TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tokoh Sakti di Balik Berdirinya Nusa Penida Bali

Ada yang mampu membelah Nusa Penida dengan perahu saktinya

Nusa Penida. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana | unsplash.com/Nattu Adnan)

Kepulauan Nusa Penida termasuk objek wisata yang cukup populer di Bali. Kepulauan ini terdiri dari tiga buah pulau yaitu Nusa Gede (Nusa Penida), Nusa Cenik (Nusa Lembongan), dan Nusa Ceninga. Ketiga wilayah tersebut awalnya menjadi satu pulau yang bernama Pulau Nusa Penida.

Dirangkum dari Prasasti Babad Nusa Penida, Pidarta Dukuh Jumpungan, Kandaning Palalu Renggan, dan Panugrahan Ratu Mecaling, ada beberapa tokoh di balik berdirinya Pulau Nusa Penida. Tokoh-tokoh ini memiliki kesaktian yang sangat tinggi karena kegemarannya melakukan tapa semadi (Semedi).

Baca Juga: 6 Keunikan Pulau Nusa Penida, Ada Pura Berbentuk Mobil 

Baca Juga: 5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTok

1. Ki Dukuh Jumpungan

ilustrasi Dewa Siwa(unsplash.com/Ankit Dandhare)

Diceritakan Dewa Siwa dan Dewi Uma (Sakti) turun ke Gunung Mundhi atau sekarang dikenal dengan nama Puncak Mundi. Dewa Siwa menjelma menjadi seorang laki-laki bernama Ki Dukuh Jumpungan, dan Dewi Uma menjadi istrinya bernama Ni Puri. Turunnya Dewa Siwa inilah yang menjadi cikal bakal nama Nusa Penida.

Awalnya Nusa Penida bernama Manusa Pandita. Disebut Pandita, karena dukuh adalah sebutan untuk seorang pandita. Lama kelamaan nama Manusa Pandita berubah menjadi Nusa Penida. Turunnya Dewa Siwa beserta sakti dan pengikutnya disebut sebagai manusia pertama yang ada di Nusa Penida.

Ki Dukuh Jumpungan dan pengikutnya membangun sebuah pasraman dan pemukiman di lokasi yang datar Gunung Mundhi. Makanya wilayah tersebut kini bernama Desa Rata. Dengan kesaktiannya, Ki Dukuh Jumpungan melakukan yoga semedhi untuk menciptakan sebuah perahu sakti. Perahu ini ia ciptakan karena Pulau Nusa Penida dikelilingi oleh lautan yang luas.

Ki Dukuh moksha di atas Gunung Mundi. Gunung ini sekarang berdiri sebuah pura bernama Pura Puncak Mundhi, dan digunakan sebagai tempat pemujaan Ki Dukuh Jumpungan. Sedangkan istrinya moksha di tempat yang kini terdapat pura bernama Pura Batu Melawang sebagai tempat pemujaan Ida Ni Puri.

2. I Merja

Ilustrasi tokoh I Merja. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Perkawinan antara Ki Dukuh Jumpungan dan Ni Puri melahirkan seorang putra bernama I Merja. Berbeda dengan sang ayah, ia tidak senang berlayar. Melainkan lebih senang melakukan tapa semadi untuk kerahayuan dan keselamatan alam semesta.

I Merja kemudian menikahi Ni Luna yang berasal dari Indra Loka. Lahirlah seorang putra bernama I Renggan dari hasil pernikahan mereka. I Merja moksha di Batu Beya, sedangkan Ni Luna moksha di daerah Batu Banglas, di mana pada saat ini berdiri pura bernama Pura Batu Banglas sebagai stana Ida Ni Luna.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

3. I Renggan

Ogoh-ogoh I Renggan. (YouTube.com/ april srip)

I Renggan gemar melakukan tapa semadi. Karena kegemarannya tersebut, ia dianugerahkan kesaktian oleh kakeknya, Ki Dukuh Jumpungan, yang turun dari swargaloka. Semua kesaktian yang dimiliki kakeknya diturunkan kepada sang cucu.

Selain itu, I Renggan juga gemar berlayar mengarungi lautan. Atas dasar itu, Ki Dukuh Jumpungan memberikan perahu saktinya. Perahu ini mampu menghancurkan benda yang dilewati atau ditabraknya.

I Renggan kemudian menabrakkan perahunya ke Pulau Nusa Penida sehingga terpecah menjadi dua, yaitu Nusa Gede dan Nusa Cenik (Nusa Lembongan). Karena kesombongannya, ia berencana menabrak Pulau Bali dan Gunung Agung.

Namun rencana itu gagal, perahunya dihancurkan oleh Ida Hyang Toh langkir. Perahu saktinya terpecah belah. Layarnya jatuh di tengah Pulau Nusa Cenik dan membagi pulau ini menjadi dua bagian, yaitu Nusa Cenik (Nusa Lembongan) dan Nusa Ceningan.

I Renggan terdampar di Pulau Nusa Cenik dan moksha di daerah Bakung. Sekarang, daerah Bakung berdiri sebuah pura bernama Pura Bakung, sebagai tempat pemujaan I Renggan yang bergelar Gede Pengelurah. Sedangkan sang istri, Ni Merahim, moksha di daerah Bodong Nusa Gede dan sekarang berdiri sebuah pura bernama Pura Dalem Bungkut untuk memuja dirinya.

4. Ida Dalem Sawang

Ilustrasi Ida Dalem Sawang. (youtube.com/Sigaligi Perbwayang)

Ida Dalem Sawang adalah putra dari Dewi Rohini, yang merupakan saudaranya Ni Luna (Ibu dari I Renggan). Ida Dalem Sawang menjadi Raja di Nusa Gede.

Ketika perahu sakti pemberian Ki Dukuh Jumpungan hancur, 1.500 anak buah I Renggan pergi meninggalkannya ke Nusa Gede hingga terdampar di Bias Muntig sambil membawa potongan kayu dari kapal sakti tersebut.

Hal ini membuat Ida Dalem Sawang marah, karena anak I Renggan ditinggalkan oleh anak buahnya. I Dalem Sawang kemudian bersemedi memohon kepada Dewi Durga, kemudian mengutuk anak buah I Renggan menjadi wujud yang menyeramkan. Anak buah I Renggan ini menjadi pasukan gaib dari Ida Dalem Sawang.

Kayu yang dibawa oleh anak buah I Renggan juga dikutuk menjadi kayu keramat hingga menjadi besar di daerah Bodong. Pohon dari kayu keramat ini sekarang menjadi pohon yang bagian batangnya sering digunakan untuk sarana-sarana sakral.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya