Hari Baik Menurut Hindu Bali 23 September 2025, Mulai Belajar

Belajar adalah tak hanya soal membuka buku mata pelajaran dan mata kuliah. Belajar adalah kegiatan sehari-hari untuk memaknai setiap keputusan dalam hidup. Belajar bisa membuat kita menyadari bahwa ada banyak hal yang belum kita pahami. Bagi kamu yang terjebak dalam gelembung perspektifmu, sudah saatnya keluar dan merotasikan pandanganmu.
Kamu yang ingin mulai belajar apa pun, menuntun diri dalam kebaikan dan kebenaran, hari ini pada Selasa, 23 September 2025 adalah saat yang baik untuk memulainya. Sebab ada hari dirgahayu artinya baik untuk mulai belajar. Lalu bagaimana dengan hari baik lainnya? Selengkapnya di bawah ini ya.
Baik memasang jaring

Kala tukaran merupakan hari baik untuk memasang jaring atau tepis, mapikat (mencari burung), mulai melatih atau mengajar burung. Namun, jangan sembarangan untuk mencari burung di hutan ya. Sebab ada spesies burung langka yang dilindungi. Selain itu, mencari burung liar untuk dipelihara dapat meningkatkan potensi rusaknya ekosistem alam.
Ada juga hari kala dangu adalah hari yang tidak baik untuk memulai suatu pekerjaan, pindah tempat, dan bepergian. Sementara, hari kala temah merupakan hari yang tidak baik untuk dewasa ayu.
Baik membuka lahan pertanian baru

Bagi kamu yang ingin mulai bertani, selamat ya karena hari ini ada yang disebut dengan hari pepedan. Hari ini adalah hari baik untuk membuka lahan pertanian baru. Namun, tidak baik untuk membuat peralatan dari besi.
Prangewa merupakan hari yang tidak baik mengadakan pertemuan karena mengandung unsur keributan. Sehingga, bagi kamu yang ingin melaksanakan pertemuan, bisa dipikirkan kembali dan cari ulang jadwalnya.
Baik mempersembahkan yadnya kepada Dewi Sri

Ada juga hari yang disebut dengan sri murti merupakan hari baik untuk mempersembahkan yadnya kepada Dewi Sri di lumbung. Ada juga hari sri tumpuk merupakan hari baik untuk mencari burung atau mepikat.
Namun, ingat lagi ya, tetap dipikirkan kembali kalau mencari burung. Jangan sampai memburu burung langka dan berlebihan karena akan merusak ekosistem alam. Pararasan: Laku Pandita Sakti, Pancasuda: Satria Wibawa, Ekajalaresi: Kinasihaning Jana, Pratiti: Jati.