TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[OPINI] Aku Melihat Teman Tuli Mengalami Deprivasi Bahasa

Ini adalah pengalaman pertamaku bekerja secara inklusif

ilustrasi bekerja inklusi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Setiap orang pasti mengimpikan bekerja di lingkungan yang sehat, tanpa memandang kekurangan. Aku adalah orang beruntung yang mendapat pengalaman kerja pertama di lingkungan seperti ini. Ini adalah kisahku bekerja di Parakerja, sebuah start up yang bergerak di bidang pemberdayaan disabilitas.

Baca Juga: [OPINI] Media Sosial Membuatku Semakin Kesepian

Aku (berkaca mata) pertama kali ikut kelas BISINDO level 1 (instagram.com/parakerja)

Kisah ini bermula ketika aku belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) di Parakerja bulan Maret-Mei 2021. Awalnya, aku melamar untuk jadi moderator kelas BISINDO, sayangnya tidak lolos. Kemudian, aku diberitahu bahwa Parakerja membuka lowongan magang di beberapa posisi. Aku melamar jadi Community Associate, dan ternyata diterima pada bulan Juli 2021.

Menjalani magang sekaligus Kuliah Kerja Nyata (KKN) sangat menguji time management- ku. Beruntungnya, KKN saat itu dilaksanakan secara hybrid dan magangnya juga full Work From Home (WFH), jadi aku lebih bisa menyesuaikan pekerjaan-pekerjaanku. Ketika periode magang selesai, aku ditawari posisi part-time. Tapi aku tolak karena ada masalah pribadi yang akan mengganggu produktivitasku bekerja.

Aku kerja bersama orang dengan ragam disabilitas

Foto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Omar Lopez)

Di sini, aku bertemu dengan banyak teman dari berbagai daerah, Aceh, Batam, sampai Kediri. Aku sendiri sebenarnya termasuk yang paling jauh domisilinya, yaitu di Bali. Aku juga bertemu rekan dengan ragam disabilitas, seperti tuli, disabilitas daksa, dan disabilitas netra.

Saat aku magang, tugasku adalah menjadi jembatan informasi antara pihak internal dan eksternal perusahaan. Satu pihak eksternalnya adalah tutor tuli. Aku juga menjadi penghubung antara pihak Pusat Layanan Autis yang saat itu bekerja sama dengan Parakerja untuk membuat program kelas BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). Itu adalah pengalaman pertamaku berhubungan langsung dengan pemerintah. Pada momen itu, aku baru mengetahui bahwa ada seseorang yang memiliki dua atau lebih ragam disabilitas, atau biasa disebut tuna ganda.

Aku juga beberapa kali diberi kesempatan menjadi MC dan moderator di acara-acara Parakerja. Aku pernah menjadi moderator IG (Instagram) Live dengan pembicara seorang tuna netra bernama Rachel. Aku sangat mengagumi Rachel, karena ia adalah seorang yang memiliki semangat besar untuk belajar di tengah keterbatasannya. Dari sini pula, aku lebih banyak mengenal ragam disabilitas.

Baca Juga: [OPINI] Mars Ospek Prodi Memuat Pelecehan Seksual Verbal

Writer

Kristina Jessica

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya