Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?

Perlu pikiran yang adem untuk menanggapi ini

Jakarta, IDN Times - Masyarakat Indonesia selalu dihadapkan pada permasalahan klasik setiap perayaan Natal, yaitu "Bolehkah seorang muslim mengucapkan Selamat Natal kepada umat Katolik dan Kristiani?"

Wajar sih bila pertanyaan tersebut selalu memantik polemik. Masing-masing punya pendapat dan argumennya sendiri, tapi itu adalah sesuatu yang lumrah.

Sayangnya, perdebatan itu tidak pernah menghasilkan jawaban yang adem. Melainkan kerap diwarnai ungkapan kasar, hingga mengkafirkan orang yang mengucapkan selamat Natal.

Satu dalil yang kerap dijadikan sebagai landasan untuk melarang mengucapkan Selamat Natal adalah hadis riwayat Abu Daud. Dalam hadis itu Nabi bersabda:

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia digolongkan sebagai kaum tersebut.”

Tapi benar gak sih kalau muslim mengucapkan "Selamat Natal" dinilai mengingkari aqidahnya atau menjadi murtad? Berikut ini hasil ulasannya:

1. Gus Nadir menyebut ulama kontemporer tidak mempermasalahkan mengucapkan "Selamat Natal"

Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?nu.or.id

Menurut Nadirsyah Hosen, pakar hukum Islam yang menjadi dosen di Monash University, para ulama kontemporer tidak menjadikan ucapan "Selamat Natal" sebagai tolak ukur apakah seseorang muslim menjadi kafir atau tidak.

Ia menghimpun fatwa ulama-ulama kontemporer yang belajar Islam di Timur Tengah. Satu di antaranya Syekh Yusuf Qardhawi yang merupakan Ketua Persatuan Cendikiawan Muslim Internasional.

“Fatwa Syekh Yusuf Qardhawi membolehkan mengucapkan Selamat Natal kepada kerabat, kolega, dan tetangga. Ini termasuk perbuatan baik yang disenangi Allah, asalkan tidak mengikuti ritual ibadah mereka,” cuitnya melalui akun @na_dirs.

Gus Nadir, sapaannya, juga mengutip pernyataan Syekh Ali Gomaa yang merupakan mantan mufti di Mesir. Menurutnya, dilandasi surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang memerangimu karena agama dan tidak (Pula) mengusir kamu dari negerimu.”

“Mengucapkan natal itu perkara yang baik,” ujar Gus Nadir.

Baca Juga: UMP Bali 2019 Naik Rp170 Ribuan, Serikat Pekerja: Idealnya Rp3 Juta

2. Quraish Shihab sebut Islam bergembira dengan perayaan kelahiran Isa AS

Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?nu.or.id

Kalau kamu belum akrab dengan nama Gus Nadir, bagaimana dengan nama satu ini: Quraish Shihab. Pendapat ulama ahli tafsir yang rendah hati dan telah menulis banyak buku ini tak berbeda jauh dengan Gus Nadir.

Menurut Quraish Shihab, problem mengucapkan "Selamat Natal" hanya ada di Indoensia dan Malaysia. “Di Timur Tengah gak ada itu,” katanya di acara Shihab & Shihab yang diunggah pada akun YouTube Najwa Shihab, Senin (24/12) lalu.

Mengawali problem tersebut, pengarang Tafsir Al-Misbah itu berangkat dari bagus atau tidak, bukan boleh atau tidak. “Itu (mengucapkan Selamat Natal) bagus karena kita ikut bergembira dengan kemeriahan siapapun. Karena pada prinsipnya, siapapun orang itu, apakah dia seagama atau se-kemanusiaan dengan kita,” terangnya.

Ia bahkan mengutip Surat Maryam ayat 33 yang berbunyi:

“Dalam Alquran, orang yang pertama mengucapkan ‘Selamat Natal’ adalah Nabi Isa. (Pada surat Maryam ayat 33) ‘Salam sejahtera untukku pada hari meninggal dan aku dibangkitkan.”

Atas dasar itulah menurutnya, tidak masalah ketika umat Islam mengucapkan "Selamat Natal" kepada umat Katolik dan Kristiani.

“Islam mengagungkan Nabi Isa karena membawa ajaran dari sumber yang sama dengan Nabi Muhammad, ajarannya juga sama yaitu kasih dan perdamaian. Sehingga kita (Sebagai muslim) sambut kelahirannya dengan bahagia,” jelas Quraish.

3. Apakah mengucapkan "Selamat Natal" berarti syirik?

Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?nu.or.id

Kembali ke akun Twitter Gus Nadir, pemilik akun @muslim_volunter, ia menulis:

“Bagi kami ucapan itu bukan hanya sekedar ucapan.. kami menjadi seorang muslim hanya dengan ucapan, yaitu dua kalimat syahadat.. dan kami murtad dari agama Islam pun hanya dengan ucapan.. menikah pun sah hanya dengan ucapan.”

Jadi, apakah iya kalau mengucapkan "Selamat Natal" maka muslim otomatis menjadi kafir?

Quraish Shihab dan Guns Nadir lalul menjawab pertanyaan itu. Menurut Quraish Shihab, dalam konteks kehidupan dan kerukunan di Indonesia, mengucapkan "Selamat Natal" hanya sebatas basa-basi.

“Misalnya, ketika ada orang non-muslim mengucapkan hari raya kepada saya (Seperti Idul Fitri), saya juga yakin itu adalah basa-basi dalam konteks kerukunan. Begitu juga pas saya ucapkan Selamat Natal,” kata Quraish menjelaskan.

Bahasa lainnya adalah apa yang disampaikan secara lisan tidak bisa menjadi tolak ukur keimanan seseorang. “Makanya saya kira tidak begitu (dengan mengucapkan Selamat Natal seorang muslim menjadi syirik atau kafir),” tutupnya.

4. Lalu bagaimana dengan MUI? Apakah mereka sudah membuat fatwa soal larangan mengucapkan "Selamat Natal"?

Menguak Pro Kontra: Muslim Mengucapkan Natal Otomatis Kafir?IDN Times/Indiana Malia

Hingga saat ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum pernah mengeluarkan fatwa perihal boleh atau tidaknya seorang muslim mengucapkan "Selamat Natal."

“Yang sudah ada fatwanya yaitu tentang perayaan Natal bersama yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa sejak 1981,” kata Sekretaris Jenderal MUI, Anwar Abbas di Jakarta, Selasa (25/12).

Dia melanjutkan, walau umat Islam mengakui dan menghormati Nabi Isa, namun mereka dilarang untuk merayakannya dengan ritual Kristiani atau Katolik. MUI baru mengeluarkan fatwa pelarangan umat muslim untuk menggunakan atribut Natal.

“Jadi dengan demikian, jelaslah bahwa sampai saat ini soal ucapan selamat Natal terhadap  yang merayakannya belum pernah dibahas secara mendalam oleh MUI dan oleh karena itu sampai saat ini, MUI belum pernah memiliki fatwa tentang masalah tersebut," tegas dia.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya