TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Keunikan Desa Sidetapa Buleleng, Penduduk Asli Bali

Mereka tidak mengenal Pura Tri Kahyangan desa

Wilayah Desa Sidetapa. (YouTube.com/Camat Banjar)

Sidetapa adalah nama sebuah desa di Bali yang masuk dalam kategori Desa Bali Aga (Bali Mula) atau penduduk asli Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Sidetapa berasal dari kata side yang berarti bisa, dan tapa berarti bertapa atau bersemedi. Desa yang diperkirakan didirikan pada tahun 785 masehi ini memiliki beberapa keunikan untuk diceritakan.

Berikut ini 5 keunikan Desa Sidetapa Buleleng berdasarkan karya makalah I Made Purna dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB, NTT berjudul Mitos Kepercayaan Desa Adat Sidetapa Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.

Baca Juga: Makna Cetik Kerikan Gangsa, Racun Tradisional Bali

Baca Juga: Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa Lembongan

1. Mitos Kahyangan Batu Kerotok

Wilayah Desa Sidetapa. (YouTube.com/Camat Banjar)

Kahyangan Batu Kerotok merupakan tempat suci di Desa Sidetapa. Uniknya tidak ada pelinggih (bangunan suci) di Kahyangan Batu Kerotok, layaknya pura-pura yang ada di Bali.

Kahyangan Batu Kerotok hanya berupa kumpulan batu-batu kecil di tepi tebing tinggi pinggir jalan masuk Desa Adat Sidetapa. Masyarakat sempat membuatkan pelinggih, namun selalu roboh. Masyarakat percaya bahwa kekuatan suci di tempat suci tersebut tidak berkenan untuk dibuatkan pelinggih (bangunan suci).

Jika ada masyarakat yang melintas di depan tempat ini, wajib meminta izin. Jika tidak, maka akan mendapatkan gangguan dari penjaga tempat tersebut.

2. Mitos Parahyangan Taman Kayuan Mas

Wilayah Desa Sidetapa. (YouTube.com/Camat Banjar)

Pura Parahyangan Taman Kayuan Mas adalah pura yang terletak di Tukad Tibu Sagi atau Mampeh,daerah perbatasannya Desa Banjar. Masyarakat mempercayai, pura ini sebagai tempat untuk melakukan pembersihan atau pakiisan atau melasti kauh.

Upacara atau prosesi pakiisan dilaksanakan pada rangkaian Dewa Yadnya sasih kadasa (bulan kesepuluh). Pakiisan kauh dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yang dilanjutkan dengan upacara Briyang Agung. Prosesi pakiisan kauh berfungsi untuk penyucian peralatan upacara berupa keris, tapakan Ida Bhatara, gelang, busana yang disimpan di beberapa rumah klan tertentu maupun Pura Desa Bale Agung.

Baik prosesi pakiisan kauh maupun Briyan Agung sama-sama memiliki tujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang akan masuk ke pawongan (kerukunan) dan palemahan (pekarangan) Desa Adat Sidetapa.

3. Mitos Maya Danawa

Ilustrasi Raja Maya Denawa. (YouTube.com/Anggis Devaki)

Diceritakan pada masa Kerajaan Bedahulu, Bali pernah diperintah oleh Raja Maya Danawa. Ia memiliki sifat tamak, kejam, dan menyatakan dirinya sebagai Tuhan atau dewa yang harus disembah.

Karena memiliki kekuatan yang sangat besar, rakyat Bali sangat tunduk dan tidak berani menentang Raja Maya Danawa. Masyarakat Bali Aga, termasuk masyarakat Desa Sidetapa, secara sembunyi-sembunyi melakukan pemujaan terhadap Dewa (Ida Panembahan) dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Agar tidak diketahui oleh prajurit Kerajaan Bedahulu, mereka membangun tempat pemujaan untuk para Ida Panembahan dan leluhur di dalam rumah menjadi satu dengan dapur atau tempat tidur.

4. Masyarakat menyebut dewa dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan nama Ida Panembahan

Patung Rsi Markandeya di Desa Sidetapa. (YouTube.com/Camat Banjar)

Pengaruh Rsi Markandeya di Sidatapa sangat kuat, satu di antaranya terlihat dari penyebutan dewa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan sebutan Ida Panembahan. Ida Panembahan dipercaya memiliki kekuatan delapan taksu yang berada di delapan penjuru arah mata angin.

Taksu ini sangat disakralkan, dan tidak bisa disebut secara sembarangan. Taksu ini dipanggil dengan tetabuhan Ngundang Taksu pada saat pujawali (perayaan hari jadi tempat suci) pura desa di Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Selain penyebutan Ida Panembahan, masyarakat Sidatapa juga tabu untuk menyebut nama leluhur mereka yang sudah diaben, terutama pada saat upacara persajian atau mesagi (menghaturkan persembahan kepada leluhur) di Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya