Mahasiswa Papua di Bali Suarakan Kemerdekaan, Tolak Tambang Asing

Denpasar, IDN Times - Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Meninggalnya ibu hamil di Papua karena ditolak empat rumah sakit menjadi satu cerita pilu pengabaian penyelenggara negara atas hak asasi manusia (HAM) bagi masyarakat Papua. Suara kecaman atas hak-hak warga Papua yang terabaikan ini menggema di Kota Denpasar.
Koordinator Aksi Damai Fri-West Papua dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Yabes Keroman atau akrab disapa Yakos, mengatakan massa aksi telah tiba di bundaran Renon sejak pukul 06.00 Wita, Senin (1/12/2025). Mereka membawa berbagai spanduk aksi. Aksi damai ini menyuarakan kemerdekaan Papua Barat. Pasalnya, kondisi Papua belum memenuhi hakhak dasar warga. Massa aksj perempuan mengenakan rok rumbai atau yokal.
Lokasi aksi di bundaran Renon berdekatan dengan Konjen Amerika Serikat. Yakos mengatakan, tuntutan aksi ditujukan kepqda penyelenggara negara dan pihak Amerika Serikat yang telah mengeruk tambang berskala raksasa. Kehancuran alam dan pengabaian hak warga Papua membuat massa aksi geram. Mereka juga menyuarakan tanggal 1 Desember sebagai peringatan kemerdekaan Papua Barat.
“Aksi hari ini memperingati kemerdekaan West Papua yang ke-64 tahun yang sudah didklarasikan sejak 1 Desember 1961,” tutur Yakos di Renon.
Sementara itu, kendaraan taktis (rantis) polisi berjaga di depan Kantor Konjen AS. Ada sekitar puluhan lebih aparat kepolisian berseragam lengkap dengan tameng balistik. Arus lalu lintas terpantau lancar di tengah massa aksi yang terus menyuarakan aspirasi. Ada juga yang membagikan selebaran edukasi berisi informasi sejarah perjuangan HAM di Papua.
Lokasi aksi di dekat Konsulat Amerika Serikat, kata Yakos untuk menyampaikan langsung tuntutan Papua Barat soal keberadaan perjanian tambang yang membuat masyarakat sengsara.
“Jadi aksi kami tidak hanya menuntut kemerdekaan tapi juga menolak semua perusahaan asing yang merampas sumber daya alam kami,” katanya.
Mereka juga menolak adanya kekerasan dan dominasi militer. Yakos menambahkan, perjanjian Indonesia dan Amerika Serikat tidak memihak warga Papua. Mereka menuntut pertanggungjawaban Amerika Serikat. Kata Yakos, aksi damai ini juga berlangsung di sejumlah wilayah Indonesia. Hingga waktu menunjukkan pukul 11.48 Wita, massa aksi damai masih bertahan menyuarakan aspirasinya.



















