Sandiaga Uno di Bali: Saya Bukan Ulama

Denpasar, IDN Times - Malam munajat 212 yang dilangsungkan di Monas, Jakarta beberapa waktu lalu meninggalkan sejumlah kontroversi. Di antaranya selama doa atau puisi yang dibacakan oleh Wakil Ketua Tim Pemenangan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Neno Warisman.
Doa tersebut dikritik oleh sejumlah pihak karena dinilai mengancam Tuhan untuk memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres), 17 April mendatang. Lantas bagaimana tanggapan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno?
1. "Saya bukan ulama dan tak mengerti doa secara spesifik"

Ditanya terkait doa Neno tersebut, Sandiaga Uno enggan berkomentar banyak. Menurutnya, ia tak layak atau berkompeten menilai doa tersebut secara spesifik.
"Saya sampaikan bahwa saya tidak layak sama sekali untuk berkomentar dengan hal tersebut. Saya bukan ulama dan tak mengerti doa secara spesifik," katanya usai lari pagi di sekitaran Sanur, Minggu (24/2).
2. Pastikan proses kampanye ini sejuk, damai

Ia lantas berpesan, tahun politik ini supaya menjaga persatuan dan kebersamaan sesama warga Indonesia. Untuk itu ia berharap proses kampanye ini berjalan sejuk, damai, dan positif.
"Namun di tahun politik ini kita mari jaga persatuan, perdamaian kita dan pastikan proses kampanye ini sejuk, damai dan penuh positif yang santun. Tinggal 53 hari ini mari kita rajut kebersamaan kita dan tenun kebangsaan kita," katanya.
3. Isi puisi Neno Warisman

Sebagaimana diketahui, dalam acara malam Munajat 212 di Monas, Neno Warisman membacakan sebuah puisi sambil meneteskan air mata dan seruan suara takbir. Di dalam puisinya, ia banyak mengungkapkan harapan-harapan dan doa.
“Munajat penuh harap kau turunkan pertolongan yang dijanjikan bagi yang terdera, bagi pemimpin terfitnah, ulama yang dipenjara,” ujar Neno.
“Jika engkau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah, kami khawatir tak ada lagi yang menyembah-Mu. Izinkan kami, generasi kami yang memiliki pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik untuk negeri adil makmur terbaik,” tambahnya.
Di akhir membaca puisinya, Neno memanjatkan doa agar semuanya dikeluarkan dari kegelapan dengan pemimpin yang berpihak kepada rakyat.