TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Uni Eropa Buka Border, Bali Makin Siap Gaet Wisatawan Asal Eropa

Juga utamakan empat negara yang investasi di Indonesia

Badung, IDN Times – Tahap I pelaksanaan new normal pada sektor pariwisata Bali tinggal menghitung hari saja yakni 9 Juli mendatang. Meskipun Gubernur Bali Wayan Koster belum lama ini menyampaikan bahwa Tahap I hanya akan dibuka khusus untuk pergerakan masyarakat lokal Bali. Namun pelaku pariwisata telah menyatakan kesiapannya, baik dalam menyambut wisatawan lokal maupun mancanegara.

Hanya saja dalam pelaksanaannya, sempat diakui akan terkendala dalam proses rapid test yang menjadi kewajiban bagi pengelola usaha pariwisata maupun karyawannya seperti yang tertuang dalam Surat Dinas Pariwisata Provinsi bali dengan nomor 556/2782/IV/Dispar tertaggal 25 Juni 2020.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon pada Kamis (2/7) menyampaikan bahwa saat ini kerja sama pariwisata akan mengutamakan negara-negara yang memiliki investasi di Indonesia. Adanya kabar dibukanya border Uni Eropa, dinilai membuka peluang bagi pelaku pariwisata Bali untuk kembali menggarap pasar Eropa.

Baca Juga: ASITA: Bali Matangkan Skema Implementasi New Normal Sektor Pariwisata

Baca Juga: Menjelang New Normal, Bali Data Objek Wisata yang Akan Dibuka

1. Diutamakan negara yang memiliki investasi di Indonesia

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai (IDN Times/Ayu Afria)

Rai Suryawijaya mengungkapkan bahwa dalam mendatangkan tamu ke Bali, maka pihaknya dan Kementerian Pariwisata sepakat untuk mengutamakan negara-negara tertentu.

“Memang kami dengan pihak Kementerian menginginkan mulai membangun kerja sama travel bible namanya. Jadi membangun kerja sama di antara hubungan bilateral kita dengan empat negara," ungkapnya.

Dalam hal ini negara-negara yang diutamakan adalah dengan pertimbangan memiliki investasi di Indonesia. Pertimbangan kedua adalah negara yang memiliki penerbangan direct (langsung) seperti Australia, China, Korea Selatan, dan Jepang.

“Itu dulu. Empat negara. Kemudian tentu akan merambah ke India,” terangnya.

2. Setiap wisatawan harus dibekali asuransi termasuk tanggungan COVID-19

IDN Times/Imam Rosidin

Ia menyampaikan muncul banyak pertanyaan terkait bagaimana bila tamu tersebut terkena disclaimer (penolakan) hingga akhirnya mengklaim pelaku pariwisata Bali? Ia menjelaskan bahwa tamu tersebut harus dilengkapi dengan asuransi.

“Ketika dia traveling, dia punya travelling insurance. Jadi dia punya asuransi. Asuransinya harus termasuk COVID-19 bukan hanya kecelakaan saja. Ini termsuk juga penyakit gitu loh,” terangnya.

Sehingga ketika terjadi apa-apa di luar negeri dengan bekal pas-pasan, misalnya jika tamu tersebut terkena karantina karena COVID-19 ada pihak yang menanggung dananya.

“Kami lagi menjaring tamu-tamu yang masuk. Tamu-tamu yang punya duit dan berkualitas dia. Karena pemerintah tidak mungkin membiayai seperti itu. Gitu,” terangnya.

3. Uni Eropa mulai membuka bordernya, kesempatan Bali menggaet wisatawan Eropa

instagram.com/elene_ad

Ia mengaku mendapatkan terusan kabar dari Kementerian Pariwisata bahwa saat ini Uni Eropa sudah mulai membuka 54 negara-negara yang akan diajak kerja sama mulai awal Juli ini.

“Buka sudah border-nya. Border-nya sudah dibuka. Siapa itu? Salah satunya adalah Indonesia. Nah Indonesia kalau gak salah nomor 20,” terangnya.

Dengan diperbolehkannya masuk ke Eropa ini, menurutnya merupakan kabar baik bagi Indonesia khususnya Bali. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk kembali menarik kunjungan wisatawan Eropa ke Bali.

“Sudah (siap). Kalau hotel sendiri kan sudah siap. Destinasi sudah siap. Bahkan mereka secepatnya as soon as possible (ASAP). Makin cepat makin bagus. Gitu lo,” ucapnya.

Dengan kondisi ini tentunya Gubernur Bali diungkapkannya akan lebih hati-hati dalam menyikapi karena melihat kasus COVID-19 transmisi lokal di Bali sedang meningkat.

Berita Terkini Lainnya