Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Keluarga Korban Gempa Turki asal Bali Sempat Minta Jenazah Dipulangkan

Orangtua Nia, korban gempa Turki asal Denpasar, Bali. (Dok.IDN Times/Kadek Novi Febriani)

Denpasar, IDN Times – Dalam peristiwa gempa di Turki dengan magnitude 7,7, pada Senin (6/2/2023), dilaporkan ribuan orang tewas dan puluhan ribu lainnya luka-luka. Dilaporkan ada satu korban tewas yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Bali, bernama Nia Marlinda.

Keluarga besar Nia diketahui tinggal di Kota Denpasar dan sempat meminta agar jenazah anaknya dipulangkan ke Indonesia. Namun akhirnya atas pertimbangan dan hasil musyawarah dengan keluarga besar, jenazah korban dimakamkan di tempat tinggalnya di Turki. 

1.Ibu kandung Nia tahu dari media sosial kota tempat tinggal anaknya diguncang gempa

Orangtua Nia, korban gempa Turki asal Denpasar, Bali. (Dok.IDN Times/Kadek Novi Febriani)

Ibu korban, Bidayati Rahmat Zaelani, mengungkapkan bahwa ia mendengar kabar terjadinya gempa di Turki saat ia akan berangkat ke Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Ia ditelepon kakak iparnya yang memberitahukan kejadian tersebut, namun tanpa menyebutkan nama kota. Kakak iparnya kemudian menanyakan kabar korban. Bidayati yang mendengar kabar tersebut kemudian membuka media sosial dan melihat peta yang menunjukkan Kota Kahramanmaras.

“Kota itu tempat anak saya tinggal. Nah akhirnya udah begitu, karena perasaan udah gak enak. Tak teleponlah kakaknya yang di Italia,” ungkapnya, pada Jumat (10/2/2023).

Ia meminta saudara kandung Nia untuk membantu mengecek kabar tersebut. Sementara itu, dalam perjalanan di bus, Bidayati berusaha memasukkan data-data Nia sesuai saran anaknya yang di Italia di situs KBRI.

“Saya kirim data-data anak saya semua. Sampai surat pernikahan saya kirim. Akhirnya dia ngurus ke Embassy. Ya kita komunikasi-komunikasi gitu, akhirnya saya ditelepon sama KBRI,” ungkapnya.

KBRI diakui meminta maaf karena belum bisa memberikan informasi apapun karena terkendala akses di sana. Termasuk akses transportasi, komunikasi, dan lain sebagainya. Saat itu Bidayati diminta menunggu kabar selanjutnya.

2. Keluarga menerima keputusan jenazah Nia dimakamkan di Turki

Ilustrasi gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Sebagaimana naluri seorang ibu, Bidayati tidak sabar dengan arahan KBRI yang menyuruhnya menunggu kabar. Ia berusaha sendiri melalui grup WhatsApp untuk mencari informasi keberadaan anak perempuannya. Barulah dengan data yang ia kirim, teridentifikasi anaknya menjadi korban gempa. Kabar tersebut ia terima sesampainya di Jombang, pukul 22.00 Wita.

“Namanya hati seorang ibu kan, gak tahan jawaban dari KBRI. Kebetulan saya kan juga masuk grup WNI yang tinggal di Turki. Semua tak masukin grup, tak kirimin foto anak saya. Terus teman-teman di anggota grup itu. Ya otomatis mereka gak bisa memberi jawaban juga,” ungkapnya.

Kabar anaknya, menantu, dan cucunya ditemukan tidak bernyawa ini membuatnya sedih. Kakak korban sempat meminta jenazah adiknya dipulangkan ke Indonesia. Namun setelah mendapat penjelasan dari pihak KBRI, akhirnya keluarga menerima keputusan jenazah Nia dimakamkan di Turki.

“Bisa dipulangkan, tapi karena ini kan tertindih reruntuhan. Bisa, itu bisa. Tapi paling sampainya seminggu, dua minggu. Nah, karena kita kan Muslim, sedikit tidak itu kan pemakamannya disegerakan. Ya akhirnya ya itulah kita rundingan. Ya kalau saya sebagai ibu, ya saya ikhlas, di manapun Nia dimakamkan. Di sana buminya Tuhan yang punya juga kan,” ungkapnya sambil menahan tangis.

Pemakamannya dilakukan Kamis (9/2/2023), selepas salat Ashar Waktu Indonesia Tengah dan pihak keluarga dikirimkan video. Namun Bidayati tidak kuasa melihat kondisi cucunya yang selama ini belum pernah ia peluk.

“Ya Alhamdulillah. Bersih (wajahnya) kayak ndak tertindih reruntuhan begitu. Merem. Tapi kan saya ngak kuat ya, namanya naluri seorang ibu. Pas ngelihat wajah cucu, saya tidak kuat,” jelasnya.

3.Empat hari sebelum kejadian, kontak terakhir dengan korban

Ilustrasi Gempa (IDN Times/Arief Rahmat)

Ia mengingat semasa korban hidup. Korban sempat berpamitan kerja ke Jepang dan Cyprus sebelum ke Turki. Nia kemudian kerja di sebuah brand kosmetik dan mendapat promosi ke Yunani. Nia kemudian meminta restu ibunya dan ayahnya. Keduanya kemudian memberikan izin Nia bekerja di luar negeri.

“Dulu jadi guru di JB School. Guru bahasa Jepang. Jadi guru TK pernah,” ungkapnya.

Anaknya bertemu dengan suaminya melalui media sosial saat itu. Posisi Nia sedang bekerja di Cyprus, sedangkan suaminya kerja di China. Kemudian keduanya meminta izin menikah. Empat hari sebelum kejadian, korban dan Bidawati juga sempat video call.

Rumah orangtuanya yang berada di Jalan Nangka, Denpasar ini ramai dipenuhi orang melayat dan rencananya akan dilakukan Tahlilan selama 7 hari. Pun telah dilakukan salat gaib di masjid setempat.

“Kami sudah ikhlas,” ungkapnya.

Ia belum memiliki rencana apakah akan berziarah ke makam anaknya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Ni Ketut Sudiani
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us