Mengapa Aku Lebih Suka di Rantau Daripada di Rumah?
Bukan bearti tidak sayang keluarga lho
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Homesick, kata yang sering diucapkan anak rantau kala merindukan kampung halamannya. Dari cerita seorang teman yang pernah mengalami homesick, sebagian besar merindukan keluarga di kampung halaman. Saking rindunya, terkadang beberapa dari mereka bahkan sampai menangis seharian.
Selama empat tahun aku merantau di Pulau Bali, belum pernah merasa homesick. Walaupun terkadang aku juga rindu diantar jemput ketika bepergian atau sekadar dibawakan makanan ke kamar. Tapi jika diberi pilihan, tinggal di tempat rantau atau di rumah, bisa dikatakan aku lebih senang di tempat rantau. Mengapa?
Baca Juga: 5 Hal yang Dirasakan Freelancer di Perantauan, Berat Tapi Harus Kuat!
Bisa bebas pergi ke mana pun dan kapan pun
Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, orangtuaku jauh lebih protektif padaku dibanding kedua kakak laki-lakiku. Setiap aku ingin pergi, aku memang diantar-jemput oleh ayah. Tidak mengeluarkan uang, tetapi maksimal aku harus pulang pukul 18.00. Di tanah rantau, aku bisa pulang kapan pun tanpa ada yang memarahi.
Aku adalah tipe anak yang suka mengikuti kegiatan di luar. Karena orangtuaku yang protektif, aku harus memutar otak untuk membujuk mereka walau hanya untuk sekadar mengikuti acara diskusi. Ketika aku merantau, aku bebas melakukan apapun yang aku mau. Ketika aku mendapatkan kebebasan, justru aku semakin mampu mengendalikan diri sehingga dapat memilah mana yang baik untuk aku lakukan, mana yang tidak.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.