Panti Sosial di Tabanan Kekurangan Pengasuh, ODGJ Bantu Rawat Lansia

Tabanan,IDN Times - Kabupaten Tabanan memiliki panti sosial yang khusus merawat lansia dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Panti di bawah naungan Dinas Sosial Kabupaten Tabanan ini berlokasi di Banjar Dinas Wanasara, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Pada siang hari, beberapa penghuninya nampak duduk-duduk di depan rumah. Para ODGJ di panti tampak sedang menikmati hari. Ketenangan mereka tidak lepas dari perawatan yang tekun dari para pengasuh dan pengobatan yang rutin.
Namun, di tengah keberhasilan panti sosial di Tabanan ini mengurus ODGJ dan lanjut usia (lansia), ternyata menghadapi permasalahan serius. Panti ini kekurangan tenaga pengasuh dan kelebihan kapasitas penghuni. Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelayanan Sosial, Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, I Made Sujana, mengatakan saat ini panti tersebut menampung 24 ODGJ, 4 orang lansia, dan 3 orang telantar yang tidak termasuk dalam kategori lansia maupun ODGJ.
1. Jumlah pengasuh hanya 10 orang

Sujana bercerita, para penghuni panti sosial rata-rata orang telantar atau tidak punya keluarga inti. Ada yang punya keluarga, tetapi bukan keluarga inti. Ada pula telantar karena tidak punya rumah.
"Ada juga tidak punya pasangan lagi," ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Tenaga pengasuh untuk merawat para lansia dan ODGJ hanya 10 orang. Jumlah ini tentu kurang karena idealnya panti sosial ini membutuhkan lebih dari 20 tenaga pengasuh sesuai jumlah penghuninya. Para pengasuh berstatus kontrak dan menerima upah Rp1,3 juta per bulan. Mereka bekerja secara bergantian dalam tiga shift, dan satu hari libur bergiliran.
2. Daya tampung panti sosial sudah overload

Selain kekurangan pengasuh, kondisi fasilitas panti juga kurang layak. Sebagian besar ruangannya digunakan untuk menyimpan barang-barang kantor Dinas Sosial yang saat ini sedang dalam proses rehabilitasi. Hal ini membuat daya tampung panti menjadi berkurang.
"Sekarang hanya satu rumah yang bisa digunakan untuk lansia, dengan kapasitas maksimal 12 orang. Padahal sebelumnya kami sudah mengalami kelebihan kapasitas,” katanya.
Sujana menambahkan, selain kekurangan tenaga pengasuh, pihaknya juga masih membutuhkan alat-alat kebersihan lingkungan untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
3. Para ODGJ ikut merawat lansia

Sujana mengaku bersyukur kondisi para penghuni panti tetap stabil. Para ODGJ yang tinggal di sana sebagian besar sudah membaik setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali wilayah Kabupaten Bangli. Meski membaik, para ODGJ ini belum bisa kembali ke rumahnya karena pihak keluarga belum siap menerima maupun memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dari segi perawatan, kesehatan mereka sangat diperhatikan seperti minum obat secara rutin, pemeriksaan kesehatan berkala. Jika sakitnya kambuh, pihaknya langsung membawanya ke RSJ Provinsi Bali.
"Hingga saat ini astungkara, para ODGJ dan lansia di sini baik-baik saja. Mereka tidak pernah membuat keributan. Bahkan beberapa ODGJ membantu menjaga kebersihan dan melayani lansia, seperti mencuci dan menjemur pakaian,” ungkapnya.
Dari pantauan IDN Times, ODGJ di panti sosial memang memperhatikan kebersihan sekitar. Jika ada sampah yang tidak sengaja terbuang di halaman, mereka langsung cepat memungut dan membuangnya ke tempat sampah. Beberapa dari mereka juga langsung membantu rekannya yang mengalami keterbatasan untuk bergerak.



















