5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTok

Adegan mengundang leak yang paling ditunggu-tunggu!

Drama Tari Calonarang adalah kesenian sakral yang dipentaskan ketika ada upacara atau yadnya. Drama tari ini sangat populer di tengah masyarakat Bali. Setiap pertunjukannya selalu ditunggu-tunggu tidak hanya oleh masyarakat desa yang menyelenggarakan, tetapi juga di luar desa tersebut.

Umumnya, masyarakat Bali mengetahui drama tari ini adalah prosesi watangan atau bangke matah (Mayat mentah), dan prosesi mengundang leak. Sebab hal itu seolah-olah menjadi pakem standar untuk pementasan Drama Tari Calonarang.

Apakah benar Drama Tari Calonarang hanya proses watangan dan mengundang leak saja? Berikut ini sejarah dan fakta Drama Tari Calonarang yang dikutip dari Buku Calonarang, Ajaran Tersembunyi di Balik Tarian Mistis karya Dr Komang Indra Wirawan SSn MFilH (Komang Gases) pada tahun 2019.

Baca Juga: 7 Mantra Penangkal Leak, Bisa Digunakan Sehari-hari

1. Makna Tari Calonarang

5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTokAdegan dalam Tari Calonarang. (YouTube.com/ iWagu Production)

Drama Tari Calonarang adalah pementasan kesenian yang menunjukkan pergumulan atas kekuatan spirit (Taksu) atau magis yang bersifat niskala. Drama tari ini dipentaskan sebagai pelengkap upacara, dan sangat lazim mempertontonkan aspek spirit kegaiban yang magis.

Masyarakat Hindu di Bali meyakini kekuatan tersebut muncul dari Ida Bhatara melalui wujud barong dan rangda, serta simbol suci lainnya.

Pementasan Calonarang dapat dinyatakan sebagai tarian keramat yang identik dengan unsur magis. Drama tari ini termasuk dalam kategori pementasan tradisional, karena mengambil latar belakang cerita dari kerajaan di masa lalu.

Baca Juga: Ciri-ciri ODGJ dan Cara Mengobati Menurut Lontar Usada Bali

2. Mengisahkan tentang ilmu hitam atau leak dan ratunya

5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTokWalu Nateng Dirah yang telah berubah wujud menjadi sosok rangda. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Calonarang adalah legenda yang mengambil latar belakang sejarah Pemerintahan Raja Erlangga abad ke-9. Secara garis besar, drama tari ini mengisahkan tentang seorang janda dari Negeri Dirah bernama Calonarang. Calonarang dikenal sebagai sosok sakti yang menguasai ilmu hitam.

Ia memiliki seorang putri bernama Ratnamanggali. Kisah berawal dari kemurkaan Calonarang karena Prabu Erlangga menolak dan membatalkan pernikahan putrinya. Ia kemudian menyerang Kerajaan Daha bersama pasukan dan ilmu hitam yang dimilikinya.

Prabu Erlangga meminta bantuan Mpu Baradah, seorang brahmana dari Lembah Tulis untuk membantu mengalahkan Calonarang.

Dalam pementasan Calonarang, kisah tersebut tidak diceritakan secara utuh. Biasanya hanya mengambil penggalan-penggalan kisah saja.

3. Drama Tari Calonarang sudah dipentaskan sejak 840 Masehi

5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTokPementasan Drama Tari Calonarang. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Drama Tari ini mulai dipentaskan di Jawa. Hal ini dapat dilihat pada Prasasti Jaha (Tahun 840 Masehi) yang ditemukan di Jawa Tengah, dan dikeluarkan oleh Raja Sri Lokapala, pemegang kekuasaan daerah Kuti. Prasasti tersebut menyebutkan beberapa jenis pertunjukan, satu di antaranya tentang Drama Tari Calonarang atau yang disebut Haluwarak.

Untuk di Bali sendiri, masa keemasan pementasan Drama Tari Calonarang terjadi pada Pemerintahan Kerajaan Gelgel (Tahun 1460-1550). Hal itu terlihat dari Lontar Ularan Prasraya yang menyebutkan, bahwa Raja Gelgel bernama Dalem Waturenggong berhasil menaklukkan Blambangan. Pasukan Gelgel merampas beberapa barang kesenian, topeng, teks Calonarang, dan gubahannya yang sering dipentaskan.

