 Jam Pencegahan Bunuh Diri 

3. Roh orang yang meninggal karena bunuh diri akan gentayangan dan mengganggu keharmonisan alam

Foto hanya ilustrasi. (pixabay.com/geralt)

Seorang indigo sekaligus pemerhati spirit doll, Queen Athena, punya pengalaman dirinya pernah hampir melakukan bunuh diri.

"Saya saat itu benar-benar sangat depresi karena masalah di media sosial, dan sempat terlintas untuk melakukan bunuh diri. Namun saat selangkah akan melakukannya, sosok arwah yang bernama Lara datang kepada saya dan meminta saya mengurungkan niat buruk tersebut. Arwah Lara adalah sosok arwah yang semasih hidup melakukan bunuh diri karena menjadi korban perundungan di media sosial," cerita Queen melalui saluran telepon, Kamis (6/1/2022) lalu.

Berdasarkan cerita Lara kepada Queen waktu itu, orang yang melakukan bunuh diri arwahnya akan bernasib sama seperti Lara yang bergentayangan tanpa ada tujuan pasti, atau istilahnya 'luntang-lantung'.

"Hal itu yang menyebabkan saya mengurungkan niat untuk bunuh diri. Saya tidak mau arwah saya nantinya bernasib sama dengan arwah Lara," ungkap Queen seraya berharap para remaja untuk menjauhi bunuh diri.

Jika roh orang yang meninggal karena bunuh diri tidak diupacarai secara benar, diyakini akan bergentayangan yang dapat mengganggu dan membuat ketidakharmonisan pada alam.

4. Upacara untuk orang yang meninggal karena bunuh diri

Ilustrasi ngaben. (IDN Times/Imam Rosidin)

Lontar Yama Purwa Tattwa Atma menyebutkan :

Yan angalih pati, limang tiban wenang preteka.

Artinya:

Jika ada yang meninggal ulah atau ngalih pati atau bunuh diri, jenazahnya dikubur terlebih dahulu. Setelah 5 tahun baru boleh melakukan upacara ngaben untuk jenazah tersebut.

Namun hasil Pesamuhan Agung Para Sulinggih dan Walaka di Campuhan, Ubud, Kabupaten Gianyar, pada tanggal 21 Oktober 1961, memutuskan bagi orang yang meninggal dengan cara salah pati (Seperti kecelakaan) dan ngulah pati (Bunuh diri), diupacarai seperti orang meninggal secara wajar (Kadi wong mati bener).

Upacaranya juga ditambah dengan mecaru atau pencaruan di lokasi kejadian guna menetralisir aura negatif, upacara pembersihan, upacara pengulapan, dan upacara guru piduka. Pelaksanaannya disesuaikan dengan desa kala patra atau adat istiadat yang berlaku dalam suatu desa.

Karena adanya beberapa upacara tambahan ini, maka anggota keluarga korban akan memerlukan biaya yang cukup besar dalam menjalankan prosesi ini.

5. Menghindari bunuh diri menurut persepsi Hindu

Foto hanya ilustrasi. (pixabay.com/Fotorech)

Setiap umat Hindu di Bali diharuskan untuk menguatkan srada dan bhakti (Dedikasi dan pengabdian) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawad Gita XIII.8, setiap makhluk yang dilahirkan sebagai manusia akan dibelenggu oleh 6 kelemahan, yaitu:

  • Duka: setiap orang mengalami kesedihan
  • Janma: setiap orang mengalami kelahiran
  • Vyadhi: setiap orang mengalami sakit
  • Jara: setiap orang mengalami ketuaan atau tua
  • Dosa: setiap orang mengalami dosa
  • Mrtya: setiap orang mengalami kematian.

Jika seseorang mengalami keberhasilan, terkadang ia akan menjadi sombong, takabur, angkuh. Begitu pula sebaliknya jika mengalami kegagalan, ia akan menjadi depresi, frustrasi, rendah diri, stres, bahkan bisa bunuh diri. Hendaknya seseorang menyadari tugas dan kewajibannya sebagai manusia.

Seperti yang dituangkan dalam Kitab Sarasamuccaya 4 yang memberikan tuntunan kepada umat Hindu, bahwa penjelmaan ini adalah jembatan emas untuk bisa lepas dan bebas dari lautan penderitaan melalui perbuatan baik. Untuk itu manfaatkanlah menjelma menjadi manusia dengan baik. Sebab penjelmaan sebagai manusia sangat sulit didapat. Meskipun hina atau menderita, janganlah hal itu dijadikan alasan untuk mengambil jalan pintas untuk bunuh diri.

Berita Terkini Lainnya