5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma Bali

Masyarakat tetap meneruskan warisan leluhurnya

Pohon atau tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk hidup yang berdampingan bersama manusia. Kedua makhluk hidup ini saling membutuhkan dan memberikan manfaat.

Pohon atau tumbuh-tumbuhan menjadi bagian penting bagi manusia, selain sumber makanan, juga sebagai sumber oksigen. Jadi sudah sepantasnya manusia menghormati keberadaan tumbuh-tumbuhan ini.

Beberapa masyarakat desa di Indonesia masih menjalankan tradisi yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan atau pohon untuk menghormati keberadaannya. Seperti apa ya tradisinya? Berikut ini tradisi menghormati pohon di Indonesia.

Baca Juga: 5 Pedoman Berperilaku dalam Ajaran Hindu, Biar Hidup Tenang

Baca Juga: Makna Cetik Kerikan Gangsa, Racun Tradisional Bali

1. Ritual Pohon Asam Mbah Gosang

5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma BaliPohon asam Mbah Gosang. (YouTube.com/Parjiya Ghani Channel)

Menurut jurnal berjudul "Ritual di Bawah Pohon Asam Mbah Gosang di Pasar Peterongan Semarang" yang ditulis oleh Siti Nur Asiyah, Mudjahirin Thohir, dan Af’idatul Lathifah pada tahun 2019, terdapat sebuah pohon asam berusia tua yang sangat disakralkan oleh penduduk di sekitar Pasar Peterongan, Semarang, Jawa Tengah. Tokoh gaib bernama Mbah Gosang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai penunggu pohon tersebut. Mbah Gosang dipercaya memiliki kekuatan untuk mengayomi masyarakat sekitarnya.

Banyak yang memohon ke Mbah Goseng seperti kelancaran rejeki, perlindungan dalam berdagang, kesembuhan penyakit, dan sebagainya. Karena itu, untuk menghormati Mbah Gosang, masyarakat melakasanakan tradisi di pohon tua ini. Ritualnya setiap tanggal 10 Suro dan dilaksanakan di bawah pohon asam atau punden Mbah Gosang.

Selama pelaksanaan tradisi ini, masyarakat setempat menghaturkan berbagai macam sesajen dalam bentuk makanan. Ritual ini bertujuan untuk mengucapkan terima kasih atas rejeki yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan selamatan untuk mendoakan Mbah Gosang sebagai leluhur yang melindungi masyarakat setempat, khususnya yang melakukan aktivitas ekonomi di Pasar Peterongan.

2. Tradisi Paca Goya

5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma BaliTradisi Paca Goya. (Warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Dilansir Warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Paca Goya merupakan tradisi khas masyarakat Kalaodi yang bermukim di Perbukitan Tidore, Maluku Utara. Tradisi ini dilaksanakan untuk memohon kepada Tuhan agar alam di sekitar tetap memberikan kesuburan dan kelestarian.

Pelaksanaan tradisi ini mirip dengan Nyepi di Bali, namun diadakan di hutan. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas di dalam kebun maupun hutan. Tradisi ini juga sering disebut dengan istilah Nyepi Kalaodi.

Masyarakat membawa makanan berupa makanan adat setempat yang disebut Pali, dengan lauk telur ayam kampung. Makanan ini disajikan dalam bilahan pohon bambu, dan tempat airnya menggunakan potongan pohon bambu. Masyarakat kemudian menyantap makanan ini bersama-sama. Selama itu pula juga melantunkan Borero Gosimo (pesan bijak dari leluhur) agar didengarkan oleh semua masyarakat yang hadir.

3. Tumpek Bubuh

5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma BaliUpacara Tumpek Wariga. (instagram.com/dewajhon01)

Tumpek Bubuh atau juga disebut dengan nama Tumpek Pengatag, Tumpek Pengarah, Tumpek Wariga, dan Tumpek Uduh ini adalah tradisi untuk menghormati tumbuh-tumbuhan atau pohon di Bali. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Sabtu Kliwon, Wuku Wariga, tepatnya 25 hari sebelum Galungan.

Tumpek Bubuh berguna untuk menjaga keseimbangan antara alam dan manusia. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi ini juga tersirat makna sebagai permohonan umat manusia kepada tumbuh-tumbuhan agar tumbuh subur, berbuah lebat, dan berbunga banyak yang nantinya bisa digunakan untuk keperluan upacara Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Pada hari pelaksanaan, masyarakat yang masih memiliki kebun, ladang, atau sawah akan membawa sesajen untuk dihaturkan ke lokasi tumbuhan atau pohon itu berada.

4. Tradisi Nyangkreb

5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma BaliIlustrasi tanaman padi. (Unsplash.com/Mufid Majnun)

Masyarakat Desa Andapraja, Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis, Jawa Barat memiliki warisan tradisi dari leluhurnya, yaitu Tradisi Nyangkreb.

Menurut jurnal berjudul "Tradisi Nyangkreb di Dusun Sukaraja Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis" yang ditulis oleh Yeni Wijayanti dan Ratna Kartika pada tahun 2014, Nyangkreb dapat diartikan sebagai pinangan terkait dengan padi yang siap dipanen. Makanya Nyangkreb juga memiliki makna meminang Nyi Pohaci Sanghyang Sri, yang oleh kepercayaan masyarakat setempat sebagai Dewi Kesuburan agar panen mereka memberikan hasil terbaik.

Tradisi ini dilakukan oleh para petani sebagai bentuk rasa syukur kepada para leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang berlimpah. Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada sore hari yang dipimpin oleh sesepuh di tempat tersebut.

Masyarakat akan membawa berbagai macam sesaji dari makanan, bunga, kemenyan, daun kelapa, dan lainnya. Janur yang dibuat dari daun kelapa nantinya akan disimpan selama satu minggu di area sawah.

5. Tradisi Sasi Kelapa

5 Tradisi Menghormati Pohon di Indonesia, Gak Cuma BaliIlustrasi pohon kelapa. (Unsplash.com/Tyler Devine)

Mengutip dari jurnal berjudul "Tradisi Sasi Perspektif Ekologi Manusia pada Masyarakat Desa Fritu, Kecamatan Weda Utara  Kabupaten Halmahera Tengah" yang ditulis oleh Mujais Mahmud, Jenny Nelly Matheosz, dan Djefry Deeng pada tahun 2021, Tradisi Sasi masih dilaksanakan oleh masyarakat adat Desa Fritu, Kecamatan Weda Utara, Maluku Utara. Tradisi Sasi dilaksanakan untuk membatasi atau melarang mengambil, memanfaatkan, dan menggunakan barang atau tanaman yang disasi dalam waktu tertentu.

Pohon atau tumbuhan yang paling sering disasi adalah pohon kelapa. Masyarakat setempat harus mematuhi dan menaati tradisi ini. Karena jika melanggarnya akan dikenakan sanksi adat yang berlaku di tempat tersebut.

Sebelum pelaksanaan tradisi ini, akan didahului oleh musyawarah bersama kepala desa, para tetua adat, dan masyarakat setempat. Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan tanda atau simbol di pohon kelapa yang akan disasi.

Tradisi Sasi berfungsi untuk menjaga pohon kelapa agar buahnya tidak diambil sebelum masa panen, menjaga pohon kelapa dari kerusakan yang diakibatkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab, dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Walaupun zaman telah berganti, sudah sepatutnya tradisi-tradisi dari para leluhur ini dilestarikan. Pelaksanaannya sendiri disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya