Sampah Sungai di Tabanan Diolah untuk Bahan Dinding Vila

Jumlah sampah menurun sejak dipasang floater

Tabanan, IDN Times - Manager Sungai Watch wilayah Tabanan, Nyoman Mudita merasa miris. Bagaimana tidak, sungai di Tabanan, terutama di dua kecamatan yaitu Kediri dan Kerambitan, dipenuhi sampah anorganik. Terlebih saat musim penghujan tiba, sampah organik juga ikut memenuhi sungai.

Atas kondisi ini, akhirnya sejak September 2020, dipasang floater (penghalang sampah) di sungai-sungai di dua kecamatan ini. Bagaimana hasilnya setelah dua tahun lebih berjalan? Apakah sampah anorganik masih banyak atau sudah berkurang? 

Baca Juga: Pemancing di Denpasar Akui Ikan di Tukad Badung Tak Seenak Dulu

1. Terpasang 28 floater di sungai area dua kecamatan

Sampah Sungai di Tabanan Diolah untuk Bahan Dinding VilaPemasangan floater di sungai yang ada di Tabanan (instagram.com/nyoman.muditha)

Pilot project pemasangan floater awalnya dilakukan di sungai yang berlokasi di belakang rumah Mudita di Banjar Batuaging, Desa Beraban, Kediri. Kemudian menyebar hingga terpasang 28 floater di sungai di dua kecamatan yaitu Kediri dan Kerambitan. 

Menurut Mudita, sebelum memasang floater, timnya mengadakan survei, sungai mana saja yang banyak sampah. Kemudian mereka meminta izin dengan perbekel (Kepala desa) dan ketua lingkungan setempat.

"Sungai-sungai yang dipasang floater ini adalah sungai medium dan kecil. Ada yang berfungsi sebagai irigasi," ujarnya, Sabtu (4/2/2023).

Mengapa tidak menyasar sungai besar seperti Tukad Yeh Ho dan Yeh Sungi? Menurut Mudita, aliran sungai besar terlalu kuat sehingga alat yang dipasang hanyut dan proses mengangkat sampahnya perlu alat ekstra seperti boat karena tidak bisa langsung terjun ke sungai mengambil sampah.

''Dengan pertimbangan inilah, diputuskan pemasangan floater hanya untuk sungai medium hingga kecil," jelasnya.

2. Dalam sehari ditemukan 20 pampers

Sampah Sungai di Tabanan Diolah untuk Bahan Dinding VilaPetugas dari Sungai Watch saat mengangkut sampah di floater (instagram.com/nyoman.muditha)

Pada awal-awal pemasangan, di 28 titik ini banyak ditemukan sampah anorganik, terutama sampah plastik, baik itu botol, kresek, sampai gelas kemasan plastik. Mudita mencontohkan, di Sungai Yeh Puyung dekat rumahnya yang dipasang floater, dalam sehari rata-rata timnya mengangkut sampah  anorganik sebanyak 200 kilogram.

"Mirisnya banyak yang buang pampers ke sungai. Sehari itu bisa 20 pampers kami temukan di titik Sungai Yeh Puyung," ujarnya. 

Saat turun hujan, kondisi semakin memperihatinkan. Menurut Mudita, saking banyaknya sampah, baik organik dan anorganik saat musim hujan kala itu, timnya sampai bisa berdiri di atas tumpukan sampah yang terjaring floater.

"Setiap pagi hari, empat orang dari tim kami akan mengambil sampah-sampah ini," ujar Mudita.

3. Pemasangan floater diiringi dengan edukasi

Sampah Sungai di Tabanan Diolah untuk Bahan Dinding VilaNyoman Mudita (paling depan) (instagram.com/nyoman.muditha)

Agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan ke sungai, tim Sungai Watch juga memberikan edukasi kepada masyarakat di sekitar. Setiap ada kegiatan, Mudita akan hadir mengedukasi mengapa masyarakat tidak boleh buang sampah ke sungai dan apa saja bahayanya.

"Jangankan ke sungai, buang di pinggirannya saja tidak boleh," ujarnya.

Dengan edukasi, kemungkinan masyarakat pun akan malu ketika diinformasikan banyaknya sampah yang ditemukan di sungai dan ada orang lain yang sudah membersihkannya.

"Karena ini setelah sekian lama floater dipasang, akhirnya ada penurunan volume sampah yang kita angkut. Saat ini rata-rata 20-30 kilogram sampah anorganik per hari," ujar Mudita.

Meski masih ada masyarakat yang membuang sampah ke sungai, namun menurut Mudita sudah ada juga yang mulai sadar mengingat volume sampah yang diangkut timnya saat ini sudah jauh berkurang.

"Cuma di sungai yang dekat dengan pasar hingga saat ini volume sampahnya belum jauh berkurang," papar Mudita.

Untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat Tabanan untuk tidak buang sampah sembarangan sekaligus membebaskan sungai di Tabanan dari sampah, tahun 2023 ini pemasangan floater akan diperluas di beberapa kecamatan Tabanan.

4. Sampah dipilah dan didaur ulang

Sampah-sampah yang diangkut dari sungai ini ternyata tidak dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tetapi diolah, dipilah dan didaur ulang.

"Sampah-sampah ini dibawa ke gudang yang ada di Desa Beraban, Kediri. Biasanya dipilah menjadi 15 item," ujarnya.

Sampah botol plastik biasanya akan dipres menjadi satu bail dengan berat bisa mencapai 36-40 kilogram. Nantinya akan dijual ke pengepul seharga Rp5.000 per kilogramnya.

Selain itu sampah-sampak kresek biasanya akan dibawa ke gudang yang ada di gudang induk yang berada di Jalan Cargo Denpasar. Di sana sampah kresek akan didaur ulang menjadi triplek yang biasanya dipakai untuk di dinding dan lantai.

"Sudah banyak vila yang memakai ini untuk dinding dan lantai," ujar Mudita.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya