Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Wayang kulit termasuk kesenian klasik yang ada di Indonesia. Kalau di Bali sendiri, seni pertunjukan ini mulai berkembang pada zaman Pemerintahan Raja Dalem Waturenggong yang berkuasa di Bali sekitar tahun 1460 hingga 1550 Masehi.
Wayang berasal dari Bahasa Jawa yang berarti bayangan. Wayang kulit merupakan kesenian yang memiliki segala aspek seni mulai dari seni tabuh, seni tari, seni sastra, hingga seni rupa. Berikut ini jenis wayang kulit di Bali.
Baca Juga: 10 Jenis Sakit Tiwang dan Cara Mengobati Menurut Lontar Bali
Baca Juga: Deretan Tradisi Bali yang Mirip Rebo Wekasan di Film Inang
1. Wayang Parwa dan Ramayana
Wayang Parwa. (YouTube.com/Disbud Prov. Bali) Wayang Parwa dan Wayang Ramayana juga dikenal sebagai wayang kulit klasik. Ini adalah jenis wayang yang paling umum dikenal oleh masyarakat dan sering dipentaskan.
Lakon atau cerita Wayang Parwa selalu membawakan kisah epos Mahabharata. Cerita ini dibagi ke dalam 18 parwa atau bagian cerita yang sering dibawakan dalam pementasan Wayang Parwa.
Sedangkan lakon Wayang Ramayana selalu membawakan kisah Ramayana. Cerita Ramayana mengisahkan perjalanan Sang Rama dan Dewi Sita yang dibagi menjadi 7 kanda (bagian cerita).
2. Wayang Lemah
Pementasan Wayang Lemah dalam suatu upacara keagamaan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana) Lemah di sini memiliki arti pagi atau siang hari. Artinyta, pertunjukan Wayang Lemah tidak dilakukan pada malam hari melainkan pagi atau siang hari ketika matahari masih bersinar.
Alasannya, Wayang Lemah adalah termasuk jenis wayang sakral sebagai sarana dalam prosesi upacara keagamaan, dan dipentaskan tanpa menggunakan kelir dan lampu blencong (lampu minyak). Wayang ini di beberapa tempat sering juga disebut sebagai Wayang Gedog.
Lakon atau cerita yang dibawakan biasanya mengambil kisah Mahabharata. Cerita ini disesuaikan dengan tingkat dan jenis upacara. Pementasannya dilakukan di sekitar lokasi upacara berlangsung, tanpa menggunakan panggung khusus.
3. Wayang Calonarang
Salah satu pertunjukan Wayang Calonarang. (YouTube.com/DUG BYOR) Wayang Calonarang mengambil cerita mirip dengan pementasan tari sakral calonarang. Cerita yang diangkat tentang kisah seorang janda, yang merupakan ratu ilmu hitam dari Negeri Dirah, Kediri, Jawa Timur.
Wayang ini banyak mengangkat nilai-nilai filosofi Rwa Bhineda yang ada di Bali. Filosofi ini mengajarkan keseimbangan kosmos, di mana dalam dunia ini selalu terdapat sisi baik (positif) dan jahat (negatif).
Wayang Calonarang biasanya terdapat adegan mengundang leak yang ditunggu-tunggu oleh penonton. Seperti halnya pementasan seni calonarang yang sakral, pementasan Wayang Calonarang juga penuh dengan suasana mistis atau gaib.
4. Wayang Sapuh Leger
https://www.youtube.com/embed/VbsaPE5ymFQ Wayang Sapuh Leger adalah wayang sakral yang bukan ditujukan untuk pertunjukan melainkan untuk keperluan prosesi upacara. Wayang Sapuh Leger terkait dengan pelaksanaan upacara ruwatan bagi anak-anak yang lahir pada wuku wayang.
Ruwatan ini dulakukan dengan memerciki anak dengan tirta atau air suci dari Wayang Sapuh Leger. Ruwatan ini bertujuan untuk membersihkan si anak baik secara niskala maupun skala agar nantinya bisa menjadi anak yang lebih baik.
Umat Hindu percaya, anak yang lahir pada wuku Wayang akan dimangsa oleh Bhatara Kala yang notabene merupakan simbil dari energi negatif. Sehingga, agar terhindar dari hal-hal yang kurang baik, maka ia harus diruwat dengan Wayang Sapuh Leger.