Gerakan Isi Piring dengan Pangan Nabati, Langkah Sederhana Rawat Bumi

Denpasar, IDN Times - Kebaikan tumbuh dalam ruang-ruang penuh kesadaran sejak dalam pikiran dan laku perbuatan. Rebo Ijo Wisanggeni menjadi oase hijau di tengah sesaknya Kota Denpasar berkolaborasi dengan Animals Don’t Speak Human (ADSH). Diskusi bertajuk Grow with Kindness pada Sabtu, 22 November 2025 lalu mengajak warga kota memahami kebaikan dari pilihan paling sederhana, yaitu makanan yang dikonsumsi.
ADSH menyoroti isu pangan, kesejahteraan hewan, dan dampak konsumsi hewani terhadap kesehatan manusia serta lingkungan. Adanya perubahan besar dapat muncul dari keputusan sehari-hari yang tampak sederhana, seperti pilihan makanan hingga cara mengolah sisa pangan. Termasuk memerhatikan isi piring melalui pangan nabati, ternyata juga mampu jadi opsi untuk menyelamatkan lingkungan, lho. Penasaran apa saja langkah baik yang sederhana untuk selamatkan bumi? Berikut ini pembahasan selengkapnya.
Isi piring pangan nabati sebagai langkah yang ramah bumi

ADSH menyoroti bahwa pola makan berbasis nabati bukan sekadar tren, tapi tawaran nyata untuk masa depan yang lebih sehat, lestari, dan penuh welas asih. Gerakan mengisi piring dengan pangan nabati, terbukti menurunkan risiko berbagai penyakit kronis. Sekaligus menggunakan sumber daya yang jauh lebih hemat dibandingkan protein hewani. Produksi satu kilogram daging sapi, misalnya, membutuhkan sekitar 15 ribu liter air. Sedangkan kacang-kacangan hanya membutuhkan sekitar seperempatnya.
Setiap tahun, lebih dari 80 miliar hewan ternak dibesarkan dalam kondisi yang memprioritaskan produktivitas dibanding kenyamanan mereka. Melalui diskusi tersebut, ADSH mengajak publik melihat bahwa jika hewan tidak dapat berbicara dengan bahasa manusia, maka kitalah yang harus berbicara lewat pilihan konsumsi yang lebih berbelas kasih. Sementara itu, Rebo Ijo Wisanggeni menunjukkan opsi nyata pangan nabati di depan mata, ada nasi beras merah dalam bakul anyaman, nampak juga sayur kelor dan parutan kelapa yang menyegarkan. Tidak ketinggalan tempe dan pepes dari bahan nabati.
Nutrisi pangan nabati mampu penuhi kebutuhan gizi manusia

Public Outreach Manager Plantastis ADSH, Zamnia Wahyuli, menyampaikan bahwa acara ini menjadi ruang diskusi lintas generasi untuk saling terhubung lewat isu yang dekat dengan keseharian manusia.
“Melalui isi piring, kita bisa membicarakan kesehatan, lingkungan, dan welas asih pada sesama makhluk hidup. Harapannya, peserta dapat membawa misi ini ke meja makan mereka di mana pun berada,” ujar Zamnia.
Sementara itu, menelaah aspek nutrisi pangan nabati juga mampu menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki protein hewani. Protein nabati hadir bersama serat, antioksidan, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. Sedangkan protein hewani tidak menyediakan nutrisi tambahan tersebut, dan kerap mengandung kolesterol serta lemak jenuh.
Adapun dampak lingkungan dari produksi protein nabati jauh lebih rendah. Emisi gas rumah kaca dari produksi nabati juga secara signifikan lebih kecil, menjadikannya bagian penting dari upaya global menghadapi krisis iklim. Alasan itu menjadikan protein nabati dianggap sebagai solusi jangka panjang yang bukan hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga membantu menjaga keberlanjutan bumi.
Berani ubah kebiasaan, jadi langkah baik menyelamatkan bumi

Melalui rangkaian diskusi, edukasi, dan pengalaman langsung selama acara, peserta diajak memahami bahwa setiap kali memilih lebih banyak opsi pangan nabati akan berdampak baik terhadap kehidupan hewan. Manusia secara tidak langsung sedang mengurangi tekanan terhadap jutaan hewan ternak yang hidup dalam sistem peternakan intensif.
ADSH mengungkapkan, sistem peternakan dikenal sarat dengan praktik yang mengorbankan kesejahteraan hewan demi produktivitas. Mengubah pola konsumsi adalah satu cara untuk mengurangi permintaan yang mendorong sistem tersebut tetap berlangsung.
Zamnia mengungkapkan bahwa acara Grow with Kindness berupaya menggugah kesadaran bahwa kebaikan adalah proses yang tumbuh, bukan muncul dalam sekejap. Keberanian untuk mengubah kebiasaan kecil, dari rasa peduli terhadap hewan, manusia, serta bumi dengan pendekatan lembut, edukatif, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
"ADSH mengajak setiap orang pulang dari acara ini dengan satu pesan sederhana namun kuat, bahwa masa depan yang lebih baik dapat dimulai dari piring kita sendiri,” tegasnya.

