4. Tokoh dalam Drama Tari Calonarang

5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTokWalu Nateng Dirah (Berdiri, kanan) bersama para murid-muridnya. (Dok. Pribadi/Ari Budiadnyana)

Dalam setiap pementasan seni tari, terutama yang mengangkat sebuah kisah, pasti ada aktor atau tokoh di dalamnya. Begitu juga dengan Drama Tari Calonarang, terdapat beberapa tokoh utamanya. Antara lain:

  • Walu Nateng Dirah atau Matah Gede adalah sebutan lain dari ratu sakti Calonarang

Berasal dari kata walu yang berarti janda, nateng atau nata yang berarti raja, dan dirah adalah nama negeri atau kerajaan. Sehingga bisa diartikan sebagai janda penguasa Negeri Dirah. Sedangkan sebutan Matah Gede memiliki makna sebagai seseorang yang memiliki ilmu pengeleakan yang sangat tinggi atau sering disebut dengan Ngisep Sari.

  • Patih Taskara Maguna (Pandung)

Ia adalah seorang patih sakti milik Raja Airlangga. Biasanya ia dipanggil dengan nama Pandung dalam pementasan Calonarang. Dalam cerita aslinya, Patih Taskara Maguna belum sempat bertarung dengan Walu Nateng Dirah yang sudah berubah menjadi Rangda Citra Bhattari Durga. Patih ini keburu dibunuh oleh Walu Nateng Dirah.

Namun dalam pementasannya yang sekarang, cerita tersebut banyak diubah. Sang Patih diceritakan menjadi lawan tangguh Walu Nateng Dirah. Ia dengan gagah berani naik ke rumah Calonarang untuk bertempur.

  • Patih Madri

Sosok Patih Madri sangat jarang ditampilkan dalam pementasan Drama Tari Calonarang. Namun dalam sastra, tertulis perannya Patih Madri. Yaitu pada saat mengembalikan Ratna Manggali ke Dirah, Calonarang mengutus muridnya Larung, Adiguyang, Waksisrsa, dan Mahisawadana untuk mencegat serta membunuh Patih Madri. Patih Madri bertarung melawan Larung yang berubah menjadi Paksi (Seperti burung gagak).

  • Diah Ratna Manggali

Dia adalah putri dari Calonarang. Sosoknya digambarkan memiliki paras menawan dan memiliki hati yang baik. Namun tidak ada satu pemuda yang berani mendekatinya karena takut dengan Calonarang.

Selain di atas, masih banyak tokoh lainnya seperti barong, rangda, penasar, murid calonarang (Sisya), Tari Condong, dan bondres untuk menambahkan unsur hiburan.

5. Prosesi watangan dan mengundang leak yang paling ditunggu penonton 

5 Fakta Mistis Calonarang Khas Bali, Sempat FYP di TikTokWatangan dalam calonarang. (YouTube.com/Darma Suwitra)

Pementasan Drama Tari Calonarang selalu mengikuti kebiasaan di suatu desa, atau desa kala patra yang menjadi tempat pelaksanaannya. Untuk mendapatkan suasana yang menyeramkan, biasanya pementasan dimulai pada malam hari. Puncak ceritanya terjadi pada tengah malam, dan dilakukan di dekat area kuburan sekitar Pura Dalem.

Prosesi yang paling ditunggu-tunggu oleh penonton adalah watangan atau bangke matah. Dalam prosesi ini terdapat orang memerankan sebagai jenazah atau mayat, di mana biasanya diberikan kekuatan gaib agar kelihatan benar-benar seperti orang yang sudah meninggal.

Prosesi ini sebagai simbol warga Daha yang banyak meninggal dunia akibat serangan ilmu hitam Calonarang. Selama prosesi ini, watangan tersebut akan diupacarai layaknya upacara orang yang sudah meninggal.

Sebelum dibawa ke kuburan (Setra), juru undang (Tokoh pengundang) akan mengundang semua manusia sakti yang memiliki ilmu hitam desti, leak, aji ugig, terang jana, dan roh jahat lainnya.

Walaupun tak kasat mata, namun prosesi undangan tersebut terkadang membangkitkan aura mistis selama pementasan. Setelah itu, barulah watangan dibawa ke kuburan untuk kemudian dibangunkan.

Lalu di penghujung pementasan akan ada aksi Patih Taskara Maguna (Pandung) naik ke atas tangga yang disebut dengan tragtag, untuk menusuk rangda sebagai simbol sebagai tokoh Walu Nateng Dirah.

Setelah prosesi ini, biasanya akan dilanjutkan dengan Ida Sesuhunan di pura untuk mesolah atau menari napak pertiwi (Turun ke tanah). Prosesi tersebut akan diikuti oleh kesurupan atau kerauhan, baik dari masyarakat yang hadir maupun penari yang menarikan tarian rangda atau barong Ida Sesuhunan.

Pertunjukan drama tari ini sempat menghilang di masa pandemik COVID-19. Namun sekarang, pertunjukan yang sarat dengan hal-hal berbau mistis tersebut mulai diadakan kembali.

Penontonnya pasti selalu membeludak. Selain karena pengisi acaranya sudah populer, mereka merindukan sang juru undang leak yang beraksi selama proses watangan dan menyaksikan kerauhan.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya