Bali Punya 17 Rumah Sakit Layani Medical Tourism 

Menuju Bali jadi pusat kesehatan dunia

Badung, IDN Times – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam kegiatan Healthcare Information and Management Systems Society (HIMSS) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, menyampaikan bahwa Bali tidak hanya sebagai pusat industri pariwisata dunia. Menurutnya Bali ke depannya juga harus siap menjadi pusat industri kesehatan.

Lalu bagaimana kesiapan rumah sakit di Bali menerima tantangan itu? 

Baca Juga: Bali Alami 5 Periode Pariwisata, Berawal dari Tahun 1902

1. Awalnya Bali hanya memiliki 3 rumah sakit yang melayani medical tourism

Bali Punya 17 Rumah Sakit Layani Medical Tourism Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr I Gusti Agung Ngurah Anom. (IDN Times/Ayu Afria)

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr I Gusti Agung Ngurah Anom, menyampaikan bahwa PERSI Bali mendorong rumah sakit-rumah sakit di Bali yang sudah maju dalam hal teknologi, agar membuat program unggulan melayani medical tourism.

Awalnya Bali hanya memiliki 3 rumah sakit yang melayani medical tourism, di antaranya RSUP Prof Ngoerah, RS BIMC, dan RS Siloam. Kemudian jumlah ini terus bertambah hingga sekarang. Teknologi memungkinkan konektivitas dengan luar negeri sehingga asuransi pasien berkewarganegaraan asing dapat digunakan di Bali.

“Kami dorong untuk membuat unggulan menjadi rumah sakit yang bisa melayani medical tourism. Nah itu yang sudah maju,” jelasnya.

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh rumah sakit di Bali dalam pengembangan layanan digital untuk medical tourism di antaranya selain dalam hal pendanaan, juga pengadaan alat kesehatan, pengadaan sistem atau aplikasi, hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

2. BMTA menghimpun RS dan klinik untuk mempersiapkan program wisata kesehatan

Bali Punya 17 Rumah Sakit Layani Medical Tourism Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA), dr I Gede Wiyana Patra Jaya. (IDN Times/Ayu Afria)

Sementara itu, Ketua Bali Medical Tourism Association (BMTA), dr I Gede Wiyana Patra Jaya, menyampaikan bahwa saat ini di Bali ada 17 rumah sakit yang melayani medical tourism dengan berbagai layanan unggulan masing-masing. Rumah sakit tersebut di antaranya 6 rumah sakit milik pemerintah, 8 rumah sakit swasta, dan 3 klinik, dengan layanan sebagai berikut:

  • RSUP Prof Ngoerah dengan layanan jantung
  • RS Mata Bali Mandara dengan layanan mata
  • RS Bali Mandara dengan layanan kanker
  • RS Bhayangkara dengan layanan hiperbarik
  • RS PTN Unud dengan layanan penyakit infeksi
  • RSUD Mangusada dengan layanan kanker dan jantung
  • Siloam group dengan layanan orthopedi
  • RS BIMC Nusa Dua dengan layanan post medic
  • RS BIMC Kuta dengan layanan emergency
  • RS Prima Medika dengan layanan kanker
  • RS Bross dengan layanan bayi tabung, bedah plastik, dan gastric banding
  • RS Kasih Ibu Saba dengan layanan hiperbarik dan dental
  • RS Kasih Ibu Denpasar dengan layanan neuro science/bedah syaraf
  • RS Ramata dengan layanan khusus mata
  • Klinik Dental 911 untuk layanan gigi
  • Penta Medika untuk layanan evakuasi
  • Assist 221 untuk layanan evakuasi

“Sebenarnya kami awal itu (17 rumah sakit). Sekarang ini sudah akan banyak yang mengajukan diri untuk menjadi anggota. Jadi kami di BMTA ini menghimpun RS dan klinik untuk mereka mempersiapkan program wisata kesehatan yang mau ditawarkan pada masyarakat Indonesia atau wisata kesehatan dari luar Bali. Terutama kami sasar NTB, NTT.

Kemudian luar negeri itu kan bisa aja, yang sudah masuk ke kami itu dental, estetik dari Australia, bayi tabung dari China. Nah ini yang kami himpun. Jadi potensi yang ada di Bali itu tidak bisa hanya di satu rumah sakit. Kami kumpulkan lagi unggulan-unggulan ini untuk bisa lagi kita tawarkan mereka yang berminat,” ungkapnya.

Sebanyak 5 layanan kesehatan yang didominasi klinik estetika juga telah mendaftar agar masuk kategori rumah sakit yang melayani medical tourism.

3. Beberapa pelayanan di rumah sakit pemerintah belum dikemas sebagai medical tourism

Bali Punya 17 Rumah Sakit Layani Medical Tourism MRI di RSUP Sanglah. (Dok.RSUP Sanglah)

Sementara itu, Kepala Sub Bagian Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Dr IGNG Ngoerah, I Ketut Dewa Kresna, menyampaikan bahwa beberapa pelayanan di rumah sakit pemerintah ini banyak yang belum dikemas sebagai medical tourism kendati sudah melayani para wisatawan atau warga negara asing yang membutuhkan pelayanan tersebut.

Namun dengan keunggulan di bidang layanan jantung, RSUP Prof Ngoerah mengaku telah melayani beberapa pasien berkewarganegaraan asing. Dalam rentang 2 hingga 3 bulan lalu, melayani warga Belanda yang melakukan bedah jantung.

“Tentu selama ini rumah sakit melayani pasien BPJS untuk anggaran terbatas sekali ya. Dengan medical tourism kan ada keleluasaan dalam mengembangkan pelayanan dan SDM juga. Potensi-potensi yang dimiliki lengkap sekali. Prof Ngoerah itu terlengkaplah untuk spesialisasi, kelengkapan alatnya. Jadi sangat ideal kalau dimanfaatkan,” ungkapnya.

Ia menyebutkan bahwa RSUP Prof Ngoerah memiliki 330 dokter spesialis. Sedangkan beberapa keunggulan teknologi yang dimiliki RSUP Prof Ngoerah di antaranya alat MRI 3 Tesla hingga CT-Scan 136 slices. Semua alat canggih tersebut tidak banyak dimiliki oleh rumah sakit-rumah sakit di Indonesia.

Adapun kesiapan SDM RSUP Prof Ngoerah untuk mendukung medical tourism di antaranya juga didukung dengan sister hospital yang ada di Australia dan Korea Selatan.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya