Denpasar, IDN Times - Renae Lawrence, anggota Bali Nine akan dibebaskan hari Rabu (21/11) dari Rumah Tahanan Bangli. Renae menjalani hukuman sejak 14 April 2005 lalu.
Sedangkan dua anggota Bali Nine yang masih ditahan di Bali adalah Mathew Norman dan Si Yi Chen. Keduanya saat ini masih menjalani hukuman seumur hidup di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar.
Kepala Lapas Kerobokan, Tonni Nainggolan, mengungkapkan bahwa rencana kebebasan Lawrence tidak memengaruhi dua anggota Bali Nine lainnya. Menurut pengamatannya, tidak ada hal yang negatif dari keduanya jelang kebebasan Lawrence.
"Dari pengamatan kami, dua orang Bali Nine, si Norman dan Chen, setelah rencana pembebasan Renae Lawrence kami lihat tidak ada hal yang negatif. Mereka selalu berkoordinasi dengan kami dan selalu mengikuti program, khususnya supaya ada remisi perubahan," ungkapnya, Selasa (20/11) lalu.
Tonni mengungkapkan, kedua warga asal Australia tersebut sebenarnya layak mendapatkan remisi perubahan. Bahkan sejak dirinya bertugas di Lapas Kerobokan, sudah dua kali mengajukan remisi perubahan untuk kedua tahanan ini kepada Direktorat Jendral Pemasyarakatan maupun Kementerian Hukum dan HAM. Namun hingga saat ini belum ada jawaban apakah diterima atau ditolak.
"Sejak saya bertugas, sudah dua kali diajukan untuk remisi perubahan. Mereka sudah 14 tahun menjalani hukuman dari seumur hidup hukuman. Jika nanti ada remisi perubahan mungkin bisa langsung bebas atau tinggal menjalani beberapa saat hukuman lagi," katanya.
Mereka sangat layak mendapat remisi perubahan, kata Tonni. Ada dua hal yang menjadi dasarnya. Yaitu terkait pembinaan kepribadian dan kemandirian.
Pembinaan kepribadian ini lebih ke aktivitasnya dalam menjalankan agama dan tingkah laku selama menjalani hukuman. Dari pandangan Naionggolan, kedua terpidana sangat rutin dan taat menjalani agamanya masing-masing.
Sedangkan kemandirian di antara mereka berdua sama-sama aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh Lapas.
Norman misalnya. Ia sangat aktif menjadi pengajar sablon kaus dan desain grafis bagi warga binaan lainnya. Sementara Chen, aktif dalam membuat kerajinan tangan dan kesenian seperti kerajinan perak.
"Keduanya menjadi instruktur warga binaan lainnya. Manfaatnya, jika sebelumnya anak-anak tidak bisa, kini menjadi bisa. Sepanjang ingatan selama saya di sini, mereka tidak pernah berbuat ulah," terangnya.
Kegiatan semperti itu diyakini akan sangat berguna bagi warga binaan yang akan bebas kelak. Mereka sudah memiliki bekal untuk kembali menjadi bagian dari masyarakat. "Saat bebas mereka sudah punya bekal," ucapnya.
Seperti yang disinggung sebelumnya, selama ini terpidana Bali Nine sudah diajukan sampai sembilan kali remisi perubahan melalui Direktorat Jendral Pemasyarakatan, serta Kementerian Hukum dan HAM. Remisi perubahan tersebut diajukan tujuh kali saat ia sebelum menjadi Kepala Lapas Kerobokan, dan dua kali saat ia menjadi kepala. Namun hingga kini masih menunggu jawaban apakah ditolak ataupun diterima.
"Kami harap mereka bersabar bahwa ada harapan bagi mereka," katanya.
Tonni menegaskan, keduanya layak mendapatkan remisi perubahan. Pertimbangannya adalah bagaimana keduanya bersikap dalam banyak hal. Misalnya, hubungan mereka dengan petugas, dengan teman-temannya, keluarga, dan orang di luar.
"Sangat luar biasa mereka. Selalu ikut kegiatan. Mereka layak dan buktinya kami usulkan remisi perubahan. Jika mereka tidak layak, tidak akan kami usulkan," ucapnya.
Tonni menceritakan bagaimana kehidupan Norman selama di dalam lapas. Ia ternyata menjadi pengajar Bahasa Inggris yang aktif. Sudah dua kali dirinya memberikan pelatihan bagi warga binaan dan petugas Lapas. Sekali mengajar, pesertanya mencapai 30 orang.
"Si Norman bekerja sama untuk memberikan pelatihan bahasa Inggris bagi warga binaan dan petugas. Sejak hari ini sudah masuk gelombang kedua dengan peserta masing-masing 30 orang," lanjutnya.
Seperti diketahui, kasus ini berawal dari sembilan warga Aistralia yang ditangkap karena berusaha menyelundupkan heroin seberat 8 kg dari Bandar Udara (Bandara) I Gusti Ngurah Rai Bali ke luar Indonesia. Awalnya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ditangkap di Bandara Ngurah Rai pada April 2005.
Sementara Martin Stephens, Renae Lawrence, Scott Rush, dan Michael Czugaj ditangkap di bandara juga karena dicurigai terlibat dalam penyelundupan tersebut. Sisanya, Si Yi Chen, Tan Duc Thanh Nguyen, dan Matthew Norman ditangkap di sebuah hotel di Kuta.
Dua pelaku pertama, Andrew Chan dan Myuran Sukumuran, telah dieksekusi mati pada Februari 2015. Sedangkan pelaku lainnya, Tan Duc Thanh telah meninggal pada Februari 2018 lalu karena sakit kanker.
Norman dan Si Yi Chen tetap ditahan di Kerobokan. Sementara Michael Czugaj, Scott Rush dan Martin Stephens menjalani hukuman di Lapas yang berada di Madiun, Jawa Timur.