TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hujan Tak Kunjung Turun, Warga Nusa Penida Kian Kesulitan Air Bersih

Kondisi warga semakin terhimpit saat pandemik ini

Warga kesulitan air bersih di Nusa Penida. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Klungkung, IDN Times - Hujan yang tidak kunjung turun membuat masyarakat di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung kehabisan stok air bersih. Kondisi ini terutama dialami oleh masyarakat yang tinggal di wilayah yang belum terlayani jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Bahkan beberapa bulan terakhir, warga sudah harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli air bersih. Kondisi ini semakin membebankan warga, terlebih dalam situasi pandemik seperti saat ini.

Baca Juga: 4 Ruas Jalan di Nusa Penida Dibenahi, Nilainya Puluhan Miliar

1. Lokasi sumber air di desa itu sangat jauh

Kondisi warga yang kesulitan air bersih di Nusa Penida. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Seperti yang dialami I Nyoman Yudiadnyanawan, warga di Banjar Cemlagi, Desa Pejukutan, Nusa Penida. Sampai saat ini wilayahnya belum mendapatkan layanan jaringan PDAM.

Stok air bersih yang berasal dari penampungan air hujan pun kini telah habis. Ia terpaksa harus membeli air bersih yang dijual menggunakan mobil tangki.

"Warga sudah mulai pusing untuk mencari air," ungkap Yudiadnyanawan. Hingga hari ini, Rabu (9/6/2021), warga masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Tidak hanya Yudiadnyanawan, sejumlah warga lain di banjar itu juga melakukan hal yang sama karena stok air hujan sudah habis. Selain karena belum teraliri air dari PDAM, sumber air di desa itu juga sangat jauh yakni lebih dari 10 kilometer.

"Kalau untuk harga air berbeda-beda tergantung wilayah," ungkapnya.

2. Harga air tergantung jarak dan kondisi jalan

Kondisi kekeringan di Nusa Penida. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Membeli air bersih di saat musim kemarau sudah menjadi hal yang biasa bagi sebagian masyarakat di Nusa Penida. Yudiadnyanawan menjelaskan, harga air di masing-masing wilayah berbeda-beda, tergantung jarak. Kondisi jalan juga ikut memengaruhi harga jual.

"Kalau di wilayah saya, harganya Rp450 ribu per 2 meter kubik. Lebih mahal lagi Rp100 ribu dari banjar sebelah," ungkapnya.

Ia mengatakan, jalan di Banjar Cemlagi memang rusak berat sehingga dianggap berisiko bagi penjual air. Imbasnya, tentu harga air menjadi lebih mahal. Meski demikian, dia dan warga lainnya tetap harus membeli. Tidak ada pilihan lain. Mereka hanya bisa mengirit penggunaan air untuk menghemat pengeluaran.

"Saya tidak hanya beli air kebutuhan sehari-hari keluarga, namun juga ternak. Mau tidak mau harus dibeli,” jelasnya.

Berita Terkini Lainnya