TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Fakta Tenun Gringsing Desa Adat Tenganan Karangasem

Satu-satunya kain double ikat yang diakui UNESCO

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Karangasem, IDN Times – Tenun Gringsing sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda nasional pada tahun 2016 lalu. Selain masuk menjadi indikasi geografis, warisan budaya ini juga diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Klian Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, I Putu Yudiana, menyampaikan bahwa Kain Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain double ikat dari 3 kain tenun double ikat yang diakui UNESCO. Selain Tenun Gringsing, dua kain tenun double ikat lainnya di antaranya berasal dari India dan Jepang. Nah, berikut fakta-fakta kain Tenun Gringsing.

Baca Juga: Warga Desa Tenganan Punya Kalender Adat, Berlangsung 3 Tahun Sekali 

Baca Juga: Pesanan Kain Tenun di Tabanan Seret, Mati Suri Selama Pandemik 

1. Tenun Gringsing melambangkan keseimbangan

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Bagi masyarakat Adat Tenganan Pegringsingan, Tenun Gringsing melambangkan sebuah keseimbangan. Menurut Putu Yudiana, kata Gringsing berasal dari gering yang bearti wabah atau sakit, dan sing artinya tidak. Apabila diartikan secara utuh,  Tenun Gringsing diyakini sebagai kain penolak bala.

2. Merepresentasikan aturan masyarakat adat Tenganan Pegringsingan

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Yudiana mengungkapkan bahwa Tenun Gringsing merepresentasikan aturan-aturan adat masyarakat setempat, yakni sangat menghormati alam, hingga tidak boleh menebang pohon tanpa izin. Mereka percaya bahwa dengan menjaga alam, maka manusia tidak akan sakit.

“Pola dasar semua Gringsing itu kan tanda tambah, tapak dara, kalau Bali keseimbangan, dan lain-lain. Pada intinya kami menyeimbangkan dengan sesama, dengan pencipta, dengan alam. Kamu tidak akan sakit, itu sebenarnya,” jelasnya.

3. Sistem pengerjaan Tenun Gringsing masih tradisional

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Tenun Gringsing dibuat dengan sistem double ikat, yang pengerjaannya masih tradisional. Pewarnaannya masih menggunakan bahan-bahan alami dari akar kayu, minyak kemiri, dan daun.

4. Perlu dua tahun untuk menghasilkan Tenun Gringsing

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Sekitar 20 sampai 30 tahun lalu, diyakini masih sedikit masyarakat adat Tenganan Pegringsingan yang melestarikan Tenun Gringsing ini. Mengingat perlu modal yang cukup banyak untuk sekali produksi kain tradisional ini. Selain itu, diperlukan waktu hingga dua tahun untuk proses pembuatannya.

5. Pelestarian Tenun Gringsing dipengaruhi faktor penghasilan

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Permintaan Tenun Gringsing mulai meningkat seiring dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya nasional tak benda dan warisan budaya di UNESCO. Putu Yudiana menyampaikan bahwa tidak dipungkiri penghasilan masyarakat juga berpengaruh terhadap pelestarian kain ini.

“Ketika permintaan meningkat, masyarakat kami sangat antusis melestarikannya. Jadi pelestarian sejalan dengan penghasilan juga itu,” ungkapnya.

6. Anak-anak muda mulai tertarik melestarikan Tenun Gringsing

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Yudiana mengakui pariwisata justru mendorong minat anak-anak muda masyarakat adat Tenganan Pegringsingan untuk menggeluti Tenun Gringsing ini. Terutama anak muda perempuan. Mereka pun menenun sesuai dengan permintaan.

“Kalau dulu kan kami hanya warga Tenganan, terus beberapa Desa Tengah. Kalau sekarang hampir di seluruh Bali orang sudah mulai mencari Gringsing,” jelasnya.

7. Hampir 90 masyarakat adat Tenganan Pegringsingan melestarikan budaya ini

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Hampir semua keluarga di Tenganan bersentuhan dengan Gringsing atau 90 persen dari 150 KK di desa adat tersebut.

“Walaupun tidak semua yang berproduksi, tapi hampir semua yang terlibat. Ada yang sebagai pewarna, ada yang sebagai penenun. Mereka punya keahlian sendiri-sendiri,” jelasnya.

8. Tenun Gringsing jadi ikon uang Rp75 ribu dan diluncurkan pada HUT RI ke-75

Tenun Gringsing dari Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem. (dok.IDNTimes/istimewa)

Kain Tenun Pegringsingan Bali menjadi ikon dalam uang kertas Rp75 ribu yang diluncurkan untuk menandai Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 Tahun pada 17 Agustus 2020 lalu. 

Dalam prosesnya, pada 19 Juli 2019, diadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh, baik dari Banjar Adat maupun Desa Adat Tenganan Pegringsingan untuk menjadikan motif Tenun Gringsing (motif lubeng) sebagai bagian dari motif uang Rp75 ribu.

Berita Terkini Lainnya