Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa Lembongan

Kuy, masukin ke list liburan wajib di Bali ya

Bali sangat terkenal akan kekayaan seni dan budayanya. Pulau Dewata gudangnya karya seni warisan leluhur. Seni tari ini tidak sekadar dipentaskan sebagai pertunjukan biasa, namun ada juga yang sakral.

Masing-masing daerah di Bali memiliki tari sakral dengan ciri khas dan keunikannya sendiri. Satu di antaranya Pulau Nusa Lembongan, Kabupaten Klungkung. Pulau yang bersebelahan dengan Nusa Penida dan Nusa Ceningan ini terdapat tari sakral bernama Sang Hyang Grodog. Seperti apa tari sakral satu ini?

Baca Juga: Makna Cetik Kerikan Gangsa, Racun Tradisional Bali

Baca Juga: 5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma Bali

1. Ciri khas Tari Sang Hyang

Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa LembonganTari Sanghyang Jaran di Banjarangkan, Klungkung. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Tari Sang Hyang termasuk seni tari sakral yang ada di Bali. Tari ini juga sering disebut dengan nama tari wali dan tidak dipentaskan sebagai pertunjukan hiburan. Sebab tarian ini bagian dari upacara atau tradisi. Terdapat beragam tari Sang Hyang di Bali seperti Sang Hyang Dedari, Memedi, Bojog, Jaran, Sang Hyang Grodog, dan lainnya.

Dikutip dari Jurnal Sruti berjudul "Religiusitas Sesolahan Sanghyang Grodog pada Upacara Pengaci Sakral di Lembongan", yang ditulis oleh Ni Wayan Juli Artiningsih (STAHN Mpu Kuturan Singaraja) tahun 2020, menyebutkan bahwa Tari Sang Hyang memiliki ciri penari yang kerauhan (kesurupan atau trance) roh bidadari atau roh suci lainnya. Tari sakral ini memiliki tiga unsur di antaranya asap atau api, Gending (tembang) Sang Hyang, dan medium orang atau boneka.

2. Bentuk Tari Sang Hyang Grodog

Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa LembonganSalah satu simbol Sang Hyang dalam Sang Hyang Grodog. (YouTube.com/Virgantari)

Tari Sang Hyang Grodog terbilang unik dibandingkan dengan Tari Sang Hyang Lainnya. Sang Hyang Grodog tidak menggunakan orang sebagai mediumnya, melainkan patung yang menyerupai bentuk Sang Hyang. Patung atau media ini disebut dengan istilah gegulak, yang terbuat dari bahan bambu dan kayu.

Uniknya lagi, terdapat 23 jenis Sang Hyang selama pelaksanaan ritual ini. Dua puluh tiga jenis Sang Hyang ini sebagai simbol kesuburan, religius, gotong-royong, legenda desa, pelestarian alam, keperkasaan atau kekuatan, serta keanekaragaman satwa.

Masing-masing simbol atau lambang Sang Hyang ini menggunakan roda kayu agar bisa digerakkan sambil diiringi oleh Gending Sang Hyang. Nama Grodog diambil dari suara yang keluar dari roda kayu ketika simbol Sang Hyang ini digerakkan dan bersentuhan dengan tanah.

3. Ritual Pengaci Desa

Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa LembonganSang Hyang Grodog. (YouTube.com/Virgantari)

Tari Sang Hyang Grodog idipentaskan setiap tahun sebagai ritual pengaci desa atau penyomia desa. Maksud dari penyomia adalah upacara yang dilaksanakan untuk menetralisir unsur-unsur negatif di desa agar menjadi positif.

Unsur-unsur yang telah dinetralisir oleh Sang Hyang Grodog diyakini akan memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan warga Desa Lembongan. Sang Hyang Grodog dulunya dipentaskan untuk mencegah musibah di desa seperti kekeringan, wabah penyakit, dan sebagainya.

4. Jadwal pelaksanaan Sang Hyang Grodog di Nusa Lembongan

Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa LembonganSang Hyang Sampat. (YouTube.com/Virgantari)

Sang Hyang Grodog dilaksanakan pada sasih Karo (bulan kedua) selama sebelas hari. Malam pertama diawali dengan sesolahan (tarian) Sang Hyang Sampat (sapu lidi) yang memiliki simbol pembersihan dan kesucian.

Sang Hyang Grodog dipentaskan di catus pata (perempatan) desa. Setiap simbol Sang Hyang yang menggunakan roda tersebut akan diarak dan didorong ke lokasi pelaksanaan upacara.

5. Implikasi Tri Hita Karana dalam pelaksanaan Sang Hyang Grodog

Makna Sang Hyang Grodog, Tari Sakral dari Nusa LembonganSang Hyang Grodog. (YouTube.com/Virgantari)

Pelaksanaan tradisi atau ritual Sang Hyang Grodog sangat erat kaitannya dengan konsep Tri Hita Karana yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam sekitar. Hal ini dapat dilihat dari simbol-simbol yang ada di 23 Sang Hyang.

Ada simbol-simbol satwa yang digunakan sebagai pengingat kepada warga, bahwa setiap manusia harus selalu menjaga alam sebagai upaya menjaga hubungan harmonis dengan alam sekitarnya. Perlu kerja sama dan gotong-royong selama melaksanakannya agar berjalan lancar serta selamat.

Setiap ada upacara di Bali, umat Hindu akan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberi keselamatan dan perlindungan. Namun 23 simbol Sang Hyang yang digunakan di sini bukan berarti umat Hindu menyembah binatang atau tumbuh-tumbuhan tersebut, melainkan sebagai lambang kekuatan Tuhan yang hadir.

Tradisi Sang Hyang Grodog biasanya akan menyita perhatian warga lokal maupun wisatawan. Jadi catat tanggalnya dan masukkan sebagai daftar lokasi yang wajib dikunjungi di Bali. Dijamin tradisi ini akan memberikan pengalaman terbaik.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya